Chapter 3 : Hantu

178 35 0
                                    

Priska : Nanti sepulang sekolah kita rapat di aula. Semua harus hadir. Tanpa terkecuali.

Naufal : Oke. Tapi cuma sebentar kan?

Lili : Emangnya kenapa, Fal?

Anisa : Siyap, Kak.

Naufal : Soalnya itu jam bobok siang gue.

Sudah lima kali Genta menatap layar percakapan di grup chat yang dibuat oleh Priska satu jam yang lalu. Grup yang anggotanya hanya osis dan anggota pramuka inti campuran dari kelas 11 dan 12 yang akan membahas perkemahan. Genta hanya pasrah karena banyak yang setuju mengenai rencana perkemahan tersebut. Bahkan tidak ada yang takut. Katakanlah dirinya sangat kolot. Tetapi, firasatnya kini buruk.

Cowok itu mendesah pelan. Jika dirinya tidak ikut, maka dia akan dicap sebagai wakil ketua osis yang penakut dan lembek. Jika ikut ... ah, sepertinya itu hanyalah perasaannya saja. Kejadian yang sudah berlalu itu tidak mungkin terjadi lagi.

Sekelebat bayangan berwarna hitam setengah keunguan mengganggu lamunannya. Genta mengerjapkan mata. Mungkin itu hanyalah sepotong halusinasi dalam pikirannya. Ia memilih untuk mengabaikan.

Berdiri dari duduknya. Cowok berjas biru tua itu hendak beranjak pergi. Perpustakaan ini semakin ramai siswa saja. Sebenarnya malah bagus, sih. Tetapi dia tidak terlalu suka keramaian.

Koridor sepanjang kelas 10 sepi. Siswa baru masih tahap MPLS yang dipandu oleh sebagian anggota osis. Genta sudah mendapat jadwal jam pertama untuk membimbing materi MPLS. Sedangkan Keyvan dan Naufal masih sibuk untuk itu.

Suara derap sepatu dari belakang mengikuti langkahnya. Genta menoleh. Seorang cewek dengan rambut panjang yang tergerai tengah mengikutinya. Dia memakai almamater sekolah dengan sepatu pantopel hitam berusaha menjajarkan langkah cowok itu. Gelagatnya sangat aneh. Lihat saja, dia tengah senyum-senyum sendiri melihat wajah Genta yang ditekuk itu.

Genta menghentikan langkahnya. Cewek itu juga berhenti. Ia menghadapkan tubuhnya ke cewek yang mengikutinya itu. Sejenak, ia memperhatikan name tag di dada kanannya. Di situ tertulis nama Airis Nainira.

"Lo sebaiknya jangan natap gue lama-lama, deh. Soalnya muka gue mengandung kafein. Bikin kecanduan," ucapnya to the point.

Cewek tadi tampak terkejut. Mata beningnya melotot menatap Genta. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya seolah tidak percaya kejadian di depannya. "Lo bisa liat gue?"

Genta mendengus sebal dan kembali melanjutkan langkahnya. "Emangnya gue katarak?!"

"Lo beneran bisa liat gue?" Cewek itu masih berusaha menjajarkan langkahnya dengan Genta.

Genta hanya menanggapi dengan dengusan pelan. Memangnya dia hantu sehingga dirinya tak seharusnya melihatnya?

Cewek ini bersorak. "Padahal, tiga dari sepuluh anak manusia belum tentu bisa liat gue. Lo spesial kayaknya."

"Emangnya lo Jin, jarang yang ngeliat?" Dia tampak tidak peduli.

"Bukan Jin!"

"Terus?"

"Hantu."

Genta menghentikan langkahnya. Bulu kuduknya meremang. Hatinya berdesir, bukan karena jatuh cinta. Melainkan pernyataan seorang di sampingnya ini. Genta menoleh. "Ha?"

"Iya, gue hantu. Masa bohong." Dia tersenyum manis. Manis sekali. Bahkan saking manisnya keadaan koridor yang hanya ada mereka berdua seakan menjadi horor dibuatnya.

"Gu-gue nggak percaya," kilahnya terbata.

"Gentaaaa!"

Dari arah belakang, suara cewek melengking memanggil nama Genta. Keduanya menoleh. Cewek itu membawa setumpuk kertas dan menghampiri mereka. Lebih tepatnya menghampiri Genta seorang.

Genta School Mistery [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang