"Pak Ketu dipanggil bapakmu, noh!" teriak Talia pada Edgar.
Edgar selaku ketua kelas yang biasa dipanggil 'Pak Ketu' merasa terpanggil. Dia yang semula asyik main game dengan Keyvan menoleh. "Siapa? Pak Baron?"
Pak Baron adalah kepala sekolah. Ya, yang dimaksud 'bapakmu' itu adalah sang kepala sekolah. Anak sekarang memang ada-ada saja.
"Ya iyalah! Cepetan sana." Talia menggertak.
"Wait a minute. Gue hampir finish ini!" Edgar masih berkutik pada hp yang dimiringkan itu. Jarinya menekan-nekan layar dengan sarkasnya. Kakinya tidak diam--menghentak-hentak lantai.
"Udah, Gar. Cepetan sana, biar gue aja yang menang. Lo nggak akan kuat," ujar Keyvan penuh emosi. Pasalnya, mobil balap miliknya hampir didahului oleh Edgar.
"Cepetan Gar. Ntar Pak Baron keburu ngamok." Talia berkoar.
"Ck! Resiko jadi ketua kelas gini amat!" Edgar mendesah pasrah dan melempar hp ke meja. Dia pun berjalan keluar kelas untuk menemui Pak Baron. Alhasil, game dimenangkan oleh Keyvan.
"Yes, gue menang!" serunya seraya mengangkat ponselnya ke udara.
"Heleh ... gitu aja bangga. Sini maen sama gue." Dewa mengambil hp milik Edgar tadi dan mulai bersiap memainkannya.
"Ayoklah! Siapa takut," sahut Keyvan, "lo pikir gue takut? Haha ... ya jelas gue takut." Buru-buru Keyvan nyengir atas kalimatnya. Pasalnya, Dewa itu sangat jago dalam bermain game.
Di sisi lain, Nurdin tengah meneriaki segerombolan cewek yang membawa tas hendak keluar kelas. "Calon ibu-ibu dari anak-anakku mau mudik ke mana, nih?"
"Dih! Apaan sih?!" sahut Laura yang memang mau ganti karena sudah saatnya jam olahraga.
"Oh ... kenapa nggak ganti di sini aja?" Nurdin menaikturunkan alisnya membuat mereka ada yang berakting muntah.
"Jijay!"
Dari arah pintu, Edgar--si ketua kelas--berjalan masuk dengan wibawanya. Tangannya ditautkan di punggung belakang.
"Pengumuman!" teriak Edgar membuat seisi kelas berhenti dengan aktifitasnya. "Saya selaku ketua kelas 12 IPS 2 ingin menyampaikan kabar yang tidak terduga-duga."
"Cepetan, Gar!" geram Rora yang tidak sabaran.
"Tenang. Oke, langsung ke intinya saja. Jadi gini ..." Edgar duduk di kursinya kemudian bersedekap.
"Apaan dah, lama amat," seru Akbar.
"Tapi kalian janji jangan heboh. Tetep tenang, oke? Cukup heboh aja waktu liat ketampanan gue."
Mendengus sebal, Rora pun menghampiri Edgar dengan sepatu yang siap untuk dilayangkan. "Lo kalau nggak cepet ngomongnya, gue timpuk nih."
"Mimpi apa gue bisa sekelas sama cowok-cowok buaya kelas kakap kayak kalian. Eh, tunggu. Kelas buaya apa kelas kakap, sih? Au ah, pusing pala Pris ... ka," desis Priska, dengan tatapan yang tanpa sengaja mengarah ke Genta yang tengah menatap luar jendela. Rambut acak-acakan ditambah pandangan kosong kentara bahwa dia sedang ada masalah.
"Kok Genta lesu gitu, ya. Apa karena gue tolak tadi? Kalau emang begitu ... Wow sekali epribadeh! " ucapnya dalam hati.
Priska menerawang setiap sisi raut muka Genta yang datar. Seperti wajah-wajah hidup segan mati tak mampu. Apa benar, Genta patah hati karenannya?
"Sabar dong, Ro. Orang sabar pantatnya lebar," tutur Edgar sok.
"Makanya cepetan!"
"Oke-oke. Jadi Pak Jordi lagi ke luar kota. Maka dari itu jam olahraga kita ...," jeda Edgar cukup lama membuat mereka semakin geram," kosong."
KAMU SEDANG MEMBACA
Genta School Mistery [ On Going ]
किशोर उपन्यासBukan sebuah rumor belaka kalau 12 IPS 2 yang digadang-gadang adalah kelas tumbal. Bahkan kejadian tragis lima tahun lalu yang melibatkan siswa 12 IPS 2 pun masih jadi bahan pembicaraan siswa gabut yang tidak ingin rumor kelas tumbal yang merenggut...