Sore itu, cowok berkaus putih dengan celana pendek sedang merebahkan tubuhnya di sofa ruang tv. Ia memejamkan matanya namun tidak berniat tidur. Semenit kemudian mengambil remot tv dan menyalakannya. Saluran satu hingga berganti saluran berikutnya tidak ada acara dari layar tv yang menarik.
"Gen, Mama tadi arisan dapet tupperware, loh." Selena berkoar dari arah pintu. "Gini kan kamu bisa bawa bekel kalau ke sekolah."
Melihat mamanya yang bar-bar, Genta hanya bisa memijat pelipisnya pelan. "Genta udah gede, Ma ..."
Tubuh Selena ambruk di samping Genta. Sengaja. Ia kemudian memperlihatkan tupperware warna ungu muda dan pink dengan ukuran sedang tersebut. Bukan hanya itu, dia baru sadar kalau botol minum berwarna biru muda itu adalah satu paket.
"Heeh ... Nggak boleh nolak rejeki. Ini tuh bonus dari pancinya. Mama cuma ikutan arisan panci, eh malah dikasih bonus ini."
"Yaudah, Mama pakek aja. Genta nggak mau." Genta mulai kesal dengan sang Mama.
Selena hanya menggidikkan bahu tidak peduli. Ia mencomot remot yang sedari tadi dipegang Genta dan mengalihkan saluran tv ke acara gosip terkini para artis. Mulai dari kontroversinya hingga sisi bahagianya. Entah itu setingan atau nyata adanya, yang pasti berita tersebut telah dikupas setajam golok.
Sedangkan Genta memilih memejamkan matanya kembali. Pikirannya selalu berlabuh ke situ. Bagaimana tidak, dia akan menjadi korban pembunuhan selanjutnya kata Airis. Namun, ia masih yakin kalau hidup dan matinya di tangan Tuhan. Tapi tidak bisa disanggah pula karena Airis adalah hantu yang bisa memata-matai siapapun. Jadi tidak heran jika hantu cewek itu mudah mendapat informasi tentang teror yang terjadi di sekolahnya. Tadi Genta sempat menyuruh Airis untuk menyelidiki lebih lanjut agar dirinya bisa menyusun strategi.
"Gen ... kayak denger suara mobil berhenti di depan," ucap Selena seraya menoel-noel lengan Genta. "Mama liat dulu, ya. Jangan-jangan Papa," lanjutnya kemudian berjalan keluar.
Genta menajamkan pendengarannya. Benar. Deruman suara mobil terdengar berhenti di halaman rumah.
Jarak ruang keluarga dengan ruang tamu memang dekat. Hanya terhalang rak pembatas. Jadi, Genta dapat mendengar tamu datang yang ternyata bukan Papa.
"Eh, Keyvan sama Naufal. Udah lama nggak kesini," sambut Selena. "Ayo masuk. Genta ada di dalam tuh."
Ah, ternyata dua sahabatnya itu.
"Nggak usah Tante. Kita cuma mau ngajak Genta keluar. Boleh ya Tante?" pinta Keyvan.
"Boleh aja. Asal sebelum magrib Genta-nya udah dibawa pulang."
Genta tidak malu punya Ibu super protective seperti Selena. Menurutnya, Selena memberikan perhatian yang jarang diberikan dari ibu untuk anak cowok seusianya. Terbilang 'anak mama' memang. Tapi memang kenyataannya Genta adalah anak Mama Selena. Anak siapa lagi coba?
"Gen, sini gih. Ada temenmu mau ngajak jalan," teriak Selena padahal jaraknya hanya beberapa langkah.
Genta tentu sudah dengar sebelum mamanya memanggil. Dengan malas, cowok itu bangkit dari sofa. Sebenarnya Genta masih kesal untuk bertemu Naufal dan juga Keyvan. Prasangkanya mengatakan kalau mereka berdua tahu bahwa dirinya habis ditolak Priska.
"Gen," sapa Naufal. Dia berharap Genta sudah tidak marah padanya. Karena dia sendiri juga tidak tahu apa salahnya.
Genta tersenyum simpul.
Keyvan masih menatap Genta. Celana pendek dan kaus yang membalut tubuh cowok di depannya itu. Keyvan adalah teman yang paling mengerti Genta. Namun dia tidak bisa menebak isi pikiran Genta saat ini. Hanya satu yang Keyvan tepis dari kepalanya adalah Genta down gara-gara ditolak Priska, karena Genta bukan cowok seperti itu. Mungkin ada alasan lain yang membuatnya awut-awutan.
![](https://img.wattpad.com/cover/266995790-288-k578423.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Genta School Mistery [ On Going ]
Roman pour AdolescentsBukan sebuah rumor belaka kalau 12 IPS 2 yang digadang-gadang adalah kelas tumbal. Bahkan kejadian tragis lima tahun lalu yang melibatkan siswa 12 IPS 2 pun masih jadi bahan pembicaraan siswa gabut yang tidak ingin rumor kelas tumbal yang merenggut...