Mobil merah milik seorang cewek berstatus SMA itu melaju membelah jalanan kota yang sedikit kendaraan yang lalu lalang karena masih sangat pagi. Cewek berambut sebahu itu tampak santai mengendarai mobilnya. Sesekali dia bersenandung mengikuti irama musik yang disetelnya waktu berangkat tadi.
Jangan sangka bahwa dia sendiri. Di samping kursi kemudi, cewek seumuran dengannya sedang memoles wajah kuning langsatnya dengan bedak tabur. Sedari tadi ia terus menanyakan apakah bedaknya sudah merata atau belum. Nyatanya, berkali-kali menjawab 'sudah' namun ia tidak percaya dan lanjut memoles wajahnya lagi. Seperti saat ini.
"Nyuk, bedak gue udah rata belum?" tanya Rora santai sambil menatap wajahnya melalui kaca kecil bawaan wadah bedak.
Memberi tatapan nyalang pada temannya. "Percuma gue jawab lo nggak bakal percaya. Kalau dasarnya kulit lo emang item ya biarin item, lah. Bentar lagi palingan bedaknya juga luntur kena keringet lo."
"Lo mah enak, Nyuk. Kulit lo putih. Kalau keringetan bakalan glowing. Lah gue kalau keringetan malah kayak aspal kesiram solar," balasnya bersungut.
"Dari tadi lo nyak, nyuk, nyak, nyuk ... maksudnya apaan?!"
Rora berhenti memoleskan make up. Sepersekian detik kemudian tertawa keras. "Kunyuk!" serunya sambil mencubit pipi cewek itu hingga si pemilik mengaduh kesakitan. Tentu disertai tawanya yang toa.
"Kunyuk your head! Nama gue Priska!"
Priska, pemilik rambut sebahu itu melengos. Rora senang sekali membuat teman yang baru dikenalnya itu kesal. Benar. Mereka baru berkenalan pasca pembagian kelas seminggu yang lalu. Keduanya langsung akrab saja. Bahkan Priska menawari tumpangan untuk Rora setelah mengetahui bahwa dia melewati rumah Rora saat berangkat. Rora tentunya mau-mau saja mengingat dia sendiri tidak diijinkan orang tuanya membawa kendaraan.
Rora memasukkan kembali bedaknya ke dalam tas dengan sisa-sisa tawanya. Tangannya berganti memegang benda pipih persegi ber-merk. Jarinya lihai men-scrol layar ponsel. Sesekali dia terkikik, membuat Priska memutar bola mata malas. Pasti salah satu caption receh di sosial media.
"Ror, mending lo liat pengajian, semburan rohani, atau apalah. Yang penting bisa ngilangin setan-setan yang ngrasukin lo," celetuk Priska asal sambil memandang jalanan yang makin ramai saja.
"Semburan rohani? Siraman rohani kali! Sok aja lo nyeramahin--" Ucapan Rora terhenti kala layar ponsel yang discrolnya memperlihatkan foto seorang cowok yang tersenyum di tengah hamparan sawah. Cowok itu terlihat merentangkan tangannya menikmati udara segar khas perdesaan. Senyum yang terukir itu jarang tampak di dunia real tapi sering kali terlihat di maya membuat siapapun yang melihatnya akan ikut tersenyum. Seperti Rora kini.
Melihat Rora tengah senyum-senyum sendiri, Priska mengernyit. "Ror, lo beneran kesurupan?" tanyanya ngaco.
Karena Rora tak kunjung menjawab dan malah semakin hikmat menatap layar ponselnya, Priska pun melirik. Terdapat foto seorang cowok yang baru saja dikenalnya, Genta. Di bagian bawah foto terdapat ribuan like dan ratusan komentar. Melihat senyum Genta yang memang membuat candu, bibir Priska ikut melengkung tipis. Namun sedetik kemudian setelah tersadar kalau dirinya tersenyum, cewek itu menggelengkan kepalanya cepat lalu mengubah raut muka biasa.
"Lo follow akun instagramnya Genta?"
"Iya lah! Gimana sih! Gue tuh salah satu penggemar cogan. Jadi wajib follow, dong," ungkapnya menggebu. "Kayaknya dia baru update liburan dari Semarang," lanjutnya.
"Ganteng doang tapi penakut," celetuk Priska mengingat pembicaraannya beberapa hari yang lalu dengan cowok itu. Dia seperti tidak ingin rencana perkemahan dilanjutkan. Dari itu, Priska menilai Genta adalah seorang yang penakut. Mungkin cowok itu takut jikalau rumor teror lima tahun yang lalu terjadi lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Genta School Mistery [ On Going ]
Подростковая литератураBukan sebuah rumor belaka kalau 12 IPS 2 yang digadang-gadang adalah kelas tumbal. Bahkan kejadian tragis lima tahun lalu yang melibatkan siswa 12 IPS 2 pun masih jadi bahan pembicaraan siswa gabut yang tidak ingin rumor kelas tumbal yang merenggut...