Seoul, Korea
11.52 PM
Joongki membuka pintu kamar miliknya dengan penuh hati-hati, berusaha untuk tidak membuat kegaduhan mengingat ini hampir tengah malam.
Rasanya begitu sunyi, karena lampu di setiap sudut ruangan sengaja tak ia nyalakan. Hanya pantulan lampu perkotaan dari arah jendela yang sengaja tirai gordennya ia buka sebagai pencahayaan.
Langkahnya lantas membawa ia mendekat ke arah dapur, membuka pintu kulkas untuk sekedar mengambil soda, kemudian menggeser salah satu kursi yang ada di meja pantry.
Pria itu duduk di sana sambil meneguk minumannya secara perlahan, mencoba merasakan setiap tetes air yang mengalir ke tenggorokannya yang terasa kering.
Ia tidak bisa tidur, itulah alasannya mengapa pria itu berada di sana di waktu yang tak semestinya. Pikirannya tengah kalut; rasa sesal, sedih dan menyakitkan seolah bercampur menjadi satu dan tak tertahankan.
Setelah kejadian tempo hari, sampai saat ini Joongki masih belum berani bertemu Taehyung. Apalagi jika bukan karena rasa bersalah yang kini merongrong batinnya nyaris tanpa ampun.
Rasanya begitu sulit hanya untuk bertatap muka, atau bahkan sekedar menyapa. Maka sejak kepulangannya ke apartment, Joongki langsung masuk ke dalam kamar dan tak kunjung mau keluar. Bahkan saat anak itu memanggil namanya, hanya untuk mengajaknya makan malam seperti biasanya.
Joongki tahu tidak semestinya ia bertindak demikian, namun ia hanya tak ingin terlihat rapuh di hadapan putranya mengingat kondisinya yang kini begitu kacau dan menyedihkan.
Pria itu yakin tamengnya sebagai seorang Ayah yang kuat akan hancur begitu saja ketika melihat kedua hazel sendu milik anak itu. Maka tidak ada lagi pilihan selain menghindar, setidaknya sampai perasaannya kembali tenang.
Terlebih belum selesai permasalahannya akan hal itu, sore tadi salah satu orang kepercayaannya tiba-tiba saja menghubunginya. Mengatakan bahwa ada sedikit kendala pada perusahaannya saat ini, dan mengharuskannya untuk segera kembali ke Amerika.
Joongki mengusap wajahnya kasar, kemudian menghela nafasnya berat untuk sekedar meminimalisir sedikit rasa sesak.
Ditengah-tengah kekalutannya, tiba-tiba bayangan seseorang terlintas begitu saja di dalam benak; pada sosok yang jauh lebih sulit untuk ia temui, dibanding Hyekyo yang selama ini ia hindari.
____________________
Keesokan harinya..
School Of Performing Arts Seoul
Jimin tidak tahu apa yang harus ia lakukan, ketika di hadapkan pada situasi 'sulit nan mengerikan' seperti yang tengah di alaminya saat ini.
Tubuhnya gemetaran, seiring dengan kerja jantungnya yang terus berpacu kencang akibat perasaan cemas, was-was dan khawatir yang berpadu menjadi satu di waktu yang bersamaan.
Di depannya, Taehyung terlihat tengah berusaha menghentikan darah yang terus ke luar dari lubang hidungnya dengan menggunakan air yang mengalir dari kran wastafel. Sementara dirinya hanya berdiri mematung, sekedar memperhatikan dan tak tahu apa yang harus dilakukan.
"Tisu" ucap Taehyung disela-sela usahanya membersihkan darah dari hidungnya, namun Jimin tak bergeming.
"Tisu, Jimin." ujarnya sekali lagi.
"Ah, i-iya" sedikit tersentak, buru-buru Jimin menarik beberapa lembar tisu yang sempat ia bawa kemudian memberikannya kepada Taehyung masih dengan tangan gemetar.
Taehyung menerima tisu tersebut dan segera menyumpal bagian hidungnya, lalu sedikit mendongak agar darahnya berhenti keluar.
Anak itu tampak begitu pucat, dadanya naik turun seiring deru nafasnya yang terdengar tak beraturan. Keringat dingin tercetak jelas di wajah tampannya, namun Taehyung tetap berusaha untuk dapat terlihat senormal mungkin seolah semuanya bukanlah hal yang perlu di cemaskan.
![](https://img.wattpad.com/cover/166272084-288-k516232.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Father's LOVE
Fanfiction[A Family, Brothership and Friendship Fanfiction] Main Cast: - Bts V as Song Taehyung - Song Joongki as Taehyung's Father . . . "I believe about love at first sight, it is because I've been loving my father since I open my eyes." ©2018