Seoul, Korea
10.01 AM
"Jim!"
"Jimin!!"
"Park Jimin..!!"
Seseorang yang namanya terus disebut itu terhenyak, kala sosok di depannya berteriak sangat kencang tepat di depan wajahnya. Lantas ia mencebik, ingin mengumpat tapi tak bisa. Saat ini Jung Hoseok terlalu menyeramkan untuk dilawan.
"Kau mendengarkan kata-kataku, kan?"
Jimin menghela nafas, sebelum menjawab pertanyaan yang menurutnya tidak terlalu penting untuk dijawab.
Tentu saja ia mendengarnya. Sekalipun tidak ingin, suara cempreng laki-laki bermarga Jung itu terlalu luar biasa untuk bisa diabaikan.
Lihat, bahkan kini hampir seluruh siswa yang berada di kantin sekolah menatap ke arah mereka akibat teriakannya barusan.
"Ne~" jawabnya lesu.
"Kalau begitu, cepat ulangi semua yang aku katakan!" perintah Hoseok sambil melipat kedua lengannya di depan dada, ketara sekali kekesalan di wajahnya.
Ia rela mengabaikan makan siangnya menjadi dingin, karena terlalu sibuk memberikan petuah kepada Jimin perihal gerakannya tempo hari yang masih terlihat kaku. Tapi si penerima petuah tampaknya malah tidak peduli sama sekali.
"Apa harus, hyung?"
"Lakukan saja!"
Sekali lagi Jimin menghela nafas, kali ini disertai bola matanya yang berotasi malas.
Lantas ia berdiri dari duduknya, menghirup udara sebanyak-banyaknya sebelum melakukan apa yang Hoseok pinta.
"Jim!—Jimin!!—Park Jimin!!!" teriaknya tepat di depan wajah si pemuda Jung, lengkap dengan oktaf suara yang sama persis seperti suara yang memanggilnya sesaat tadi.
Hoseok tercengang di tempatnya. Beberapa kali mengedipkan mata, sambil memegangi dada akibat shock luar biasa.
Ingin sekali mengumpat namun tak bisa. Jimin sudah lari pontang-panting dari hadapannya tanpa sempat ia sadari.
"Yaishh!!"
Teriak si pemuda Jung sambil meraih minuman kaleng di depannya untuk ia lempar ke arah Jimin. Namun urung ia lakukan, karena ternyata kalengnya masih terisi penuh.
Hoseok berdehem sebentar, lalu melirik kesekelilingnya di mana kini ia sukses menjadi bahan tontonan seisi kantin.
Sialan, kesalnya jadi bertambah dua kali lipat pada junior pendeknya itu.
"Park Jimin sialan!!" teriaknya marah sambil menenggak habis minuman berasa dalam genggamannya.
Sementara orang yang dimaksud terus saja berlari, tanpa memperdulikan teriakkan Hoseok yang menggema di belakangnya. Sebenarnya Jimin tak sepenuhnya salah, karena memang hanya kata-kata itulah yang tertangkap oleh indera pendengarannya, selebihnya ia tak dengar.
Oh, salahkan isi otaknya yang hanya terus berfokus kepada Taehyung, hingga membuat kedua kupingnya mendadak tuli temporer.
Langkah kaki Jimin perlahan memelan saat dirinya memasuki area lorong kelas, kemudian berbelok di ujung sebelah kiri gedung untuk menuju ke lantai dua.
Banyak siswa yang terlihat berlalu-lalang di sepanjang koridor, mengingat saat ini masih jam istirahat. Jimin membawa langkahnya sesantai mungkin, lalu sesekali tersenyum ramah pada beberapa siswa perempuan yang tampak tersenyum malu-malu saat berpas-pasan dengan dirinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/166272084-288-k516232.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Father's LOVE
Fiksi Penggemar[A Family, Brothership and Friendship Fanfiction] Main Cast: - Bts V as Song Taehyung - Song Joongki as Taehyung's Father . . . "I believe about love at first sight, it is because I've been loving my father since I open my eyes." ©2018