O1. Minho

240 26 3
                                    

Dibawah rintik hujan yang menurutnya mengganggu, langkah kakinya membawanya menembus keramaian jalanan kala itu. Dengan hawa segelap malam, kehadirannya mengintrupsi sang gadis.

Ia mendecak kala tubuhnya ditembus orang-orang yang lewat. Sampai kapan mereka sebodoh ini? Dari tadi mereka hanya berpura-pura panik sambil menelpon ambulan, tanpa ada yang mengecek tubuh sang gadis.

Barangkali ada satu makhluk di dunia ini yang tau.

"Kim Sunghee, 24 tahun. Sudah waktunya untuk meninggalkan tempat ini."

Sang gadis memeluk erat kucing dalam pelukannya. "Apakah saya sudah mati, tuan?"

"Kelihatannya bagaimana?" sahutnya dingin.

Tangannya bergerak beberapa saat sebelum sebuah pintu emas muncul di sisi tubuhnya. Tangannya mengenggam gagang pintu. "Pintu ini akan membawamu pada perdamaian abadi."

"Bolehkah saya bertanya?"

"Tidak."

"Siapa namamu, Tuan?"

Ia menghela nafas. Sungguh, sebenarnya ia sebal dengan arwah yang banyak tanya. "Lee Minho." Tapi ia tetap menjawab.

Sang gadis menunduk dalam. Ia mengelus tubuh sang kucing. "Ada satu kucing lagi dirumah, dia belum makan."

Minho menghela nafas kemudian membuka pintu. Bersamaan dengan itu, cahaya putih keluar dari sana. Sangat mencolok. "Akan aku bawa kucingmu nanti. Sekarang kau bisa pergi."

Sang gadis tersenyum. "Terima kasih, Tuan. Ginger, ayo kita pergi!"

Sang gadis melangkah masuk ke dalam pintu. Begitu tangannya bergerak menutup pintu, cahaya menghilang. Sedetik kemudian, pintu emas itu juga menghilang.

Satu lagi nama terukir dalam bukunya. Sudah hampir sepuluh juta jiwa ia antar pada perdamaian abadi, tanpa tau siapa yang akan mengantar jiwanya yang lelah juga.

Di dunia ini ia hidup seperti angin. Ada namun tiada. Ia hidup hanya dengan jiwa yang kosong. Semesta memang sebercanda itu. Bagaimana dengan teganya ia membiarkan Minho menjadi bagian darinya tanpa memberi ruang untuk merasa hidup.

Minho mengusap wajahnya kasar. Orang-orang yang sedari tadi sibuk 'berusaha' menolong sang gadis, mulai pergi. Tubuh sang gadis sudah dibawa pergi oleh ambulan. Terlambat, mereka kalah cepat dengan Lee Minho.

"Tidakkah kau terlalu seram? Aku tau kau malaikat maut tapi-"

"Tidakkah kau terlalu norak untuk ukuran manusia, Chris?" potong Minho.

Christopher Bang Chan mendecak. Ia menggoyangkan pinggangnya untuk menunjukan celana merah dengan motif kotak-kotak yang membuat mata Minho sakit, "Baguskan? Celana baruku."

Minho hanya mendecak sebagai jawabannya. Ia memejamkan matanya, membiarkan angin menembus jiwanya. Beberapa detik kemudian, ia berpindah tempat.

Satu-satunya hal yang ia sukai selama menjadi malaikat maut adalah ia bisa berpindah tempat dalam hitungan detik.

Tapi tidak kali ini.

//

Kalau Minho bisa menghasilkan uang saat ia menghela nafas berat, Minho sudah jadi milioner sekarang.

Ia lupa bahwa Chan adalah makhluk yang sama. Bedanya Chan memang hidup untuk pekerjaan ini. Itulah kenapa Chan bisa mengendalikan pikiran Minho dan membawanya kesini.

"Ayolah, Minho, bersenang-senang sedikit. Aku sudah membuatmu menjadi manusia," tutur Chan sambil menyikut Minho.

Minho membuang muka ketika bibir sang wanita bermain-main dengan telinganya. Tangannya terangkat untuk menarik tengkuk sang wanita. Sungguh, ia bukan Christopher Bang Chan yang butuh wanita untuk bersenang-senang.

Sang wanita akhirnya pindah ke pangkuan Chan karena bosan dengan reaksi Minho yang menoton. Baru sebentar saja wanita itu meliuk-liuk dipangkuan Chan, sekarang mereka sudah sibuk dengan kegiatan bercumbu.

Menjijikan.

"Aku tebak kau mati karena tidak bisa menggoda wanita."

Minho menoleh untuk melihat siapa yang baru saja datang, "Aku pikir kau belum cukup umur untuk masuk ke club."

Lawan bicaranya hanya mendecak. Ia mengangkat segelas alkohol ditangannya. "Aku sudah 23 tahun, bodoh."

Minho hanya mengangguk. Ia memasang wajah seolah tidak tertarik pada anak itu.

"Omong-omong, bantu aku menangkap arwah penasaran, Hyung."

Minho masih tidak tertarik.

"Hantu yang ini srimulat banget. Bawel dan ia berkali-kali lolos dari tanganku. Aku yakin ia akan takut denganmu yang- hmmm, suram ini."

"Selesaikan pekerjaanmu sendiri, Kim Seungmin."

Seungmin sedikit menyembulkan kepalanya, melihat ke arah Chan yang sedang sibuk dengan dunianya. Kemudian ia berbisik, "Aku tau dimana Chan Hyung menyimpan catatan kehidupanmu. Kalau kau mau membantuku, aku juga akan membantumu."

Chan... punya catatan kehidupannya dulu?

//

Losing Me - Lee KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang