O7. Tenggelam

68 18 0
                                    

"Kau sungguh malaikat maut yang sulit diatur, Lee Minho."

Dengan cepat, Minho menoleh ke arah suara. Laki-laki nyentrik itu melayang tepat di hadapannya. Kakinya sama sekali tidak menyentuh air. Mungkin kalau manusia melihat pemandangan ini. mereka akan pingsan karena terkejut.

Yah, Christopher Bang bukan manusia biasa. Ia bahkan bisa hidup di antara dua dunia. Sebaiknya kalian sudah terbiasa dengan hal itu.

Minho mengusap wajahnya kasar. "Aku sungguh ingin membunuhmu, Chris."

Chan terkekeh. Ia melipat tangan di dada. Telunjuknya ia ketukan di dagunya. "Sebuah tekad yang bagus, tapi aku bahkan sudah mati lebih dulu dari pada kau."

Minho mengerutkan kening. Tidak mengerti ke mana arah pembicaraan laki-laki nyentrik ini.

"Ah, tidak banyak malaikat maut yang tahu ini," lanjut Chan sambil melayang mengelilingi Minho. "Aku juga dulu manusia. Seperti kau. Tapi ibuku membunuhku saat aku bayi. Malaikat maut yang menjemputku memberikanku kesempatan untuk hidup tapi dengan tugas yang teramat berat."

Minho hanya bergeming.

"Sebenarnya aku tumbuh, tapi pertumbuhanku sangat lambat. Aku berulang tahun setiap seribu tahun sekali. Jadi aku sudah mati sejak 30.000 tahun yang lalu."

Helaan nafas terdengar sebagai tanda jeda dari cerita Chan. Laki-laki itu berhenti tepat di depan wajah Minho. "Hidup di dunia itu anugerah, Minho. Tapi untuk sebagian makhluk, hidup di dunia itu kutukan. Aku menganggap diriku hidup di dunia ini sebagai kutukan."

"Apakah aku harus merasa prihatin denganmu?"

Chan terkekeh. Ia menyentil dahi Minho dengan pelan, membuat sang malaikat maut itu menyipitkan mata sinis. "Kau seharusnya prihatin dengan dirimu sendiri. Karena kau pun, hidup di dunia ini karena kutukan."

Minho terkekeh sarkas. "Terima kasih sudah mengingatkanku tentang itu."

Chan melayang mendekati Minho. Kini, jarak mereka cukup dekat, sampai-sampai ia bisa merasakan tatapan tajam Minho seolah bisa mencabik-cabik tubuhnya. "Aku punya rahasia untuk membebaskanmu dari kutukan ini. Sekarang..."

Minho terkejut setengah mati kala tangan Chan terangkat untuk mencekiknya. Ia tidak mengerti kenapa tangan kekar itu cukup membuat lehernya sakit, padahal Minho tidak pernah merasakan sakit.

"Sekarang nikmati pertunjukan dan cari informasi sebanyak-banyaknya."

Tangan Chan membawa Minho semakin tenggelam. Kini air sudah menyentuh pinggangnya. Minho memberontak, tapi tenaganya tidak cukup kuat untuk melepaskan tangan Chan dari tubuhnya.

Semakin dalam, semakin dingin, di detik-detik terakhir sebelum wajahnya tenggelam di dalam air, ia bisa melihat Chan tersenyum simpul.

Minho membuka mata. Tubuhnya sudah seluruhnya berada di bawah air. Ia tidak suka ini. Tenggorokannya tercekat, panas dan perih. Dingin menusuk tulang seolah-olah bisa meretakkan seluruh tulangnya. Kepalanya pening bukan main. Malaikat maut harusnya tidak merasakan sakit, tapi kali ini rasanya sakit luar biasa!

Sekelebat bayangan hitam mengintrupsinya. Usaha untuk mengeluarkan dirinya dari alam air terhenti. Bayangan hitam itu semakin mendekat dan membentuk gambaran-gambaran abstrak. Semakin lama, semakin jelas pula gambaran itu. Minho berenang untuk mendekati bayangan itu. Hal yang ia tangkap selanjutnya adalah gambaran seorang laki-laki berusia sekitar dua puluhan tenggelam karena... seseorang mencekiknya dari atas air.

"Mati saja kau, anak bodoh!"

Sang laki-laki memberontak, tapi sia-sia. Ia kehabisan nafas.

"Anak mana yang tega melukai ayahnya seperti ini, huh? Lebih baik kau mati, Lee Minho!"

Kalimat itu berhasil membuat bulu kuduk Minho meremang. Rasanya tubuhnya baru saja dijatuhkan bongkahan besar. Laki-laki dalam bayangan itu melemas dan hilang kesadaran. Menyadari hal itu, laki-laki yang mencekiknya melepas tubuhnya hingga tenggelam ke dasar sungai.

Bayangan itu memudar, tapi sebelum bayangan itu menghilang dari pandangannya, Minho menyadari seseorang sedang beristirahat di dasar sungai ini.

//

Losing Me - Lee KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang