O6. Dingin?

67 20 0
                                    

Tiba-tiba saja terpikirkan bagaimana jadinya kalau ia tidak pernah membuat Minho menjadi seorang malaikat maut. Kalau boleh jujur, ia agak menyesal telah melakukan itu. Ia tidak pernah menduga Minho akan menjadi sesuram ini, semerepotkan ini.

Riak air yang bergerak di bawah sinar bulan menarik atensinya kembali ke dunia. Ditatapnya Minho dan Seungmin yang berdiri tidak jauh dari tempatnya. Mereka sepertinya masih memperdebatkan sesuatu.

Dalam hitungan detik, Chan berpindah ke hadapan mereka. "Jadi, apa keputusan kalian?"

"Hyung," panggil Seungmin. "Aku tahu kau bisa berpindah seperti angin, tapi aku manusia yang bisa kaget."

Chan mengerutkan kening. "Aku tersinggung karena kau belum terbiasa dengan itu, Kim Seungmin."

Minho memutar bola mata. Ia membalik badannya karena merasa pusing dengan perdebatan dua orang itu. Ia berjongkok di pinggir sungai, membiarkan air mengerpa kakinya yang terbungkus sepatu hitam.

Ia tidak mengerti. Kenapa ia bisa merasakan dinginnya air padahal ia tidak punya raga? Selama ini ia tidak pernah merasa dingin, panas, lapar ataupun haus. Kalian ingat, ia hidup seperti angin.

Tanggannya terulur untuk menyentuh air. Beberapa detik, sampai ia menarik tangannya menjauh dengan cepat. Ada sensasi aneh yang ia rasakan. Dingin dan... menyetrum?

"Hyung, kau baik?"

Minho menoleh ke arah suara. Entah sejak kapan si hantu cupu ini sudah berdiri di sampingnya. Pipinya yang tembam terlihat jelas di bawah sinar remang. "Hm," jawabnya singkat.

"Jadi bagaimana? Kau sudah menemukan jawaban?"

Minho berdiri setelah menyugar halus rambutnya. "Seungmin menduga ada orang yang sengaja menggantung jasadmu di sini seolah-olah kau bunuh diri."

"Itu masuk akal." Jisung mengetuk jari telunjuknya di dagu. "Apalagi yang ia temukan?"

"Kenapa kau tidak tanya sendiri ke Seungmin?" Minho mulai naik pitam.

Dibalas dengan decihan tidak suka dari si hantu. "Dasar malaikat maut pemarah!"

Alih-alih memikirkan Jisung, Minho kembali jongkok di pinggir sungai. Membiarkan Jisung -dengan omelannya yang super menyebalkan- meninggalkannya.

Kembali terfokus pada riak air yang bergerak tenang di ujung sepatunya, Minho menghela nafas. Ada perasaan yang mendorongnya untuk menyentuh air,  tapi gejolak aneh yang ia rasakan dari tadi sangat menganggu. Ada yang salah.

"Minho hyung," panggil seseorang yang begitu ia kenali.

"Mm," jawahnya tanpa berniat menoleh ke arah si pemanggil.

"Bisakah kau menyelam untuk mengecek apakah jasad Jisung ada di bawah sana?"

"Kenapa tidak kau saja?"

Si laki-laki menghela nafas. Ia melipat tangan di depan dada. "Aku manusia. Aku bisa mati membeku kalau berenang di bawah suhu minus 5 ini."

"Jisung?"

"Ia takut air."

Minho menghela nafas. "Chris?"

"Chan Hyung sudah pergi."

Begitu mendengar jawaban Seungmin, Minho menoleh. Benar. Sekarang yang bediri di sampingnya hanya Han Jisung, si hantu cupu dan Kim Seungmin, si mahasiswa forensik.

Jisung mengatupkan kedua tangannya. Matanya yang bulat menatap Minho dengan penuh harap. "Tolong, hyung."

Minho mengeram. Ia berjalan mendekati Jisung. Begitu jaraknya cukup dekat, ia mulai memuntahkan kekesalannya.  "Argh! Dasar hantu merepotkan! Kau tahu aku ini malaikat maut dan bukan tugasku untuk mencari tahu kematianmu. Kau sungguh-"

Kalimat Minho terputus. Pasalnya, ia merasakan tubuhnya berpindah sendiri ke... tengah sungai.

Kakinya sudah tenggelam di dalam air sebatas mata kaki. Dingin menjalar melalui telapak kakinya, ke tangannya, dan menjalar ke seluruh tubuhnya. Gejolak aneh itu kembali membuncah.

Ia memandang sekeliling. Seungmin dan Jisung tidak ada di sana. Kemana mereka?

"Kau sungguh malaikat maut yang sulit diatur, Lee Minho."

//

Losing Me - Lee KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang