1O. Mengantar Si Hantu

55 19 0
                                    

"Kau cukup tampan?"

Si hantu kecil mendecak. "Itu terdengar seperti ledekan."

Chan tertawa lepas. Ia mengusak rambut kecoklatan milik si hantu kecil. "Kau memang cukup tampan. Yang Jeongin bilang kau cucunya yang paling berbakat walaupun agak sulit diatur."

"Aku hanya tidak mau menuruti perintah si tua itu." Jisung menghela nafas. Ditatapnya foto seorang laki-laki berbingkai kayu yang dikelilingi bunga putih. Fotonya. Jasadnya ada di dalam peti di bawah foto itu. "Mungkin kalau aku menuruti perintah si tua itu untuk pulang lebih awal, aku masih hidup sekarang."

Chan terkekeh. "Waktumu di dunia sudah hampir habis. Kau harus pergi sebelum arwahmu terbakar karena itu akan sangat menyiksa."

Jisung mengangguk. Ia mengulurkan tangan untuk menyentuh fotonya sekali lagi. "Apakah begini rasanya melihat dirimu mati?" Tanyanya, lebih seperti monolog.

"Aku mati 30.000 tahun yang lalu, tapi aku tidak tahu bagaimana rasanya dimakamkan dengan baik seperti ini."

"Oh ya? Apa yang terjadi padamu?"

"Ibuku membakarku hidup-hidup saat aku masih bayi." Chan terkekeh. Ia mengibaskan tangan di depan dada. "Kau tidak boleh merasa sesal, Jisung. Kalau tidak kau akan terjebak di dunia ini seperti kami."

Jisung menelengkan kepala. "Kami? Siapa?"

"Kami."

Jisung menoleh ke arah suara. Entah sejak kapan si malaikat maut menyeramkan, Lee Minho, dan si malaikat maut bodoh, Hwang Hyunjin, sudah berada di dalam ruangan. Masing-masing dari mereka memegang buku hitam tebal. Melihat itu, Jisung menarik sudut bibirnya. "Aku sangat terharu karena kalian berkumpul untuk mengantarku pergi?"

"Agak merepotkan tapi oke." Minho menyahut dengan nada dingin.

"Wow, bahkan si dokter forensik yang super sibuk juga akan mengantarku?" Sindir Jisung begitu melihat Kim Seungmin masuk ke ruangan dengan setelan jas rapi dan seikat bunga putih di tangannya.

Dibalas dengan decakan malas dari sang dokter. "Kasusmu akan segera diselidiki. Mereka sedang mengejar Sunwoo. Aku akan memastikan ia mendapatkan hukuman yang setimpal, Jisung."

Jisung tersenyum lebar. "Tidak apa-apa. Ia punya masalah yang cukup berat, itulah mengapa ia selalu ingin menyingkirkanku agar karirnya tidak terhalang olehku. Mau bagaimanapun, Sunwoo adalah sahabatku."

Untuk beberapa menit, tidak ada yang bicara. Hanya terdengar deru nafas Seungmin -karena hanya ia yang masih bernafas- yang tiba-tiba terdengar berat. Seharusnya ia tidak merasa sesedih ini karena sejatinya, ia tidak pernah kenal dengan Han Jisung sebelum anak itu mati, tapi melihat keceriaan dan ketulusan dari si hantu kecil, Seungmin merasa tidak adil kalau ia harus mati secepat ini.

"Kau harus pergi." Minho memecah keheningan.

Jisung mengangguk. Ia menoleh ke arah Chan. "Aku titip si tua Jeongin."

Chan membalasnya dengan anggukan. "Tidak perlu khawatir, Jisung."

"Dokter Kim!" Panggil Jisung gembira. Ia menepuk pundak Seungmin beberapa kali. "Terima kasih atas bantuanmu. Semoga studimu lancar ya!" Kemudian Jisung menatap Hyunjin. "Kakekku Felix akan menceritakanmu tentang hubunganmu dengan Jeongin setelah ini. Aku harap ia punya informasi yang cukup untukmu."

Hyunjin terkekeh. Ia mengusak rambut Jisung pelan. "Ah, kasurku jadi terasa luas setelah ini. Pergilah dengan tenang."

Jisung terkekeh. Ia berjalan pelan ke arah Minho yang sudah membuka pintu emas yang mengeluarkan cahaya putih menyilaukan. Ia menatap Minho sekilas, kemudian tubuhnya bergerak tanpa perintah. Ia memeluk leher Minho. "Aku harap kau bisa menutup pintumu dengan rapat, Hyung. Terima kasih atas segalanya."

Tadinya Minho hanya bergeming, tapi menengar kalimat Jisung, hatinya berdesir. Tangannya yang terbebas menyentuh punggung Jisung dan menepuknya dengan pelan. Beberapa detik, sampai Jisung melepaskan pelukannya. "Pintu ini akan membawamu pada perdamaian abadi. Pergilah, hantu cupu."

Jisung terkekeh. Sebelum ia melangkah masuk ke dalam pintu, ia sempat tersenyum pada mereka yang ada di sana, termasuk si kakek Felix yang diam-diam mengintip dari balik pintu. Rasanya menyenangkan, dicintai oleh banyak orang bahkan sampai di detik terakhir hidupnya.

Pintu tertutup dan perjalanannya di dunia selesai sampai di sini.

//

Losing Me - Lee KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang