June mengunci pintu kamar dengan sedikit kasar, menolak untuk memikirkan bagaimana tidur Bobby malam ini. Menghiraukan sebuah ketukan halus pada daun pintu kamar mereka, yang kemudian berubah menjadi sedikit kasar.
June mendengkus.
Hal yang sudah ia lakukan entah ke berapa kalinya untuk hari ini.
Tidak berapa lama kemudian ponselnya berdering, tidak perlu ditanyakan lagi rasanya dari siapa, karena tentu dari suaminya yang menyebalkan itu. Namun tak urung juga diangkatnya.
'Ini serius lo cemburu lagi???'
"Enggak usah bentak-bentak gue," bukannya menjawab, June malah melayangkan protesnya karena suara Bobby yang dinilainya terlalu keras, "ini rumah, Bob, bukan hutan."
'Ya, oke, gue minta maaf,' Bobby mengatur napasnya yang naik turun karena emosi, 'gue minta maaf karena enggak izin ke lo dulu tadi waktu Bara minta gue temenin anak baru itu buat ketemu client. Tapi, ya Tuhan, Jun, ini pekerjaan, kan?? Dan Bara itu senior gue, kalau lo lupa.'
Nyenyenye...
June kembali menulikan telinganya.
'Ini lo apa-apaan, sih, cemburu enggak jelas dari kemarin sama anak baru yang bahkan gue lupa-lupa inget namanya siapa,' menurut Bobby sikap June kian tidak masuk akal belakangan ini, serta merta kemudian memunculkan ide konyol di kepalanya. Bobby berkata lagi, 'lo lagi hamil, ya?'
"Mulut lo!!"
'Sssttt... Jangan teriak-teriak, Jun. Ini rumah, bukan hutan,' timpal Bobby tidak peduli umpatan June yang semakin terdengar dari dalam kamar mereka.
'Cuma teman, Samuderaaa, astaga.'
"Kita juga awalnya dari teman, Bob."
Bobby mengurut pelipisnya resah.
Boleh jadi June yang cemburu akan sangat menggemaskan, tapi kali ini, ungkapan itu sedikit kurang tepat karena pada kenyataannya June bahkan akan sangat tega sekali membiarkannya tidur di depan tv, di ruang tamu mereka.
June bahkan tidak membiarkan Bobby menyentuhnya seujung kuku pun sejak balada si anak baru hadir di tengah-tengah mereka.'Ke dokter yuk, sayang, gue penasaran di perut lo ada apaan, jangan-jangan beneran hamil, soalnya lo jadi sensitif enggak ketulungan begini,' Bobby sedang tidak berminat untuk melenyapkan kekonyolannya ternyata, 'ada baiknya sensitifnya lo ini disalurkan ke hal-hal yang baik. Contoh, biarkan gue untuk tidur di dalem dan lo kasih jatah gue. Rapel.'
Seketika didengarnya sambungan telepon mereka terputus, dan mendapati pintu kamar terbuka. June melemparkan bantal tidur ke arahnya dengan gerakan yang cukup kencang.
"Gue tidur diluar lagi???"
*
*
*
Hari berikutnya, June sudah tiba lebih dulu di kantor mereka, sendiri, tidak dengan Bobby karena suaminya itu diminta untuk menemuai client bersama dengan Bara dan anak baru bernama...
"Nesya?"
June menganggukkan kepalanya, tadi Adithya bertanya tentang mengapa wajah June tertekuk sedemikian rupa, "kamu cemburu sama Nesya?"
June tidak menghiraukan pertanyaan Adithya yang bahkan sudah sangat valid apa jawabannya, "Nesya udah punya tunangan, Jun, anak sini, beda divisi aja," laki-laki manis dengan kulit pucat itu kemudian menarik sudut bibirnya sebelah, "ugh, yang cemburu gemes banget, sih, Samuderaaa..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hypocrite. 2 - Koo Junhoe & Kim Jiwon [END]
FanfictionYou are still my Ocean. Hypocrite - Sequel 💙💜 Disclaimer: 🔞 BXB Yaoi Boyslove Fluff A lil bit harsh words Yang enggak suka, jangan dibaca ya.