Waktu terasa cepat berlalu, kebohongan itu masih tersimpan rapi. Suho bahkan sudah melupakannya dan terhanyut dalam kebahagiaan semu yang ia bangun. Tapi hal itu membuat kewaspadaannya menurun, ia tak tau jika hari itu datang padanya. Kebohongannya terbongkar.
Irene sedang membersihkan kamarnya, ia mengecek satu per satu barang yang ada disana untuk di bersihkan. Saat akan membuka laci nakas, dahinya berkerut karena laci itu tidak bisa di buka.
“Mwo? Apa aku menguncinya?” guman Irene. Ia mencari kunci laci itu dan menemukannya.
“Eomma... Baegoppa,” seru Chanyeol kencang.
“Nee, Jankanman,” sahut Irene. Ia mengurungkan niatnya membuka laci dan menaruh kunci itu di atas nakas lantas keluar untuk membuatkan Chanyeol makanan.
“Hyung,” ucap Kyungsoo menyambut Chanyeol yang barusaja pulang sekolah. Ia berlari sembari membawa buku gambar.
“Jangan lari-lari Kyungsoo-ya, kau bisa jatuh nanti,” timpal Chanyeol mengingatkan.
“Hehe, mianhae hyung. Lihat ini, Kyungie menggambarnya sendili,” ujar Kyungsoo sembari menunjukkan hasil gambarannya. Gambaran sebuah keluarga yang bahagia.
“Wah, gambarmu bagus sekali Kyungsoo,” puji Chanyeol. Kyungsoo mengangguk-angguk lucu.
“Eomma, lihat... Ini Appa, Eomma, Chanyeol hyung dan Kyungie.” Kyungsoo beralih menunjukkan gambarnya pada Irene.
Irene tersenyum mengangguk sembari mengelus perlahan surai lembut milik Kyungsoo. Ia mengajak kedua anaknya itu ke meja makan. Irene tidak pernah membeda-bedakan, meskipun Kyungsoo bukan anak kandungnya tapi Irene tetap menyayangi Kyungsoo.“Eomma, Yeolie akan ikut lomba menyanyi,” ucap Chanyeol dengan mulut penuh makanan.
“Telan dulu baru bicara Chanyeol-aa,” balas Irene mengingatkan.
“Daebak! Kyungie juga ingin ikut lomba,” seru Kyungsoo.
“Memangnya kau bisa menyanyi Kyung?” tanya Chanyeol. Kyungsoo mengangguk mantap, ia bersiap memulai nyanyiannya.
“wingkel wingkel litel stal, how i wondel what you al, up above the wold so high, like a diamond in the sky,” nyanyian Kyungsoo disambut tawa renyah dari Chanyeol juga Irene. Menggemaskan sekali melihat Kyungsoo yang masih cadel bernyanyi. Ingin rasanya Chanyeol memakan pipi gembung milik Kyungsoo tapi tentu ia masih menyayangi adiknya. Jadi, roti yang ada dihadapannya menjadi pelampiasan.
“Nanti kalau Kyungsoo sudah besar, Kyungsoo bisa sekolah dan ikut lomba menyanyi,” ucap Irene.
“Kyungie sudah besar,” balas Kyungsoo.
“Ck, kau itu masih cengeng Kyungsoo-ya. Bangun tidur saja kau menangis karena tidak ada yang menemanimu.” Chanyeol tergelak. Kyungsoo mengerucutkan bibirnya, sebal dengan ledekan hyungnya yang benar.
“Sudah-sudah. Setelah ini Kyungsoo tidur siang arra?”
“Shilleo, Kyungie ingin main dengan Chanyeol hyung,”
“Kau harus menuruti Eomma, Kyungie,”
“Tapi,”
“Baiklah, sebentar saja setelah itu tidur. Arraseo?” Kyungsoo mengangguk. Ia mengajak kakaknya yang sudah selesai makan ke kamarnya. Mereka akan membangun lego disana, Kyungsoo sibuk merakit dan menyatukan lego itu. Tak butuh waktu lama, Kyungsoo sudah mengantuk. Chanyeol segera mengajak adiknya itu ke tempat tidur.
“Cha.. sekarang tidur,” ucap Chanyeol. Kyungsoo mengangguk, ia mulai memejamkan matanya dan jatuh tertidur. Chanyeol merapikan selimut yang membungkus tubuh mungil milik adiknya lalu beranjak keluar kamar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik Sendu ✔
FanfictionPernahkah kau merindukan seseorang sebanyak tetesan air hujan yang jatuh ke bumi? Atau mungkin lebih daripada itu. Rasanya begitu berat, aku tidak bisa menemukannya. Sudah ku cari ke setiap tempat, tapi dirinya tak kunjung terlihat. Langkah kecilku...