Part 9

541 62 2
                                    

Minseok mengantarkan Kai pulang. Ia tertegun begitu tau Kai tinggal di panti asuhan. Sepanjang perjalanan pun keduanya hanya diam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Tidak berniat membahas lebih lanjut hal yang tadi terjadi.

"Terima kasih Ahjussi," ucap Kai sopan lantas membuka pintu mobil.

"Tidak perlu terlalu formal, panggil samchon saja," balas Minseok.

"Arraseo.. hati-hati di jalan samchon." Kai melambaikan tangannya begitu mobil Minseok berlalu dari hadapannya.

"Ternyata kehidupan orang itu beda-beda ya," guman Kai sebelum melanjutkan langkah masuk ke rumah.

***

Irene buru-buru mengikuti Minseok begitu sekretaris suaminya itu memberi tahu kalau Chanyeol ada di rumah sakit. Ia bahkan tidak berpikir panjang saking paniknya.

"Kau tidak perlu panik begitu. Chanyeol baik-baik sa-"

"Diam. Fokuslah menyetir, kita harus cepat sampai," sela Irene. Ia terus merapal doa dalam hati.

"Sepertinya kau sangat menyayangi Chanyeol." Irene terdiam, mengalihkan pandangan ke arah jendela mobil.

"Apa kau tidak bisa melakukan hal yang sama pada Kyungsoo?" Perkataan Minseok barusan berhasil mengambil atensi Irene.

"Dia bukan anakku. Jadi, untuk apa aku menyayanginya. Anakku hanya Chanyeol,"

"Lima tahun bukan waktu yang sebentar Irene. Kau yang merawatnya sejak kecil. Mungkin kau akan marah setelah ini tapi biarkan aku menceritakan semuanya. Jangan menyela." Entah kenapa Irene menurut saja, mendengarkan Minseok bercerita. Cerita yang kembali membuka luka yang susah payah ia sembuhkan.

"Kyungsoo anak dari adikku. Kim Jisoo. Kau pasti mengenalnya kan? Sekretaris Suho sebelum aku. Waktu itu dia datang, menawariku pekerjaan menjadi sekretaris untuk menggantikannya. Aku sempat curiga tapi dia bilang ingin resign untuk istirahat. Akhirnya aku menerima tawaran itu tanpa tau adikku sedang mengandung. Aku benar-benar kakak yang bodoh karena tidak selalu ada disampingnya. Istriku waktu itu juga hamil. Dan aku butuh biaya persalinan yang cukup besar," Minseok menjeda ceritanya sejenak.

"Singkat ceritanya aku mendapat kabar kalau adikku masuk rumah sakit. Aku benar-benar panik, aku jarang mengunjunginya dan tiba-tiba mendapat kabar buruk darinya. Dan kau tau apa yang paling aku sesali? Aku datang terlambat. Suho sudah membawa bayi itu. Kau sendiri tau seperti apa cerita selanjutnya. Aku hanya meminta satu hal, tolong sayangi Kyungsoo sama sepeŕti kau menyayangi Chanyeol. Dia tidak punya siapa-siapa. Ibunya sudah tiada dan ayahnya bahkan tak menganggapnya ada." Irene tertegun, tak menyangka mendengar fakta mengejutkan seperti ini. Air matanya mengalir begitu saja, menciptakan dua sungai kecil yang menuruni pipi.

"Aku tidak bisa," ucap Irene sebelum keluar dari mobil Minseok karena mereka sudah tiba di rumah sakit.

"Kamar VVIP nomer 129. Chanyeol sedang menunggui adiknya yang sakit." Langkah Irene sempat terhenti setelah mendengar teriakan Minseok. Tapi sudah kepalang tanggung, Irene melanjutkan langkahnya. Berusaha meneguhkan hati dan berharap setelah ini tidak terjadi hal buruk.

***

Agaknya harapan Irene tidak terkabulkan. Wanita cantik itu terdiam begitu melihat sosok Suho berdiri di depan pintu. Termenung menatap celah pintu yang sedikit terbuka.

"Ehem.. permisi," ucap Irene, buru-buru memegang gagang pintu.

"Irene?" balas Suho terkejut. Istri yang ia rindukan selama ini akhirnya kembali. Baru saja hendak memeluk, tangan Suho ditepis begitu saja. Sorot mata Irene terlihat tak bersahabat, memandang sinis sosok yang pernah menjadi suaminya.

Rintik Sendu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang