Part 6

506 64 2
                                    

Kyungsoo menggerutu karena Kai lama sekali di toilet. Ia memutuskan untuk berjalan-jalan disekitar sana untuk mengusir bosan. Telinganya menangkap nada piano yang terdengar samar. Kyungsoo mencari asal suara itu dan berhenti di depan pintu ruang musik. Seseorang sedang memainkan piano dengan begitu indah. Tanpa sadar air mata Kyungsoo menetes.

“Hyung....” lirih Kyungsoo.

Chanyeol menoleh setelah menyadari ada seseorang yang berdiri diambang pintu. Ia menghentikan permainan pianonya dan menghampiri namja berseragam sekolah menengah atas itu.

“Kenapa menangis?” tanya Chanyeol begitu mendapati jejak air mata pada wajah orang dihadapannya. Tangannya terulur pelan menghapus liquid bening itu.

“Apa kau siswa SMA yang sedang lomba disini?”

“Hyung tidak ingat?” Chanyeol mengernyit bingung.

“Apa kita pernah bertemu?” Kyungsoo menunduk, ia menghapus sisa air matanya.

“Kyung-aa, ayo kita kembali!” teriak Kai di ujung koridor. Kyungsoo tak ingin pergi.

“Temanmu sudah memanggil. Aku juga harus pergi,” pamit Chanyeol lantas berlalu pergi. Kyungsoo hanya bisa diam menatap kepergian kakaknya.

“Hey, kenapa melamun. Choi-ssaem sudah menunggu. Ayo,” ajak Kai. Kyungsoo menurut, senyumnya tercipta. Ia senang karena sudah menemukan kakaknya.

**

Chanyeol mempercepat langkahnya begitu sampai di fakultas matematika. Ia melongok kesana kemari mencari Baekhyun di stan makanan.

“Hey,” ucap seseorang sembari menepuk bahu Chanyeol.

“Kamjagiya, kau mengagetkanku Baek,”

“Hahaha, Mian.. Kau seperti anak ayam yang kehilangan induknya,” ledek Baekhyun sembari menyuapkan es krim ke dalam mulutnya. Panas-panas begini memang cocok sekali menikmati es krim.

“Kau tidak membelikanku?” tanya Chanyeol sambil melirik es krim di tangan Baekhyun.

“Beli saja sendiri. Ah ya.. tau tidak, peserta paling muda berhasil meraih juara kedua,”

“Mwo?”

“Haish.. Biasanya olimpiade matematika diikuti siswa kelas sebelas. Aku dengar ada siswa kelas sepuluh yang ikut. Hebat bukan, ia bisa mendapat juara kedua,”

“Benar juga. Dia jenius sekali,”

“Aku lupa lamanya. Eum, marganya sama denganmu.” Baekhyun berpikir sejenak, mengingat-ingat informasi yang ia dapatkan dari panitia olimpiade tadi.

“Kim?”

“Nee. Kim Kyungsoo,” ucapan Baekhyun barusan membuat Chanyeol seketika mematung. Ia tidak salah dengar kan. Baekhyun baru saja menyebutkan nama adiknya dan itu berarti adiknya ada disini. Chanyeol menatap jauh ke arah fakultas seni.

“Tidak mungkin,” guman Chanyeol. Ia ingat siswa berseragam abu-abu yang tadi ia temui sempat memanggilnya hyung bukan sunbae seolah mereka pernah dekat sebelumnya. Dengan langkah seribu Chanyeol kembali berlari ke fakultas seni. Harap-harap adiknya itu masih disana.

“Yak! Kenapa dia lari,” seru Baekhyun. Ia memilih mengikuti kemana Chanyeol pergi. Keduanya terhenti di depan ruang musik yang lenggang. Tidak ada siapapun disana. Chanyeol terlambat.

**

Krak.. piala itu hancur begitu saja saat Suho melemparkannya dengan keras. Piala yang susah payah Kyungsoo dapat kini tak berbentuk lagi. Suho marah begitu tau Kyungsoo tidak berhasil meraih juara pertama. Segala makian keluar dari bibirnya. Kyungsoo hanya bisa menunduk takut. Keinginannya untuk memberi tahu sang ayah jika ia bertemu dengan Chanyeol pupus begitu saja.

Rintik Sendu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang