Suho datang ke kantornya dengan langkah tergesa. Ia bahkan tidak membalas sapaan para karyawan dan langsung masuk ke ruangannya. Setelah menutup pintu cukup keras, pandangan Suho beralih ke puluhan dokumen yang tertata di meja kerjanya.
Brak... Ia menghempaskan dokumen itu hingga tercecer di lantai. Tak peduli dengan komputernya yang ikut terjatuh dari meja. Suho benar-benar marah.
Kim Minseok selaku sekretaris Suho bergegas mengetuk pintu begitu mendengar suara gaduh dari ruangan atasannya. Ia membuka pintu dan terkejut melihat keadaan ruangan yang cukup berantakan.
“Sajangnim,” panggil Minseok. Suho menoleh, ia mengusap kasar wajahnya yang sudah basah dengan air mata. Minseok berinisiatif untuk menghampiri atasannya. Ia membawa Suho ke sofa dan bangkit untuk mengambilkan air minum. Setelah tenang, Minseok dengan senang hati mendengarkan Suho bercerita. Menjadi sekretaris Suho selama lima tahun membuatnya sedikit banyak mengenal atasannya.
“Apa yang harus ku lakukan?” tanya Suho frustasi. Ia tidak ingin bercerai dengan Irene. Sungguh hal ini tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
“Maaf sajangnim. Saya tidak bisa membantu banyak, mungkin anda bisa menghubungi istri anda kembali. Tapi saya rasa anda juga harus memperhatikan Kyungsoo,” saran Minseok.
“Ini semua gara-gara dia. Jika saja dia tidak hadir dalam kehidupanku, keluargaku tidak akan hancur,” sentak Suho. Minseok hendak menolak pernyataan itu, tapi ia rasa itu hanya akan menimbulkan perdebatan. Dirinya juga tidak berhak untuk ikut campur.
“Saya akan berusaha mencari istri dan anak anda Sajangnim,” ucap Minseok. Suho mengangguk pelan, ia mengizinkan Minseok pamit undur diri.
**
Minseok menghela nafas berat sebelum memasuki kediaman Suho. Ia ingin mengecek keadaan putra bungsu Suho. Pasti menyakitkan melihat orang tuanya bertengkar tepat di depan matanya sendiri. Minseok khawatir pada Kyungsoo.
“Selamat malam Tuan,” ucap Paman Kang.
“Dimana Kyungsoo?” tanya Minseok sesaat setelah menganggukkan kepalanya.
“Dia ada di kamar bersama Bibi Ahn. Tuan muda terus menangis dan demam tinggi,” jawab Paman Kang. Minseok buru-buru masuk ke kamar Kyungsoo. Ia melihat Bibi Ahn tengah mengompres kening Kyungsoo yang berkerut seolah menahan sakit.
“Kita bawa dia ke rumah sakit,” ucap Minseok setelah mengecek suhu tubuh Kyungsoo yang terlalu panas. Bibir anak itu bergetar, terus menggumankan ibu dan kakaknya.
“Tuan Suho akan marah jika kami membawanya ke rumah sakit. Kami sudah mengabarinya tadi, tapi beliau bilang biarkan saja,” balas Bibi Ahn.
“Kita ke rumah sakit sekarang.” Minseok langsung menggendong tubuh Kyungsoo. Ia tak peduli jika nantinya ia akan kena marah.
**
Malam ini sepertinya bintang tak mau menampakkan diri. Membiarkan bulan sendirian diatas sana bergelut dengan awan hitam yang berusaha menghalangi cahayanya. Chanyeol termenung, ia duduk di balkon kamarnya. Irene membawanya ke tempat yang cukup jauh dari rumah.
“Sayang, kau belum tidur?” tanya Irene yang datang sambil membawa segelas coklat. Wajahnya terlihat lebih baik meskipun masih menyisakan kesedihan.
“Kenapa kita tidak membawa Kyungsoo juga Eomma?” ucap Chanyeol memberanikan diri. Ia harus membahas ini dengan ibunya.
“Maafkan Eomma sayang, tapi Eomma tidak bisa menerimanya setelah tau ia anak dari selingkuhan Appamu.” Irene berusaha menahan tangis. Ia menyandarkan kepala Chanyeol ke bahunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik Sendu ✔
FanfictionPernahkah kau merindukan seseorang sebanyak tetesan air hujan yang jatuh ke bumi? Atau mungkin lebih daripada itu. Rasanya begitu berat, aku tidak bisa menemukannya. Sudah ku cari ke setiap tempat, tapi dirinya tak kunjung terlihat. Langkah kecilku...