Bab 2

1.1K 77 1
                                    

Happy Reading!

Semoga Suka💜

~♥♥~

"Apa kabar, kalian?" kata Elisa di depan layar laptopnya.

"Baik. Disini banyak cogan, jadi gue betah!" jawab Citra di seberang.

Saat ini Elisa dan kelima sahabatnya tengah melakukan video call untuk melepas rindu.

"Cogan mulu otak lo!" kata Putri. "Nia! Lo kapan balik?"

"Satu bulan lagi gue wisuda," jawab Nia yang sambil makan.

"Lo habis ronda malam, Zi?" tanya Elisa yang melihat wajah Fauzia seperti orang mengantuk.

Di seberang Fauzia menguap. "Nanti siang gue ujian buat kelulusan, semalaman gue belajar sampai subuh. Doain lancar guys!"

"Amin, bentar lagi jadi dokter muda," sahut Nadia.

"Lo beneran ambil Pendidikan Bahasa Indonesia, Nad?" tanya Citra.

"Udah mau lulus masih aja nggak percaya," jawab Putri mewakili Nadia.

"Gue malah hampir nggak percaya kalau dulu Nadia mau jadi guru," ujar Nia.

"Udah bimbingan skripsi bab tiga gue, mah," balas Nadia.

"Muka lo kek orang mau nangis, El. Kenapa?" tanya Putri.

Detik itu juga Elisa menangis. "Gue nggak mau dijodohin," katanya.

"HAH!?" pekik bebarengan kelima sahabatnya.

"Dijodohin sama siapa?" Nia sudah meletakkan makanannya sembarangan lalu menatap ke monitor dengan serius.

"Mau jadi mahmud," kata Putri terkikik geli.

"Undangannya jangan lupa, El," sahut Citra.

"Nikah muda ceritanya," ucap Nadia sambil tersenyum.

"Yang sabar, El. Terima lapang dada," ujar Fauzia. "Kalian masih ingat soal taruhan waktu itu 'kan?" tanya Fauzia yang mulai bersemangat.

Nadia tidak ikut-ikutan. Ia hanya sebatas mengetahui saja.

"MASIH!" jawab Nia, Putri, dan Citra.

Laknat semua memang! Bukannya malah menenangkannya, mereka malah membahas soal taruhan waktu SMA dulu. Bolehkah Elisa menukar kelima sahabatnya ini dengan emas batangan yang lebih berharga?

"Orangnya ganteng nggak?"

"Kaya nggak?"

"Jangan-jangan lo dijadiin istri simpanan, El,"

"Masih muda atau udah tua?"

"Udah pernah ketemu nggak?"

Elisa memijat pelipisnya pelan. Salah! Salah besar Elisa memberi tahu sahabat-sahabatnya. "Astaghfirullah," ujarnya.

IRIDESCENT ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang