Part 25 - Kasus Ditutup

48 7 3
                                    

7, Agustus 2023 - 09.45 KST

Hari Minggu, rasanya aku ingin merebahkan tubuhku di kasur saja. Tapi hal seperti itu sedikit mustahil untuk seorang Naura saat ini.

Ting!

Baru saja aku ingin mengecek notifikasi itu, tiba-tiba saja ada panggilan masuk. Dengan gerakan yang cepat, aku menekan tombol hijau pada ponselku.

"Sunb—"

"Temui aku di gedung BIG 4." ucap Jimin sunbaenim tanpa basa-basi.

Memang aku bukan orang yang suka basa-basi, tapi maksudku bukan seperti ini juga.

"U-untuk apa?" tanyaku ragu, takut dipotong oleh Jimin sunbaenim seperti awal tadi.

"Membahas banyak hal, cepat kesini, 10 menit." ucapnya sebelum aku berniat untuk mematikan sambungan teleponnya.

"Ekhem, m-maksudku 5 menit." sambung Jimin sunbaenim, hampir saja aku menekan tombol merah di ponselku.

"Nee." jawabku singkat, lalu sambungan telepon itu terputus.

Apa ku bilang, waktu rebahan hari Minggu di pagi hari adalah hal yang agak mustahil untuk seorang Naura sekarang. Aku tidak terfikir tentang apapun, entahlah Jimin sunbaenim akan membahas hal apa.

Seperti biasa, pergi kedalam lift, turun ke lantai dasar, keluar dari gedung asrama, masuk ke gedung BIG 4, dan sekarang aku sudah berdiri didepan ruangan Jimin sunbaenim, cepat bukan?

Baru saja aku ingin mengetuk pintu, Jimin sunbaenim sudah berada dihadapanku. Aku dengan reflek kaget, dan hampir terjungkal ke belakang.

"Aigo!" sontak Jaemin sunbaenim dengan segera memegang kedua tanganku agar tidak terjatuh.

Hening menyerbu beberapa saat, aku yang sadar dengan posisi yang tidak mengenakkan ini langsung dengan cepat melepaskan tangan Jimin sunbaenim dari kedua tanganku.

"Gomawo..." ucapku pelan. Jimin sunbaenim tidak menghiraukanku, lalu ia berjalan masuk kedalam ruangan, dan aku membuntutinya di belakang.

"Hal apa yang ingin dibicarakan?" tanyaku penasaran.

"Pertama, berikan ponselmu." ucap Jimin sunbaenim sembari menodohkan tangan kanannya.

"M-maksudnya?! Aku tidak melakukan hal yang aneh di ponselku?!" protesku dengan nada bicara yang sedikit naik, merasa di intimidasi.

"Hei, memangnya aku siapamu sampai berhak untuk tahu apa yang kamu lakukan di ponselmu? Aku ingin melihat lirik-lirik yang kamu buat di catatan ponselmu." jelas Jimin sunbaenim, aku terdiam sebentar untuk mencerna kata-katanya.

"O-oh? Biar aku membukanya terlebih dahulu." kataku sambil mengotak-atik ponselku agar kuncinya terbuka.

"Ini." kataku sambil menaruh ponselku diatas telapak tangan kanan Jimin sunbaenim. Jimin sunbaenim membaca lirik-lirik itu dengan cepat.

"Bagus."

"Apanya yang bagus?"

"Lirik yang kamu buat, sudah ada rencana ingin dikemanakan lirik-lirik ini?"

"Tidak ada, aku menulis itu tanpa ada tujuan yang spesifik, hanya ingin menyampaikan apa yang kurasakan."

"Ah, kalau begitu... simpan saja sampai kamu debut, jadikan lirik-lirik ini sebagai lagumu nanti." mendengar Jimin sunbaenim berbicara seperti itu, aku tertawa pelan.

I CAN!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang