Part 17 - Pisau

45 5 0
                                    

"Ya silahkan, tapi berhati-hatilah, mereka sangat kaku pada perempuan.", peringatan dari Soobin sunbaenim itu membuatku agak... takut sebenarnya, tapi biarkan sajalah.

~I CAN!~

"Ah baiklah, terimakasih sunbaenim.", ucapku sambil sedikit menundukkan kepala.

"Iya sama-sama.", balas Soobin sunbaenim. Ia pun pergi dari hadapanku, mungkin menyusul anak-anak TXT yang lain.

Ya daripada aku hanya berdiam diri disini, lebih baik aku berkenalan dengan mereka. Beberapa dari mereka juga akan menjadi sunbaenimku, dan lebih baik jika aku mengenal mereka lebih dulu.

Aku berjalan ke ruang latihan. Saat aku berada tepat didepan pintu, aku mendengar suara tawa riang beberapa laki-laki dari dalam ruangan.

Aku jadi takut jika nanti aku mengganggu mereka, sepertinya mereka sangat bersenang-senang didalam sana.

Saat aku baru saja memegang gagang pintu, tiba-tiba saja ponselku bergetar, tanda panggilan masuk. Aku segera mengangkat telepon itu.

"Temui aku di taman belakang.", ucap orang itu singkat, padat, kurang jelas.

"Eh? Sunbae—", ucapanku terpotong karena orang itu langsung mematikan teleponnya.

Apalagi ini? Dasar Park Jimin, bisa-bisanya mendadak seperti itu. Aku pun tidak tahu dimana letak taman belakang itu. Memangnya aku staff Bighit yang sudah hafal denah gedung ini?

Euh ya ampun, istighfar Nau, ia seniormu.

Ya pada akhirnya aku tidak jadi masuk ke ruang latihan, melainkan pergi ke taman belakang. Aku sudah bertanya pada salah satu staff dimana letak taman belakang, dan sekarang aku sedang bergegas kesana.

Saat aku sampai disana, aku terkagum dengan taman itu, sangat cantik. Lebih cantik dari taman yang ada di KIS.

Aku melihat sekitar, sangat sepi disini. Dimana Jimin sunbaenim? Apa ia berbohong? Itu tidak mungkin. Em, mungkin saja sih jika dipikir-pikir.

Dan tiba-tiba saja, ada sesuatu yang membuat tubuhku langsung kaku di tempat. Demi apapun aku kaget, panik, dan... takut.

"J-jimin sunb—", aku tidak bisa berkata-kata lagi, sungguh.

Apa yang baru saja terjadi? Jimin sunbaenim tiba-tiba saja datang dari belakangku dengan pisau lipat di tangannya yang mengarah ke leherku.

Lalu dengan santainya ia memutar tubuhku dan melipat pisaunya sembari tersenyum. Bagus sekali, ia sudah terlihat seperti psikopat.

"Hehe maaf, apa aku baru saja membuatmu takut?", tanya Jimin sunbaenim tanpa rasa bersalah.

"Pikir saja sendiri.", jawabku dingin, lalu ingin pergi dari taman itu.

"Hei, tunggu sebentar. Aku ingin memberitahu sesuatu tentang Keisha.", kata Jimin sunbaenim sambil menarik lengan bajuku. Dan aku pun tidak jadi pergi.

"Apa?", tanyaku pada Jimin sunbaenim.

"Kamu yakin tidak pernah melihat pisau lipat yang ku pegang ini?", tanya Jimin sunbaenim sambil menunjukkan pisau lipat berwarna merah darah itu.

I CAN!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang