Part Eleven

309 46 17
                                        

Hari ini adalah hari pertama Yuki akan pergi keluar setelah 4 hari lamanya dia mengurung dirinya sendiri di dalam kamarnya, Yuki siap“menghadapi” kehidupan lagi. Kedua matanya sudah tidak bengkak dan sembab lagi, kulitnya yang putih mulus juga sudah mulai merona, tidak pucat lagi…dan ketika Yuki lihat bibirnya yang berwarna merah muda alami, dia berpikir, "Apakah senyumanku masih sama seperti dulu? Apakah aku masih seperti Yuki yang dulu yang menganggap semuanya serba mudah, apakah aku masih seperti Yuki yang arogant ? Aku mau berubah...aku bukan Yuki yang dulu tuan puteri, Yuki yang sekarang adalah Yuki yang mandiri."

Bibirnya melengkung ke atas membentuk sebuah senyuman yang entah mengapa terasa sangat sulit untuk dilakukannya…senyuman itu tampak menyedihkan di mata Yuki sendiri.

"YUKIIII, SEMANGAT!”Ujarnya menyemangati dirinya sendiri…dan hasilnya sebulir airmata kembali turun ke pipi mulusnya.

Yuki segera menghapus air mata itu,“Aku harus kuat! Aku harus tabah! Aku harus tersenyum riang lagi! Itu kan yang kalian harapkan dariku, ma? Pa?”Ucapnya pada foto kedua orang tuanya yang sedang balas tersenyum bahagia menatapnya di atas meja riasnya.

Yuki pun menuruni anak tangga dan melihat ada bibi Lastri yang sedang bebersih, "Bi....Yuki pergi dulu ya."

"Non...nona udah baikan ?"

"Yuki udah baik, bi. Yuki mau keluar dulu ya."

"Sebentar saya panggil dulu pa Yanto buat anter nona."

"Eeeh, ngga usah bi. Yuki sendiri aja, Yuki mau naik bus aja."

"Bus ? Duuh jangan nona. Nona nanti ......"

"Yuki bisa koq bi, tenang aja. Percaya sama Yuki, OK ?" Jawab Yuki sambil menunjukkan senyuman khasnya."

"Baiklah, hati-hati non."

.

.

.

Yuki mengetikkan beberapa kalimat pada seseorang, hari ini dia ingin menemuinya. Ada hal penting yang harus disampaikannya.  Dan Yuki sudah menerima balasan dari seseorang itu, mereka akan ketemuan di sebuah tempat makan.

Dengan langkah yang terlihat biasa, Yuki berani menjalani hari ini dengan tekad yang baru.

.

.

.

Di tempat lain, seorang pria tampan dan kaya raya sedang sibuk dengan rutinitasnya .

“Sanny, apakah jadwalku penuh hari ini?”Tanya Ricky begitu sekretarisnya datang memenuhi panggilannya pagi itu.

"Hari ini anda hanya dijadwalkan untuk menghadiri rapat presentasi dari manager Rizal tentang proyek Singapore pagi ini, …selebihnya hanya kunjungan ke sejumlah proyek. Lalu anda juga harus menandatangani beberapa berkas yang sudah anda revisi kemarin sebab berkas-berkas itu harus segera dikirim ke Singapore hari ini, tuan.”

"Mana berkas-berkas itu?”

"Silakan, tuan.”Sanny meletakkan beberapa berkas yang tidak terlalu tebal ke hadapan Ricky.

"Kapan rapat presentasi itu akan dimulai?”Tanya Ricky sambil terus menandatangani berkas-berkas itu.

"Sekitar 10 menit lagi, tuan.”

"Beritahu peserta rapat kalau rapat itu akan dimajukan 5 menit lagi, dan harus segera selesai dalam waktu 30 menit…dan tolong kamu jadwal ulang kunjungan-kunjungan itu buat besok. Saya ada keperluan yang mendesak siang ini.”

"Baik tuan.”Jawab Sanny sambil menerima berkas-berkas yang sudah ditandatangani oleh Ricky.

"Oh ya, beritahu pa Aris untuk menyiapkan mobil untukku. Aku akan menyetir sendiri pagi ini. Dan satu hal lagi, Sanny kegiatanku hari ini tidak memerlukan pengawalan sama sekali." Ujar Ricky lagi saat Sanny sudah akan beranjak keluar dari ruangannya.

Material GirlWhere stories live. Discover now