Mobil sport hitam berhenti tepat di depan cafe dimana Yuki sedang duduk termenung di kursinya. Kedatangan mobil itu dan pengemudinya yang tampan, menarik perhatian para gadis yang berada di sekitar cafe itu, namun hanya Yuki yang tidak tertarik dengan kedatangan lelaki itu. Yuki malah asyik dengan lamunannya. Saking asyiknya melamun, Yuki tidak menyadari Al sudah berdiri tepat di depannya.Suara deheman Al yang membawanya kembali ke alam sadarnya.
"Al ?"Kedua mata Yuki mengerjap dengan indah ketika melihat Al yang berdiri dihadapannya. Kepalanya sampai harus menengadah dengan sempurna untuk dapat melihat Al yang balas menundukkan kepala untuk melihatnya.
"Hai tuan puteri,tuan puteri pasti sudah menunggu terlalu lama sehingga bisa melamun dengan sukses di cafe ini." Canda Al yang berhasil memancing keluar senyum tipis di bibir Yuki.
Al segera mengulurkan tangan kanannya untuk membantu Yuki berdiri dari duduknya. Yuki segera menyambut uluran tangan itu, dan hanya dengan sekali tarikan lembut, Al berhasil membantunya berdiri.
"Kita pergi sekarang?" Tanya Al sambil tersenyum manis.
Yuki balas menatapnya dengan pandangan bingung, "Kita akan pergi kemana, Al?"
Al masih tetap tersenyum manis ketika menjawab pertanyaan Yuki, "Sudah kubilang kalau kita akan pergi ke tempat dimana kita bisa melakukan suatu hal yang berguna."
"Kemana?" tanya Yuki bersikeras.
Al melebarkan senyuman yang indah, "Gadis yang penuh kewaspadaan. Bagus, tuan puteri...beginilah sikap seorang gadis seharusnya, tidak mudah percaya dengan ajakan seorang laki-laki."
"Kalau begitu katakan, kita akan kemana?" Tanya Yuki lagi, tidak terpengaruh dengan pujian dari Al.
"Kalau aku katakan jika tempat itu rahasia?"
"Maka aku akan menolak pergi denganmu, Al, maafkan aku."
"Kalau aku katakan jika tempat itu adalah tempat yang memerlukan perhatian kita sebagai umat manusia, apakah kamu tetap akan menolak ajakanku?"
Giliran Yuki yang menatap Al lekat-lekat, kedua mata indahnya kelihatan tertarik sekarang,
"Apakah sekarang ,tuan puteri tertarik?"
Yuki tidak menjawab pertanyaan itu, dia hanya menganggukkan kepalanya dengan pelan sebagai jawaban.
"Percayalah, aku tidak akan membawa tuan puteri ke tempat yang tidak tuan puteri sukai atau melakukan sesuatu yang tidak tuan puteri kehendaki.Selama di Barcelona, kan aku yang menemani tuan puteri.Sekarang apakah tuan puteri bisa mempercayaiku ?"
"Kalau aku katakan aku hanya mempercayaimu sebanyak 50% saja?"
"Maka itu akan menjadi harga yang pantas untuk diriku."Jawab Al sambil tersenyum. Yuki membalas senyuman itu dengan senyuman tipisnya.
"Kita pergi sekarang, tuan puteri?"
Yuki mengangguk sekali lagi. Al memberinya kesempatan untuk berjalan terlebih dahulu dan Yuki mengucapkan terima kasih untuk hal itu. Ketika mereka bersisian menuruni tangga menuju mobil, Yuki baru sadar kalau banyak sekali mata yang memandang ke arah mereka, dan pemilik-pemilik mata itu didominasi oleh kaum hawa, tapi karena merasa tidak membuat kesalahan, Yuki tidak terlalu mempedulikan tatapan-tatapan itu. Yang penting baginya sekarang adalah kemana Al akan membawanya pergi.
*****
Setelah mengemudi selama hampir satu jam lamanya, Al memarkirkan mobilnya di depan sebuah rumah besar yang dibangun di atas sebuah tanah yang agak tinggi. Perjalanan yang mereka tempuh lebih banyak didominasi oleh keheningan, Al membiarkan Yuki larut dalam pikirannya sendiri sambil menikmati pemandangan kota Jakarta selama perjalanan itu. Dan ketika mereka sampai ditempat yang mereka tuju, dibantunya Yuki turun dari mobilnya layaknya seorang tuan puteri.
"Dimana kita, Al?" Tanya Yuki sambil memperhatikan keadaan di sekelilingnya. Entah mengapa Yuki merasa tempat ini sangat menyenangkan baginya dan rasanya Yuki seperti pernah ke tempat ini sebelumnya.