BAB 4

758 85 6
                                    

Aku dan Win berangkat menuju tempat toko baju. Seperti janji ku kemarin aku akan membelikannya pakaian.

"Phi yakin ingin membelikan ku pakaian? Aku rasa itu tidak usah. Aku masih bisa menggunakan pakaian yang phi berikan biasanya"

Sedari tadi dia tetap mendebat hal yang sama seperti tadi pagi "emangnya kenapa kalau aku membelikan pakaian untuk mu hmm? Apa itu akan merepotkan ku begitu"

Ucapan terakhir ku di anggukan oleh Win. Dasar anak ini, lagipula inikan untuk ku juga supaya tidak kerepotan mengurus dia saat dirinya itu sakit karena memakai baju yang terbuka.

"Kau terlalu banyak berpikir, ini sama sekali tak memberatkan ku. Lagipula hanya beberapa lembar pakaian itu tidak masalah bagiku"

"Tapi phi bagaimana kalau uang-"

"Kau tak perlu mengkhawatirkan uang ku, yang penting kau lakukan saja apa yang ku minta. Sudah jangan banyak berpikir dan berjalanlah lebih cepat kau lambat sekali"

Refleks aku langsung merangkul tubuh Win layaknya seorang saudara, tubuhnya hangat dan bau stroberi di rambutnya masuk kedalam rongga hidung ku. Uh ini membuat ku sedikit mabuk tapi mabuk yang kali ini berbeda. Entahlah aku tak bisa menerjemahkannya.

Kami berdua pun tiba di sebuah toko penjual baju di pasar "kau pilihlah baju dan celana yang kau suka. Ingat batas maksimumnya 3 celana dan baju paham"

"Itu sudah lebih dari cukup" ujarnya lalu masuk kedalam toko itu sementara aku diam di luar. Aku pun membuka ponsel ku yang aku charger kemarin malam. Aku terkejut saat menghidupkan layar ponsel ku dan terdapat banyak notifikasi telpon dan pesan dari Newy. Aku baru ingat bahwa kemarin malam aku ada janji dengan Newy untuk kencan. "kenapa aku bisa lupa begini" ucap ku lalu memasukkan ponsel ku kedalam saku celana.

Win pun datang kearah ku sambil menjinting kantong plastik yang sudah pasti itu adalah pakaiannya "apa sudah selesai" ucapku dan dianggukan olehnya.

"Kau ikut aku, kita bayar ini semua" ucap ku lalu langsung membayar belanjaan Win.

Sebelum pulang juga kami membeli beberapa bahan makanan karena ujar Win bahan makanan sudah habis.

"Win kau harus hemat bahan makanan ini yah" ucap ku memberi Win sebuah pesan.

"Seharusnya pesan itu untuk mu P'Bai, kau makan sangat banyak sampai-sampai makanannya tak cukup untuk besok"

Aku langsung malu karena apa yang Win ucapkan itu benar "tapi seharusnya kau melarang ku untuk minta tambah, tapi kau tak melarang ku" ucap ku yang sebenarnya itu hanya candaan.

"Ck...ck....ck apa kau ingin aku terlihat tidak sopan karena melarang sang tuan rumah untuk makan huh" ucapnya yang kesal dan aku malah tertawa.

Aku sampai tidak fokus karena masih tertawa dan melihat sedikit bahwa Win sedang memperhatikan ku. Dengan tatapan mata yang aku pikir terpukau dan bahagia.

"Kau terus menatap ku, apa sekarang kau sedang jatuh cinta dengan wajah ku ini"

"P'Bai apa yang kau bicarakan"

"Ahahaha aku hanya bercanda Win sudah ayo kita pulang"

Entah kenapa tadi aku merasa kalau Win itu suka pada ku, dari cara dia menatap ku sana seperti itu dan dia sempat malu namun berhasil dia tutupi itu. Tapi aku tak mau mengambil kesimpulan dulu, mungkin saja dugaan ku salah dan dia masih straight.

*.*.*

Sudah seminggu Win tinggal di rumah ku. Entah kenapa setiap hari aku merasa kalau Win sebenarnya menyukai ku. Dari caranya menatap ku, menunjukkan kasih sayangnya dan perhatiannya. Semua itu buka dia tujukan untuk saudaranya melainkan untuk pasangannya.

Strawberry And Poison S1&S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang