Bonus : Sisi lain Bagas

74 9 0
                                    

Mungkin bukan bonus yang kalian harapkan, tapi aku enjoy banget pas nulis bagian ini. Jadi semoga kalian suka ya

...

Manda gugup, hari ini dia dipanggil oleh Pak Gagat. Dia heran, ini kenapa ya?

Manda mengucapkan salam dan masuk ke dalam laboratorium kimia. Terlihat Pak Gagat ada di sana sedang membaca tumpukan kertas entah apa.

"Oh Amanda? Sini."

"Ada apa, Pak?"

"Nanti pulang sekolah kamu sama Bagas temui saya ya. Buat bahas lomba karya tulis."

Manda mengangguk tersenyum. Setelahnya dia mohon diri keluar dari sana. Setelah menutup pintu laboratorium Manda menutup mulutnya dan memekik tertahan.

"Aku bakal sekelompok sama Bagas," ujar Manda bergumam lirih sembari menurunkan tangannya dari depan mulutnya.

Tanpa disadari sudut bibir Manda terangkat membuat senyum tipis. Dia sedikit mengangkat kepalanya saat terdengar bel masuk, tetapi senyum di bibir Manda tidak luntur.

Perlahan dia segera melangkahkan kakinya kembali ke kelasnya. Dia sama sekali tidak masalah kalau tidak pergi ke kantin sekarang. Hal yang sejak tadi dia pikirkan adalah segera memberitahu Bagas kabar baik ini.

Manda kembali duduk di bangkunya. Dia selalu melihat ke arah pintu kelasnya dan menunggu Bagas datang, tentu saja supaya dia bisa memberitahukan kabar dari Pak Gagat tadi. Akhirnya yang ditunggu datang juga, terlihat dia memasuki kelas bersama Dipta.

"Bagas!"

Pemuda itu menoleh dan tanpa berkata apapun dia mendekat ke arah Manda. "Nanti kumpul sama Pak Gagat, bahas kartul."

Pemuda itu tidak bereaksi banyak, hanya senyum yang mengembang dengan lebar. Sepertinya Bagas sudah paham apa yang Manda maksud, yakni mereka akan jadi wakil sekolah untuk lomba kartul.





Sinta berjalan keluar dari ruang lukis. Dia merasa kasihan pada Raya, tetapi temannya itu keras kepala. Namun, namanya lagi suka sesuatu pasti mendadak jadi bodoh 'kan? Padahal Sinta sudah beberapa kali mengingatkan Raya kalau Tama itu lagi dekat sama teman angkatannya.

Sinta menggelengkan kepalanya dan memilih berjalan lebih cepat menuju tangga. Saat akan turun lewat tangga yang bersebelahan dengan laboratorium kimia Sinta berhenti. Dia mendengar nama Bagas disebut, juga nama Manda. Sebenarnya ini tidak sopan, tetapi dia sudah terlanjur penasaran.

Akhirnya Sinta mendekat dan mendengar percakapan di dalam sana. Dia tidak paham detailnya, tetapi ada satu hal yang bisa Sinta tangkap, bahwa mereka berdua akan sibuk karena lomba karya tulis.

...


Setelah pertemuan dengan Pak Gagat dan diskusi berdua dengan Bagas akhirnya mereka sudah memiliki ide dan gambaran tentang kartul itu. Manda kini berada didepan Pak Gagat yang tengah membaca ulasan singkat tentang ide mereka. Bagas sedang susulan ulangan jadi tidak bisa ikut dengannya.

Pak Gagat memberikan respons yang cukup positif. Beliau mengatakan ide mereka cukup baik, coba lebih dijabarkan dengan data dan teori yang ada. Bahkan, Pak Gagat menyuruh mereka mengambil beberapa jurnal yang ada di ruangannya sepulang sekolah. Manda cukup tahu, maksudnya ide mereka diterima. Setelahnya, dia kembali izin keluar karena sudah bel masuk.

Manda melihat Bagas masuk ke kelas, niatnya dia akan memberitahu kabar baik itu. Namun, dia tahan karena guru mapel mereka juga sudah masuk.

Maka, sepulang sekolah dia memanggil Bagas yang sudah berjalan keluar terlebih dahulu. "Bagas!"

Best friend✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang