16. The Proposal »»»

53 6 32
                                    

Hallo ...

Assalamu'alaikum.

Gimana puasanya, masih lancar kan?

Lama gak update Raras-Atha, nih. Pada kangen gak?

Nah, di part ini ada yang spesial loh. 🤗🤗

Sedikit bocoran, ada yang pernah baca Putih Polos Avicenna karya Kak Ravistara?

Ya, mereka adalah orang tuanya Atha Al Khawarizmi Alkatiri. Mereka bakalan hadir di sini.

So, yang pengen sedikit nostalgia, cus dibaca aja


Halaman rumah itu masih sama seperti waktu ia tinggalkan satu setengah tahun lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halaman rumah itu masih sama seperti waktu ia tinggalkan satu setengah tahun lalu. Dengan jalan setapak dari koral menuju fasad, diapit oleh taman dengan gazebo di satu sisi, serta deretan kamar kos di sisi lainnya. Sejak kakek dan nenek memutuskan pindah rumah ke lingkungan pemukiman yang lebih sepi dan asri di luar kota, bangunan depot yang dulu dikelola oleh keluarga mereka kini berubah fungsi menjadi klinik pribadi ayahnya; praktik dokter keluarga dan spesialis kedokteran olahraga.

Hati Atha sempat kecut menginjakkan kaki di rumah orang tuanya dengan membawa beban berat di pundak. Wajah teduh Amanda yang menyambutnya, hanyalah satu-satunya penghibur sementara kekalutan yang bertumpuk di atas kepalanya.

"Atha?" tegur sapa bahagia bercampur rindu dan heran dari sang ibu. "Kok gak bilang-bilang kamu pulang, Sayang?"

"Assalamu'alaikum." Atha merunduk mencium tangan ibunya yang dibalas dengan belaian di kepala. "Ayah mana, Bun?" tanya Atha setelah menegakkan kepala.

"Wa'alaikumussalam. Masih di rumah sakit. Bentar lagi pulang." Ibunya menengok jam dinding di ruang tamu. Amanda lantas membukakan pintu lebar-lebar untuk putranya yang melangkah masuk dengan agak canggung.

"Ananta?"

"Bersepeda sama teman-temannya. Adikmu itu persis seperti kamu dan Ayah, gak pulang kalau baterainya gak abis setelah olahraga." Ibunya berujar pasrah. Wanita itu tampak kesepian sendirian di rumah jika sedang tidak direpotkan oleh pekerjaan proyeknya sebagai arsitek. Mau bagaimana lagi? Keluarga mereka memang sibuk dan tidak ada kakek atau nenek lagi yang menemani di rumah. Atha juga tidak punya saudari perempuan. Praktislah ibunya wanita satu-satunya sekarang. Namun, tunggu saja di hari Minggu. Keluarga mereka biasanya gowes bersama ke taman, lalu sowan ke rumah kakek dan nenek. Selain itu, Atha juga masih punya satu orang nenek lagi, orang tua dari ibunya yang wajib mereka kunjungi tiap akhir pekan.

"Tadi ... aku mampir ke tempat Nenek Nadya dulu, Bun." Atha menggumam.

"Oh, ya? Kamu bawakan Nenek oleh-oleh, enggak?" Amanda tidak terkejut menanggapi pengakuan Atha. Putra pertamanya ini adalah kesayangan dan kebanggaan ibunya yang kini masih aktif sebagai dosen di fakultas kedokteran salah satu universitas di daerah mereka.

HEAVENLY SUMMIT (SIDE KICK PPA & MHC) [COMPLETE √]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang