"Kok nggak ada yang jawab, ya?"
Saat ini mereka berada di teras rumah yang kata Dimitrio menjaga landasan untuk paralayang.
"Apa lagi keluar ya? Beli bahan makanan gitu." Dimitrio menerka, cukup masuk akal.
"Hmm, terus gimana? Mau balik atau nunggu?" Edna mengitarkan pandangannya ke sekitar.
Rumah ini satu-satunya di puncak gunung ini. Di depan rumah ada semacam gazebo kecil, di belakangnya ada semacam petak untuk berkebun. Entah kenapa, hanya ada satu rumah di sini, padahal sebenarnya masih bisa untuk membangun rumah lain.
"Mau jalan-jalan sebentar sekitar sini? Siapa tahu habis ini mereka balik." Tawaran Dimitrio disambut anggukan oleh Edna.
Edna mendekati kebun yang dilihatnya. Cukup terawat, ada bermacam-macam sayuran di sana. Tapi, entah kenapa mereka seperti ditinggalkan? Cukup banyak sayuran yang sudah siap untuk diolah. Oh benar, mungkin akan dipetik hari ini, bisa saja.
Edna mendekat ke arah gazebo, Dimitrio sudah duduk di sana. "Banyak yang siap panen ya?" Edna mengangguk membenarkan.
"Di belakang ada apa?" Maksud Edna adalah belakang rumah tadi.
"Apa ya? Lahan kosong? Kalau nggak salah perbatasan sama lereng gitu, tapi agak jauh." Dimitrio terlihat membongkar tas ranselnya. "Makan aja, yuk."
Dimitrio mengeluarkan roti dan minuman yang mereka bawa. Kemudian memberikan roti pada Edna. Edna menerimanya, sebenarnya ia tidak cukup lapar. Tapi mungkin nanti saat turun ia akan lapar dan tidak efisien untuk berhenti di tengah jalan.
"Lama juga ya." Edna bersuara, mereka sudah cukup lama menunggu, tapi pasangan suami istri itu belum kembali.
"Ya udah, turun aja ayo. Masih banyak tempat yang harus dicek." Saat ini sudah pukul delapan lebih, mungkin sampai di bawah sekitar jam setengah sepuluh.
Mereka berdua pun berkemas. Memutuskan untuk segera turun dan melanjutkan perjalanan. Masih ada tiga tempat yang harus mereka datangi hari ini. Dua rekannya yang lain juga mendapat jatah empat tempat. Sedangkan tempat lain rencananya akan mereka kunjungi lusa.
Sesuai dugaan, Dimitrio dan Edna sampai pukul 09.20. Sepuluh menit lebih cepat dari dugaan. Dilanjutkan ke destinasi wisata ekstrim selanjutnya, mereka tiba pukul 10.05. keduanya kembali berjalan untuk sampai di lokasi untuk flying fox setelah lima belas menit perjalanan. Tidak banyak hambatan. Berjalan lagi lima belas menit, mereka akan sampai pada tempat arung jeram.
Total perjalanan dengan kaki 30 menit ditambah mereka juga menggunakan bermain flying fox dan arung jeram, sekaligus mengecek kelayakan perlengkapan. Total seluruhnya—berjalan, bermain, dan mengecek peralatan—60 menit. Tentu saja untuk kembali melewati rute berbeda, hanya memakan waktu dua puluh menit.
Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 11.30, Dimitrio dan Edna memutuskan untuk makan terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan. Saat digunung mereka hanya makan roti dan air. Tepat pukul 12.00 mereka melanjutkan perjalanan.
Sebenarnya Edna bisa dibilang menikmati pekerjaannya ini. Memang, mungkin dua hari bekerja terlalu cepat menyimpulkan. Tapi, Edna menikmati adrenalinnya terpacu saat pertama kali harus menelusuri apakah jalan yang nantinya akan digunakan aman atau tidak. Edna juga menikmati patroli ini, walaupun memang melelahkan, istirahat pun dibatasi karena tidak boleh membuang-buang waktu.
Saat ini jam tangan yang melingkar di tangan kiri Edna menunjukkan pukul 02.50. Mereka akan segera ke tempat terakhir. Menurut estimasi waktu—versi Dimitrio. Mereka akan selesai pukul empat, jika tidak ada hambatan apa pun. Tempat terakhir yang mereka kunjungi, sangat terkenal. Beberapa orang bahkan sanggup merogoh kocek lebih, kunjungannya pun terbatas setiap harinya.
Museum. Nah, apa yang menakutkan dari museum? Sebenarnya mungkin tidak ada, kecuali museum yang menyediakan permainan yang cukup menyenangkan juga berbahaya. Jawabannya, reptil-tangga. Ini semacam museum reptil sekaligus penangkaran reptil.
Bagi pecinta reptil, ini surga dunia. Kalian, bisa memberi makan reptil secara langsung dengan memainkan reptil-tangga. Cara mainnya sama seperti bermain ular tangga. Bedanya, gambar ular diganti dengan berbagai macam reptil. Sedangkan tangga diganti dengan makanan reptil. Pengunjung membayar setiap satu kali lemparan dadu. Uangnya tentu untuk membeli makanan reptil itu sendiri.
Sebentar, apa yang akan mereka cek di sini? Tentu saja—alat-alat perlengkapan. Manusia tidak mungkin masuk ke kandang reptil seperti masuk ke kandang ayam. Mereka melakukan pengecekan bersama petugas museum dan penangkaran, tentu saja. Hanya saja—mereka tidak pernah tahu, daging apa saja yang dimiliki penangkaran reptil itu.
⟨ e-note ⟩
Published: 21/06/2021
Hehe, hello! It's Edam!
Di sini ada yang suka wisata ekstrim gitu nggak? Kalau ada—dari tiga yang udah dijelasin itu. Kalian mau coba yang mana?
Anyway! Terima kasih sudah menemukan cerita ini!<3
see you!
–edam.
![](https://img.wattpad.com/cover/267265167-288-k612220.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Northern Stairs
AdventureEdna terbiasa tertekan dan ditekan. Baginya, segala sesuatu harus sudah direncanakan. Kalaupun gagal, hal tersebut tidak akan melenceng jauh. Awalnya begitu. Kemudian Edna bertanya-tanya. Selama ini, yang ia rencanakan-pada akhirnya untuk apa? Apa i...