"Edna." Edna menggerakkan matanya tanpa menoleh.
"Ya?" Alisnya naik secara otomatis.
"It seems like you are naturally looks like ocean." Edna mengernyitkan keningnya tidak mengerti. "Calm but also deep in the same time, beautiful but also dangerous in the same time."
Edna memecahkan tawanya seketika. Ia bertepuk tangan secara impulsif, kebiasaannya saat tertawa. Tidak lupa hampir seluruh badannya ikut bergerak saat tertawa. "Astaga."
"Ini ceritanya lagi ngegombal?" Salah satu rekan kerja Edna bergabung dalam pembicaraan.
"Hm, mungkin memang terdengar seperti kalimat gombalan. Tapi serius deh, Edna tuh literally looks like ocean." Perkataan laki-laki bernama Jean itu pun seketika mendapat respon berbeda dari sebelumnya.
"Hm, gimana Edna? Setuju nggak?" Itu suara Ashley, perempuan yang juga seorang path guide seperti Edna.
Saat ini, Edna berada di ruangan khusus path guide. Ruangan yang tidak begitu besar, karena hanya digunakan untuk menyimpan barang-barang untuk membantu melakukan tugas—ditambah beberapa sofa untuk pekerjanya untuk beristirahat. Kebetulan hari ini dalam formasi lengkap, ada Dimitrio yang waktu itu berpatroli bersamanya, ada Jean yang mengatakan Edna seperti lautan, dan Ashley satu-satunya path guide wanita sebelum ada Edna.
"Uhm, i don't think i have that 'looks like ocean'." Edna tersenyum, "daripada lautan lebih cocok buku."
"Hm? What kind of book?" Ashley kembali bertanya.
"Hm, apa ya? Mungkin buku soal lautan?" Edna tersenyum lebar.
Ketiga partnernya menertawakan jawaban Edna yang benar-benar tidak terdengar serius itu. "Dari sekian banyak hal, kenapa buku?"
"I'm an open book, you can see me also with the words on each paper. Tapi, nggak semua orang akan paham maksud tulisan di buku itu. Nggak semua orang suka baca buku, nggak semua orang yang baca buku—baca sampai habis sampai lembar terakhir." Ketiga orang di sekitar Edna mengangguk mengerti.
"Hm, kalau gitu semua orang adalah buku. Cuma genrenya aja beda." Edna mengangguk setuju.
"Setuju. Kita kadang lebih suka baca buku yang menarik untuk kita baca, sama seperti kita sekarang. Kita lebih suka melihat, memperhatikan, apa yang menarik buat kita. Tapi kadang, kita nggak benar-benar paham apa maksud kata-kata di sana, ada juga yang baca hanya beberapa halaman udah berhenti." Ketiga mengangguk-angguk.
"Dalam sekali diskusi kita hari ini, sahabat." Kata Jean dengan nada menyebalkan, dibalas lemparan bantal dari Dimitrio dan tempat tisu Ashley. "But still, Edna, you really looks like ocean. Apalagi setelah kalimat tadi, it's really deep and beautiful words."
"... thank you?" Edna membalas ragu.
Jean tertawa, "it's weird to see you here, but i'm also glad to see you again, Edna." Edna ikut tersenyum mendengar pernyataan Jean.
Masih ingat orang dalam yang disebut Edna di awal? Itu adalah Jean. Troy yang sedang menawarkan pembukaan lowongan kerja path guide, mengabarkan hal ini pada anak buahnya. Tentu saja tawaran menarik dari Troy sampai di telinga Jean. Mereka berdua teman sekolah. Sebenarnya dulu mereka tidak dekat, hanya sama-sama menggeluti ekstrakurikuler yang sama, pecinta alam.
"Kalau kalian," Edna menjeda, matanya menatap satu persatu rekannya, "kalian melihat diri kalian sendiri sebagai apa? Nggak boleh pakai jawaban yang sebelumnya, ya!"
((((*ayo dijawab!)))
⟨ e-note ⟩
Published: 31/07/21
Double update done✓
KAMU SEDANG MEMBACA
Northern Stairs
PertualanganEdna terbiasa tertekan dan ditekan. Baginya, segala sesuatu harus sudah direncanakan. Kalaupun gagal, hal tersebut tidak akan melenceng jauh. Awalnya begitu. Kemudian Edna bertanya-tanya. Selama ini, yang ia rencanakan-pada akhirnya untuk apa? Apa i...