❤ O2 ❤

5.5K 827 66
                                    

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 4 sore, kelas TIB 3 sudah berkumpul di depan ruang 5 untuk bersiap-siap menyiram lahan mereka yang terletak sangat jauh dari kampus. Kesal sebetulnya kalau harus naik motor dan bonceng tiga ke tempat praktikum sambil membawa gembor, ember dan arit, mana sambil ngebut-ngebutan di Jalur.

Omong-omong bonceng tiga, Jaehyun pasti kena. Ia akan dan selalu kena untuk membawa kaum hawa yang tidak kebagian kendaraan untuk ke lahan praktikum. Berhubung motornya cukup besar dan muat untuk tiga orang, tapi bukan NMax.

"Jaehyun, bawa nih si Yuju sama Jihyo!" seru Eunwoo selaku komti kelas TIB 3.

Sumpah, Jaehyun sudah mau menolak karena kedua orang itu hobi bernyanyi keras-keras di dalam kelas. Apalagi Yuju yang punya pekerjaan sampingan meneriaki orang-orang yang belum membayar kas dan memaksa orang-orang untuk membeli danusan.

"Nggak ada yang lain apa?! Sampai Cibeureum, telinga gue copot karena suaranya si Yuju!" tolak Jaehyun mentah-mentah.

Yuju yang mendengar Jaehyun mengejeknya segera menghampiri si Ganteng, "LEBAY LO, GANTENG!" Yuju berteriak tepat di telinga kanan Jaehyun dan membuat pemuda itu segera menjauh sambil menutupi telinga kanannya.

"GUE TARO BAGASI LO, YUJU!" Jaehyun balas meneriaki Yuju, tak lupa memasang ekspresi galak dan memelototi perempuan bar-bar itu.

Yuju mana takut, justru ia menendang tas Jaehyun yang berada di atas jok motornya hingga terjatuh. Melihat Jaehyun yang diserang oleh Yuju, Jihyo, Deka dan Yugyeom hanya menertawakan kesialan Jaehyun.

"Masih untung tas lo yang gue tebalikin, besok-besok motor lo yang gue bikin tebalik, Je!" ancam Yuju dengan telunjuk yang menuding wajah Jaehyun.

"Emang si Yuju anjing," cibirnya jengkel. Jaehyun membungkuk untuk mengambil tasnya yang jatuh lalu menggendongnya di depan dada. "Yuklah buruan! Ju, Hyo! Cabut duluan ajalah kita! Bawa alat-alatnya biar nggak kesorean!" Jaehyun berseru sembari menaiki motornya.

Yuju dan Jihyo segera mengambil alat-alat yang mereka butuhkan. Mulai dari dua buah ember kecil, dua buah gembor besar dan dua buat arit. Tak perlu menunggu lama karena sudah ahli memilih alat-alat di gudang penyimpanan, Yuju dan Jihyo segera kembali untuk menghampiri Jaehyun.

"Tas gue di depan," Jihyo melemparkan tasnya pada Jaehyun yang untungnya saja ditangkap dengan sigap.

"Buset! Gue bukan babu lo ya, Hyo!" Jaehyun kembali memprotes.

"Jangan berisik, Je! Gue mau naik nih! Lo wangi kan? Kalau nggak wangi, gue semprot pakai parfum gue dulu," ujar Jihyo yang membuat Jaehyun makin jengkel.

Jaehyun itu memang ganteng, memang manis, memang boyfriend material tapi sayang dimata anak-anak perempuan kelas TIB 3 kelebihan Jaehyun tak ada artinya. Nyaris 3 tahun satu kelas bersama dengan Jaehyun, mereka sudah hapal bagaimana Jaehyun.

"Gue wangi, Hyo. Nih cium ketek gue kalau nggak percaya," Jaehyun mengangkat lengannya bermaksud memperlihatkan ketiaknya pada Jihyo tetapi perempuan itu justru memukul pundaknya dengan anarkis.

Jaehyun benar tak bisa apa-apa selain meringis sakit, pukulan Jihyo benar-benar perih sekali. Jihyo segera naik ke atas motor Jaehyun, baru setelah itu Yuju. Baru saja Jaehyun hendak menjalankan motornya, tiba-tiba ada suara tawa yang bisa dibilang keras memasuki indera pendengarkannya.

Itu Renjun berdiri di depan ruang 5.

"Kenapa kamu ketawa?!" tiba-tiba Jaehyun sewot sendiri.

"Kakak lucu banget. Kaya tukang ojek," balas Renjun disela-sela tawanya. Bahkan ia sampai menangis saking gelinya. Padahal Renjun sedang menertawakan gebetannya sendiri loh.

"Bilang aja iri karena nggak saya bonceng," cibir Jaehyun yang masih bisa didengar oleh Renjun.

"SINI, REN! IKUT YUK KE LAHAN! NAIK DI DEPAN TUH, MASIH KOSONG!" Yuju berteriak dengan semangat sembari melambai pada Renjun.

"UDAH GILA LO, YUJU! ITU MULUT APA TOA?! KENCENG BANGET!" Jihyo menutupi telinganya yang pengang akibat teriakan Yuju yang tak pernah manusiawi.

"Sumpah, si Yuju udah gila," lirih Jaehyun tak percaya ketika Yuju mengajak Renjun untuk naik juga ke motornya.

Renjun menggeleng. "Nggak mau ah, mukanya kak Jaehyun udah kaya mau makan orang. Gih jalan, nanti kesorean!"

Renjun menatap kakak tingkatnya yang masih menatap ke arahnya. Jaehyun menatapnya dengan pandangan kelewat datar, sedangkan Renjun hanya tersenyum tipis.

"Ren!"

Pandangan mereka terputus karena Renjun menoleh ke arah seseorang yang memanggilnya. Sungchan, teman sekelas Renjun dan teman satu kost Jaehyun.

"Ey, Chan!" Renjun balas melambai pada Sungchan yang datang dari arah ruang 3.

"Yuk ke atas! Kan mau survey ke lokasi abis itu kita coba liputan buat tugas matkul Pemandu Wisata!" ujar Sungchan pada Renjun.

Renjun seperti teringat sesuatu kemudian mengangguk. "Yuk!" Renjun mengangguk kemudian berdiri dari duduknya.

Sungchan tersenyum lebar kemudian meraih tangan Renjun. Ia membawa Renjun berlari menuju lantai dua untuk mengambil tas dan kameranya yang berada di ruang 8. Renjun bahkan tak berpamitan pada Jaehyun yang masih memperhatikannya dengan intens.

"Dih, tangannya dipegang segala," cibirnya pelan kemudian berdecih.

Masih asyik mendumal dalam hati, pundaknya ditepuk oleh penumpangnya.

"Pak, ini kapan jalan ya? Asik aja ngedumelin gebetan dalam hati. Jalan! Keburu meninggal semua tuh tanaman kelompok di lahan!" seru Yuju.

"Iye, iye," Jaehyun segera mengenakan helmnya dan melaju pergi meninggalkan pekarangan kampus.

***

A/N:

Hai, udah 2 hari nggak ketemu dan sekarang kita ketemu lagi 😍

Jangan lupa vote dan komentarnya ya! 😍

See you!

Finale 📌 Jaeren ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang