Semenjak kabar pernikahan itu, MewGulf tidak pernah saling menghubungi.
Hari-hari Mew seperti robot. Ia hanya bekerja dan bekerja. Saat bekerja ia akan memberikan senyum terbaiknya sesuai dengan tugasnya sebagai seorang receptionist namun ketika shiftnya habis ia hanya akan diam seperti robot yang powernya dimatikan.
" Mew, kau sudah sebulan seperti ini. Apa kau baik-baik saja?" Tanya Nice ketika mereka sedang berada di ruang ganti.
" Hmm, aku baik-baik saja." Ucap Mew datar dan seadanya.
Nice kesal lalu ia membuang nafas kasar. " Kalau memang masih sangat mencintainya, kenapa kau tidak menurutinya untuk membawanya kabur? " Ucap Nice. Ia tidak bisa melihat teman satu shiftnya yang biasanya ceria dan penuh canda, kini hanya terdiam.
Mew menceritakan semua yang terjadi kepada Nice. Termasuk bagaimana Gulf memintanya mengajaknya kabur.
" Aku tidak bisa, Nice. Kau tahu kan aku berhutang banyak pada keluarga Traipipattanapong. Mereka membantuku dan ibuku bahkan aku disekolahkan dan diberi pekerjaan yang sangat layak." Ucap Mew. Baru kali ini Mew berbicara panjang setelah hanya diam dan menjawab seperlunya setiap pertanyaan Nice.
" Ya Aku tahu. Tapi kau juga harus memikirkan perasaanmu dan perasaan Gulf, Mew. Kalau memang dia memintamu untuk melakukan itu, kenapa tidak? Lagipula kau tidak pernah meminta keluarga Gulf untuk menyekolahkanmu dan memberimu pekerjaan, bukan?"
" Gulf yang memintanya dan Om Alex tidak punya pilihan lain." Ucap mew.
" Kalau begitu, kau minta Gulf baik-baik pada Om Alex. Katakan kau menyukainya."
" Kau gila? Mana mungkin. Om Alex bahkan mempercayakanku untuk membujuk Gulf. Lalu tiba-tiba aku bilang aku mencintai Gulf? Apa yang ia pikirkan nanti?"
" Kenapa tidak? Apa kau tidak ingin memperjuangkan cinta kalian?"
Mew terdiam. " Aku rasa sudah terlambat. Gulf mungkin sudah menerima perjodohan itu."
" Kau yakin?" Tanya Nice
" Lihatlah ke belakangmu." Ucap Nice lagi.
Mew bingung. Ia lalu menuruti perkataan Nice dan menengok ke belakang.
Mew ternganga ketika melihat siapa yang ada di belakangnya, Mantan kekasihnya yang sudah sebulan tidak ia temui.
" Bisa kita bicara sebentar?" Ucap Gulf yang hanya menatap sendu Mew.
Mew mengangguk.
" Kalau begitu aku permisi." Ucap Nice meninggalkan keduanya.
-----
Mereka saat ini berada di bukit yang selalu mereka datangi berdua saat mereka masih SMA.
15 menit berlalu, namun keduanya masih enggan membuka percakapan.
" Minggu depan aku akan menggelar acara pernikahan dengan Jane." Gulf akhirnya membuka suara.
" Kalau kau berubah pikiran dan bersedia membawaku pergi, semuanya masih belum terlambat." Lanjut Gulf. Ia masih sangat berharap Mew bisa menyelamatkan dirinya dari perjodohan itu.
Mew yang sedari tadi menunduk akhirnya menengok ke arah Gulf dan menatapnya. Ia berpikir. Apa tidak apa-apa kalau ia membawa kabur Gulf?
" Apa kau yakin? Kau tidak akan mendapat kemewahan seperti yang kau dapatkan sekarang kalau kau bersamaku." Tanya Mew setelah beberapa saat. Ia tidak ingin Gulf menyesal nantinya.
Gulf mengangguk yakin. " Asalkan denganmu, aku tidak peduli sesulit apapun yang harus aku lalui."
" Aku akan memintamu pada ayahmu terlebih dahulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Autumn without You
FanfictionPerasaan yang tidak dapat ditahan ini akan ku tuangkan dalam nyanyian dan mengirimkannya kepadamu yang jauh disana - Mew Suppasit Inspired by Kanade - Sukima Switch