Fight

592 95 4
                                    

Gulf terbangun. Ia mengerjapkan matanya, merasakan sakit dikepalanya. Ia meringis sambil memegangi kepala dan mencoba membuka mata.

" Dimana ini? " gumamnya ketika matanya sudah terbuka sepenuhnya. Gulf bingung, ia tidak mengenali tempat ia berada sekarang.

" Hai, Gulf. Sudah bangun?" War masuk ke kamarnya. Ia baru pulang membeli sarapan.

" Loh, War? Aku dimana?"

" Apartementku. Semalam kau mabuk. Aku memutuskan untuk membawamu kesini dari pada aku membawamu pulang dan ayah mu marah." War meletakkan makanan di meja dekat sofa.

" Terima kasih War. Maaf aku merepotkanmu." Lirih Gulf.

" Tidak apa-apa. Sarapan dulu. Aku sudah membelikan bubur untuk mu. Apa kepalamu masih sakit?"

" Ya, sedikit berat. Apa aku minum sangat banyak?"

" Ya, lumayan banyak untuk ukuran orang yang tidak bisa minum alkohol."

" Kau tau aku tidak bisa minum alkohol?"

" Ya, Semalam Mew memberitahuku"

" Mew? Dia menelpon?" Gulf membelakakan matanya.

" Ya, dia tidak berhenti menelponmu. Daripada dia khawatir, aku mengangkat telponnya. Sudah, makan dulu sini."

" Tidak aku harus menelponnya. Mew pasti marah" Gulf mengambil ponselnya.

Ia mencoba menghubungi Mew. Tapi tidak diangkat. " kemana dia?" Gumam Gulf.

" Sudahlah. Kau sebaiknya makan dulu." War masih terus membujuk Gulf.

Sementara Gulf masih terus menghubungi Mew.

" Halo" Terdengar suara berat diujung telpon.

" Halo, Mew...K-kau sedang apa?" Tanya Gulf gugup.

" Aku sedang tidur. Sudah sadar sepenuhnya?" Ujar Mew dengan nada Dingin.

Gulf pamit pergi menuju balkon. Ia yakin, ini akan menjadi pertengkaran hebat dengan Mew.

" Sudah. Maaf aku tidak mengabarimu semalam" Gulf melembutkan suaranya untuk meminta maaf kepada Mew.

" Kenapa kau tidak mau mendengar apa yang aku katakan? Kau tahu kan bagaimana kondisimu kalau sedang mabuk. Beruntung kau pergi dengan War. Dia baik mau menjagamu. Bagaimana kalau kau sedang sendiri?"

" Mew, aku tidak akan apa-apa? Aku bukan anak kecil"

" Kau memang bukan anak kecil. Tapi kau tidak tidak bisa menjaga dirimu, seperti anak kecil"

" Kau ini kenapa, sih? Aku sudah dewasa, kau tidak perlu lagi bersikap seperti aku harus dijaga terus olehmu. Memangnya kau siapa?" Gulf mulai meninggikan suaranya.

Tidak ada jawaban dari ujung telpon, Gulf menyadari ada yang salah dari ucapannya. " Mew.....aku minta maaf."

" Baiklah, Gulf. Aku memang bukan siapa-siapamu. Aku tidak berhak mengatakan apapun tentangmu. Aku mengantuk, mau melanjutkan tidurku. Bye!"

Nut...nut...nut...Sambungan telepon terputus. Gulf menjambak rambutnya. Menyesal telah mengatakan hal itu.

Gulf masuk ke kamar War.

" Bagaimana? Apakah tersambung?"

" Hmm, kami bertengkar"

" Loh, bagaimana bisa?"

" Mew marah padaku, dan aku mengatakan hal yang sepertinya menyakitinya," Gulf duduk di sofa dan menghembuskan nafas kasar.

" Mew terdengar sangat khawatir padamu semalam. Ia tidak berhenti menelpon sampai teleponnya ku angkat."

Autumn without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang