Hope

601 92 11
                                    

Seminggu sudah sejak pertengkaran itu, baik Mew dan Gulf tidak ada yang saling menghubungi satu sama lain. Gulf gelisah, ia gengsi menghubungi Mew lebih dulu, yang terakhir kali marah kan dia. Tapi Mew juga tidak kunjung menghubunginya. Gulf bertanya-tanya? ada apa sebenarnya?

" Aku harus apa?" Tanya Gulf pada dirinya sendiri. Ia menatap gelang ditangannya. Gelang yang diberikan oleh Mew. Ia rindu Mew.

Gulf kemudian menelpon War. Ya, selama seminggu Gulf tidak berkomunikasi dengan Mew, kepada War lah dia menceritakan semuanya.

" Halo, War. Sedang apa?"

" Hm, aku sedang di apartement Yin, kenapa?"

" Oh, maaf aku mengganggu. Kalau begitu tidak jadi"

" Kenapa? Soal Mew lagi?"

" Hmm. Aku harus bagaimana, ini sudah seminggu dia tidak menghubungiku"

" Aku bilang, kau coba hubungi, kenapa tidak mau?"

" Masa aku yang menghubungi duluan?"

" hah, Gulf. Aku tidak mengerti cara berpikirmu. Kau terus memikirkan dia, tapi ku minta kau menghubunginya kau tidak mau."

" Tapi aku malu, War. Karena aku yang marah terlebih dahulu." Ucap Gulf

" Lalu kau mau bagaimana?" War sudah menyerah memberi nasihat kepada teman batunya itu.

Gulf terdiam sebentar. " Aku akan pulang ke Surat Thani." Putus Gulf tiba-tiba.

" Hah? Kau serius? Bagaimana dengan kuliahmu?"

" Aku akan izin satu minggu." Ucapnya Mantap.

" Gulf? Kau gila."

" Hmm, Aku gila karena bertengkar dengan Mew." Kali ini ada nada memelas.

" Ya, terserah kau saja" War sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi.

-----

" Ayah, hari ini aku ingin pulang ke Surat Thani" Ucap Gulf kepada sang ayah ketika mereka sedang sarapan pagi.

Sang Ayah terkejut. " Lalu bagaimana dengan kuliahmu?"

" Aku izin satu minggu. Aku rindu Ibu dan Kak Grace. Sudah lama aku tidak bertemu mereka." Ucap Gulf mencoba mencari alasan yang masuk akal.

Ayah Gulf hanya menghela nafas mendengar permintaan sang anak. " Aku bilang tidak pun kau tidak akan mendengar, Kan? Hati-hati di jalan."

" Baik Ayah."

Gulf pun akhirnya pulang ke Surat Thani dengan penerbangan siang. Dia memutuskan untuk menemui Mew dan meminta maaf secara langsung. Gulf sadar dia dan Mew sama-sama keras. Akan sulit untuk menemukan jalan keluar kalau tidak bertemu.

----

Setelah hampir 2 jam perjalanan, Gulf akhirnya sampai di rumah.

" Loh, Tuan Gulf?" Ucap Bi Sum pembantu Gulf yang juga merupakan Ibu Mew.

" Hai Bi, apakabar? Aku merindukanmu." Gulf memeluk wanita yang sejak kecil sudah mengasuhnya itu. Ia sangat menyayangi Bi Sum seperti Ibunya sendiri. Ia mengajak Bi Sum untuk duduk di sofa ruang tamu.

" Saya Baik, Tuan. Apa ada yang tidak beres sampai Tuan pulang kesini?" Tanya Bi Sum yang menyadari ada ekspresi berbeda pada wajah Gulf.

" Hmmm, sedikit. Tapi tidak apa-apa" Gulf tetap memaksakan diri untuk tersenyum.

" Mew ada, Bi?" Tanya Gulf. ia ingin segera menemui sahabatnya itu. Ingin segera menyelesaikan masalah. Satu minggu tidak berkomunikasi, tidak bertemu, jujur Gulf sangat rindu.

Autumn without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang