Ruby itu terasa kosong, hampa dan mati. Tak lagi terpancar sinar kehidupan di dalamnya, mirisnya lagi kondisi tubuhnya bahkan terlihat mengenaskan.
"Apa yang sebenarnya kau lakukam pada mereka Karin?" tanya Mei yang kini menatap Karin dari balik kaca pintu ruang isolasi milik Karin.
Koridor tempat ruangan Karin terasa benar-benar kosong, sebab tak ada satupun ruang isolasi yang berpenghuni, kecuali milik Karin. Mei jelas tahu alasan di balik pemindahan semua pasien yang sebelumnya menempati ruangan di koridor ini. Apa lagi kalau bukan keberadaan Karin dan penyiksaan yang gadis malang itu terima.
Setitih air mata jatuh membasahi pipi Mei, ia tak tega melihat keadaan Karin yang tampak mengenaskan dengan ruam-ruam merah di sekujur tubuhnya. Ia tahu, jelas tahu siapa, apa dan bagaimana ruam itu ada.
"ARGHTTTT!!"
Raungan Karin kembali terdengar ketika manik rubynya menangkap ruam di sekitar lengan kirinya yang tak lagi tertutup lengan baju panjangnya. Kilasan kejadian mengerikan dan menjijikkan terputar kembali di pikiran Karin.
"BERHENTI MENYENTUHKU!!! MENYINGKIR SIALAN!!AKHHHT!!" lolong Karin mengusap kasar sekujur tubuhnya sesekali memukul udara kosong di hadapannya.
Sontak Mei menutup bibirnya menggunakan telapak tangan kirinya kala melihat bagaimana hancurnya Karin. Tubuhnya bergetar, rasa bersalah menyusup ke dalam hatinya. Bagaimana mungkin ia tega melakukan hal sejahat ini pada seorang gadis yang tak bersalah, pikir Mei menyesal.
Tanpa berfikir dua kali Mei lantas merogo saku jas putih yang ia kenakan, mencari kunci ruangan Karin.
"Aku akan menyelamatkanmu!" tegas Mei tak kala pintu itu telah terbuka, membuatnya dapat mengendus aroma yang benar-benar menjijikkan.
¤¤¤
"Balas dendam akan berhasil jika kau tak menggunakan perasaanmu," ucap seorang gadis berambut pink yang kini tengah memainkan ponsel di dalam genggamannya.
"TAPI TIDAK SEPERTI INI SAKURA!" teriak pemuda berambut bak nanas.
Suasana tegang jelas terasa di dalam rumah kaca itu, sejuknya udara yang di hirup tak mampu menghilangkan ketegangan yang ada.
Sakura, gadis yang tengah duduk di kursi yang memang sengaja di letakkan di sana justru terlihat biasa saja. Seolah tak terusik dengan kemarahan Shikamaru dan yang lainnya. Ia rasa tak ada yang salah dengan apa yang ia perbuat, ia hanya membalas saja bukan. Yeah, walaupun berkali-kali lipat dari yang ia dapatkan.
"Aku tak percaya kalian berdua akan berbuat sampai sejauh ini," sendu Ashura menatap Sakura dan Gaara penuh kecewa.
Raut Sakura dan Gaara berubah datar, kecewa? Yang benar saja.
"Kenapa setelah kalian melakukan hal itu, kalian baru mengatakannya HAH?!" tanya Toneri dengan bentakan di akhir ucapannya.
Berawal dari kecurigaan Sasori dan Sai saat Sakura meninggalkan mereka di mansion Senju, keduanya memilih membicarakan hal itu dengan yang lainnya. Hingga mereka putuskan untuk mengawasi Gaara dan Sakura. Satu, dua hari mereka lalui tanpa ada hal yang mencurigakan. Keduanya hanya melakukan aktivitas seperti biasanya, bersekolah, pulang, berkumpul dan bermain hanya itu. Bahkan mereka berdua tak melakukan apapun pada Sasuke dan yang lainnya, terkesan mengacuhkan lebih tepatnya. Hingga di hari ketika sebuah kenyataan menampar mereka.
Dengan kedua mata mereka melihat bagaimana kejinya Gaara dan Sakura ketika memerintahkan beberapa anak buah Gaara untuk mendatangi sebuah rumah sakit jiwa yang mereka ketahui tempat Karin di rawat, namun tak hanya sekedar datang mereka di minta untuk memperkosa Karin. Bukan hanya satu, tetapi tujuh orang bawahan Gaara di kirim kesana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakura And Revenger[End]
ActionKarma is real, dan aku adalah bentuk dari karma itu sendiri-Haruno Sakura. Dendam memang mampu merubah seseorang maupun sesuatu, sama seperti yang Sakura alami. Ia yang awalnya adalah gadis yang baik, ramah dan pemaaf berubah menjadi gadis yang din...