Pagi yang cerah, dengan sinar matahari yang menyinari sebuah mansion mewah dan juga megah di tanah konoha itu.
Pagi yang seharusnya terasa tenang dan damai berubah menjadi berisik dan gaduh. Hal itu tak pelak mengganggu tidur nyaman salah satu penghuni mansio itu. Di sebuah kamar berwarna putih gading terlihat seorang gadis bermahkota pink tengah terusik tidurnya.
Beberapa perabotan bergaya Eropa-Yunani menghiasi kamar itu. Di mulai dari ranjang berukuran king size yang terletak di dekat jendela balkon, sebuah meja rias dengan berbagai alat kosmetik ternama di atasnya, dua buah meja nakas di masing-masing sisi ranjang, dua buah kursi beserta meja tak jauh dari pintu, serta dua buah pintu lain yang merupakan pintu kamar mandi dan juga pintu walk in close.
Kelopak mata itu tampak bergerak gelisah di ikuti kerutan di dahinya. Perlahan tapi pasti, kelopak mata itu terbuka menampilkan manik emerald jernih nan memukau.
"Arghtt!" raungnya sebelum bangkit dari tidurnya.
Rasa kantuk dan juga kesal mendominasi wajah manis itu, "Sialan! Tak tahukah mereka aku masih mengantuk!" gerutunya sambil menendang selimut yang sempat ia kenakan.
Tanpa banya bicara, ia segera bergegas pergi menuju kamar mandi. Ia memilih membersihkan tubuhnya ketimbang turun ke lantai bawah guna melihat keributan yang tengah terjadi di sana. Lima belas menit ia habiskan untuk melaksanakan ritual mandinya. Dengan hanya berbalut jubah mandi, gadis gulali itu berjalan menuju walk in close guna mengambil seragam barunya.
Setelah memastikan penampilannya, gadis gulali itu segera berjalan menuju pintu bercat hitam dengan ukiran bunga sakura di tengahnya. Dengan langkah pelan namun tegas, gadis itu menuruni tangga penghubung antara lantai satu dengan lantai dua serta lantai tiga.
Perlahan-lahan ia dapat mendengar lebih jelas suara gaduh itu. Suara perdebatan dan juga tawa lebih mendominasi indra pendengarannya.
Tap
"Rasanya baru tiga hari yang lalu aku mengasah katana-ku, jadi ku rasa masih cukup tajam untuk sekedar memotong lidah kalian!" tukas gadis itu dengan raut wajah datar. Manik emeraldnya menyorot tajam pada para pembuat keributan di mansion.
Mereka yang mendengarnya hanya bisa terdiam, karna mereka tak ingin membuat singa betina marah, padahal sudah jelas sekali bahwa mereka telah membuat singa itu marah.
"Hhhh, gomen sakura-chan!" ucap salah seorang di antara mereka. Ia merupakan seorang pemuda dengan rambut hitam dengan manik coklat.
Keringat tampak mengalir di pelipis mereka, berbagai macam rapalan doa mereka panjatkan di dalam hati, berharap mereka akan lolos dari sosok di hadapan mereka ini. Ayolah, mereka tak ingin merasakan tajamnya katana milik gadis musim semi ini.
Tap Tap Tap
Suara derap langkah terdengar dari arah tangga, membuat semua yang ada di sana sontak mengalihkan pandangan mereka ke arah tangga guna melihat siapa pemilik derap langkah itu.
"Bereskan semuanya atau ku penggal kepala kalian!"
Doublle Kill
Mau tak mau mereka semua menuruti ucapan pemuda berambut raven panjang itu, sebab mereka masih sayang akan nyawa mereka.
"Gerrr~mereka berdua lebih mirip malaikat pencabut nyawa ketimbang dewa dan dewi," batin pemuda yang ada di sana, minus pemuda raven dan juga gadis gulali yang memilih mengamati raut ketakutan mereka dalam diam.
•••
Ruang makan mansion terasa mencekam. Tak terdengar suara lain selain dentingan alat makan dan juga detak jantung yang terdengar menggila.
"Ekhem!" deham pemuda raven dengan raut wajah yang tetap terlihat datar.
Ritual sarapan telah berlalu sejak lima menit yang lalu, membuat pemuda raven itu memilih membuka suara terlebih dahulu sebab ialah yang paling tertua di antara mereka berempat.
"Ada apa Indra-nii?" tanya seorang pemuda berambut biru klimis dengan manik sebiru rembulan dikala purnama.
"Hari ini kalian mulai bersekolah di sekolah kalian yang baru," ucap sosok yang baru saja di panggil nii-chan. Sosok pemuda berwajah adonis bak dewa Yunani, Otsutsuki Indra.
"Apa kami akan sekelas nii-chan?" tanya pemuda berambut hitam dengan manik coklat yang menatap penuh harap ke arah Indra.
"Kau akan berada satu tingkat di atas Sakura, Asura," ucap Indra dengan jeda di ucapannya sambil menatap pemuda bermata coklat itu, "Dan untuk Sakura dan Toneri, kalian akan sekelas," lanjutnya menatap gadis gulali dan juga pemuda berambut biru.
Ya, mereka bertiga adalah Otsutsuki Asura, Otsutsuki Toneri dan Otsutsuki Sakura.
"Hn," guman Sakura menanggapi ucapan Indra barusan. Namun Indra tampaknya tak mempermasalahkan hal itu, sebab ia telah terbiasa akan sifat dingin adiknya itu.
"Baiklah," jawab Asura dan juga Toneri.
Tanpa banyak membuang waktu keempatnya segera bergegas menuju teras mansio. Tiga buah mobil sport terparkir rapi di sana.
"Saku, kau mau pergi dengan siapa?" tanya Toneri bersadari di mobil Bugatti putih miliknya.
Bibir Asura langsung mengerucut begitu mengetahui ia telah di langkahi oleh adiknya itu.
"Kau bersamaku saja, Saki!" ucap Asura membuka pintu mobil Ferari merah miliknya.Raut wajah Saakura terlihat datar. Dengan helanan nafas akhirnya Sakura menentukan pada siapa ia akan pergi menuju sekolah baru mereka.
"Kimimaru!" panggil Sakura pada salah satu orang kepercayaan keluarga Otsutsuki.
Kimimaru segera mendekat ke arah Sakura begitu ia mendengar gadis musim semi itu melafalkan namanya.
"Ada apa Sakura-hime?" tanya Kimimaru sopan.
"Hn. Ambilkan mobil BMW biru milikku!" perintah Sakura.
Dengan satu anggukan kepala, Kimimaru meninggalkan Sakura, Toneri, Asura dan juga Indra guna melaksanakan perintah Nona mudanya itu.
"Saki kau tak berniat membawa mobilmu sendiri kan?" tanya Asura menatap Sakura lekat. Hal serupa di lakukan pula oleh Toneri dan juga Indra.
"Hn."
"Ck, kenapa selalu saja dua huruf itu!" rutuk Asura dalam hati.
Tak berapa lama, mobil milik Sakura berada di barisan terakhir mobil yang ada di halaman mansion. Tanpa banyak bicara Sakura segera melangkah mendekati mobil biru miliknya, meninggalkan ketiga kakaknya.
Melihat hal itu, Toneri, Indra dan Asura pun turutengikuti apa yang Sakura lakukan.
Dengan di pimpin oleh mobil yang di kendarai Indra keempatnya melaju meninggalkan Mansion menuju sekolah baru ketiga muda mudi bermarga Otsutsuki itu.
Dalam keheningan pikiran Sakura melalang buana, memikirkan apakah keputusannya benar atau justru salah.
"Kali ini saja Kami-sama, biarkan aku bahagia!" guman Sakura sambil menambah laju kecepatan mobipnya, menyalip mobil Bugatti milik Toneri, membuat pemuda rembulan itu menatap bingung mobil Sakura.
"Kau akan baik-baik saja Saku, I promis," ucap Toneri dengan manik rembulan yang berpendar aneh. Raut wajahnya tampak keruh, ada secuil rasa khawatir akan keadaan Sakura.
Tak hanya Toneri, Asura dan Indra pun turut merasakan hal yang sama. Ketiganya tahu bagaimana Sakura yang ceria berakhir menjelma menjadi musim semi yang beku. Dan mereka tak mau hal itu kembali terulang, tak akan pernah mau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakura And Revenger[End]
ActionKarma is real, dan aku adalah bentuk dari karma itu sendiri-Haruno Sakura. Dendam memang mampu merubah seseorang maupun sesuatu, sama seperti yang Sakura alami. Ia yang awalnya adalah gadis yang baik, ramah dan pemaaf berubah menjadi gadis yang din...