Kekasih yang Sempurna

358 12 1
                                    

Pernahkan kamu menemukan seseorang yang sempurna untuk menjadi kekasihmu?

Belasan tahun silam, seorang gadis pindah ke rumah sebelah bersama ibunya. Mereka sangat miskin. Ayahnya telah menelantarkan dia dan ibunya bertahun-tahun lamanya.

Dia pendatang baru di kota dan sulit menyesuaikan diri. Meskipun kami berdua berbeda latar belakang, dia dan aku harus berteman. Kami bukan teman dekat, tetapi aku sering mengunjungi rumahnya dan kami bercakap-cakap tentang apa saja.

Saat pertama kali aku melihatnya, aku tahu bahwa dia adalah gadis yang sempurna bagiku. Sayangnya, dia tidak merasakan hal yang sama. Dia tertarik pada cowok tampan di sekolah kami. Jelas aku bukan tipenya, jadi aku memutuskan untuk menunggu.

Karena tak punya teman untuk diajak bicara, dia menceritakannya padaku. Ceritanya seperti biasa, keluh kesah tentang hidupnya: bagaimana ibunya memukulnya, bagaimana gadis-gadis di kelasnya jahat dan tidak mengacuhkannya. Dia juga bercerita tentang cowok yang ditaksirnya. Cowok itu sangat populer dan disukai gadis-gadis di sekolah.

Ketika dia menceritakan masalahnya, aku hanya duduk dan mendengarkan.

Suatu hari, gadis itu tak masuk sekolah. Ternyata dia diganggu oleh salah satu gadis populer di sekolah yang mengetahui bahwa dia sangat menyukai cowoknya. Gadis populer dan teman-temannya itu merundungnya setiap kali mereka melihatnya. Bahkan mereka menyebarkan desas-desus kotor tentang dirinya ke teman-teman lain. Mereka membuat hidupnya bagai mimpi buruk.

Aku hanya diam dan mendengarkan saat dia mencurahkan masalahnya.

Perilakunya mulai berubah setelah dia memasuki sekolah menengah pertama. Dia sering keluar malam dan mulai merokok serta mabuk-mabukan. Aku mendengar desas-desus bahwa dia juga menggunakan narkoba. Dia terjebak dalam lingkungan pergaulan yang buruk dan bahkan pernah ditangkap oleh polisi.
Keadaan di rumahnya semakin buruk karena dia sering bertengkar dengan ibunya. Semua gadis di sekolah membencinya. Seseorang mencorat-coret dinding luar rumahnya dengan cat semprot, menulis kata-kata yang mengerikannya dan hal-hal menjijikkan tentang dirinya. Seseorang bahkan membunuh kucing peliharaannya dan mencampakkan bangkainya di depan pintu rumahnya.

Akhirnya, gadis itu putus sekolah. Dia mengisolasi diri dari dunia luar dan mengunci diri di kamar. Dia berhenti berbicara dengan ibunya dan tak pernah lagi meninggalkan kamar. Dia tak keluar kamar bahkan untuk makan sekalipun. Dia tampak pucat, sakit dan kurus kering. Ibunya hanya mampu meninggalkan makanan di luar pintu kamarnya. Dia hanya akan keluar ketika perlu ke toilet atau ketika ibunya tertidur. Hidupnya menyedihkan.

Aku mendatanginya untuk pertama kali setelah sekian lama dan dia menolak untuk menemuiku, meski aku berteriak memanggil namanya dan menggedor pintu rumahnya. Dia tidak menjawab sama sekali. Ibunya memberiku semangkuk bubur agar kubawa ke atas. Aku melihatnya sekilas ketika dia membuka pintu untuk mengambilnya. Wajahnya pucat, kuyu dan kurus kering. Dia tampak seperti mayat hidup.

Aku datang ke rumahnya setiap hari. Seminggu kemudian, gadis itu mulai berbicara kepadaku dari balik pintu. Dia memberi tahuku bahwa dia selalu bertengkar dengan ibunya dan semua teman-temannya melupakannya. Dia memberi tahuku bagaimana dia jatuh ke dalam pergaulan yang buruk, mencuri, menggunakan narkoba, dan mendapat masalah. Dia mengatakan kepadaku dia tertangkap saat mengutil dan kini dia memiliki catatan kriminal.

Dia memberi tahuku bahwa pada awalnya ibunya mencoba menolongnya, tetapi ketika dia tidak mau mendengarkan, ibunya marah dan memukulinya. Hidupnya bagai dalam neraka. Dia ingin mati dan telah mencoba bunuh diri berkali-kali dengan memotong pergelangan tangannya.

Seperti dulu, dia terus dan terus berbicara dan aku hanya mendengarkan. Setiap kali dia meminta pendapatku, aku hanya mengangkat bahu atau memberi komentar yang biasa saja.

Seiring berjalannya waktu, suasana hati gadis itu secara bertahap mulai membaik. Dia bahkan memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Sepertinya semuanya menjadi lebih baik dan masa depan terlihat cerah. Ibunya menangis dan mengucapkan terima kasih banyak padaku.

Suatu hari, gadis itu pergi ke atap sebuah gedung dan melompat. Bangunan itu tidak terlalu tinggi dan dia mendarat di semak-semak.

Itu mungkin yang menyelamatkan hidupnya. Namun, sumsum tulang belakangnya patah sehingga dia lumpuh dari leher ke bawah. Para dokter mengatakan bahwa dia akan menghabiskan sisa hidupnya di kursi roda.

Ketika dia keluar dari rumah sakit, aku menemuinya. Dia berbaring di tempat tidurnya, tidak bisa bergerak. Dia berulang kali meminta maaf kepadaku sambil tak henti-henti mengucurkan air mata. Dia berkata bahwa dia ingin mati dan dia menyesal atas semua masalah yang dia berikan padaku dan ibunya.

Aku mencoba menenangkannya dan memintanya menghentikan tangisnya, tetapi sulit menghibur seseorang ketika mereka sedang berbaring. Maka aku memeluknya dengan canggung. Dia menangis semakin keras sehingga seluruh tubuhnya bergetar. Dia bahkan tidak bisa menghapus air matanya sendiri.

Saat aku memeluknya, aku memintanya untuk menikah denganku.
Dia menatapku seakan tak percaya mendengar kata-kata yang keluar dari mulutku.

Dia tidak percaya ada orang yang menginginkannya. Aku harus melamarnya berkali-kali sebelum dia percaya bahwa aku bersungguh-sungguh. Dia menangis sangat keras hingga air matanya habis mengering. Aku mencoba meyakinkannya dengan mengatakan bahwa aku ingin menikahinya karena aku selalu mencintainya.

Dia adalah kekasih yang ideal untukku. Selamanya begitu.

Bahkan ketika dia mengabaikan perasaanku dulu.

Bahkan ketika dia bergaul dengan orang-orang jahat.

Bahkan ketika aku harus mendengarkan semua keluh kesah bodohnya.

Bahkan ketika dia menjadi sangat kurus dan bersembunyi di kamarnya.

Bahkan ketika aku mengadukannya kepada gadis populer di sekolah bahwa dia menaksir cowok gadis itu.

Bahkan ketika aku menyebarkan desas-desus kotor tentang dia ke teman-teman sekelasnya.

Bahkan ketika aku menulliskan kata-kata yang menjijikkan dengan cat semprot ke dinding rumahnya.

Bahkan ketika aku membunuh kucingnya dan mencampakkannya di depan pintu rumahnya.

Bahkan ketika sekarang dia terbaring di tempat tidur: lumpuh, lemah dan tidak berdaya.

Aku masih mencintainya. Aku makin mencintainya.

Kami akan segera menikah.

Dia kekasih yang sempurna bagiku.

Tulisan di Dinding (Kumpulan Cerita Misteri)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang