Tristan telah mencoba semua cara yang dia bisa pikirkan untuk mengusir monter itu.
Mamanya meyakinkannya bahwa tidak ada monster yang tinggal di rumah mereka. Dia meraih tangan Tristan dan membawanya berkeliling ke setiap kamar. Lemari-lemari dan rak-rak dibuka, permadani diangkat, dan tirai kamar mandi ditarik ke belakang hingga yang terlihat hanya lantai keramik yang berjamur dan karat buih sabun di dinding.
"Nah, tidak ada monster sama sekali," dia mengumumkan. "Sekarang bisakah kita kembali tidur?"
"Bagaimana dengan kolong tempat tidur?" dia memohon, sambil menunjuk ke arah kamarnya. "Tristan melihatnya di situ."
"Astaga, Tris," desah mamanya. Dia menarik napas dalam-dalam dan perlahan-lahan mengembuskannya, lalu menatap mata coklat putranya yang berusia tujuh tahun yang ketakutan dan tersenyum.
"Baiklah," katanya, sambil jari telunjuknya teracung membentuk pistol pura-pura. Dia mendekati pintu kamar tidur Tristan dan dengan berani menendangnya hingga terbuka.
"Kamu terkepung, Tuan Monster!" dia berteriak. "Sekarang keluar sambil mengangkat tangan!"
Tristan terkikik. Terkadang mamanya bisa sangat lucu.
Dia melangkah masuk ke dalam kamar, dan memberi isyarat dengan kepalanya agar Tristan mengikuti. Si bocah memeluknya dari belakang dan memiringkan kepala kecilnya keluar dari balik pinggulnya.
Mamanya kemudian berjongkok dengan kedua tangan di lantai lalu merangkak, dan merangkak, dan berhenti di tengah kamar. Ketika dia menyentuh tepi seprai biru tua bergambar Superman, Tristan menggigil. Nafasnya memburu.
"Sekarang saatnya," bisik mamanya, menyibak kain di tangannya. Dia memasukkan tangannya ke bawah tempat tidur dan berteriak, "Dor! Matilah, monster!"
Tristan hampir pingsan.
Mamanya menggeleng-gelengkan kepala. "Lihat, Sayang," dia menoleh padanya. "Hanya ada sepatumu yang kotor di sini. Ini lebih mengerikan dari monster." Dia mengerutkan kening, "debunya tebal sekali."
Tristan memanjat punggung mamanya dan terjun ke tempat tidur. Dia berbaring di bagian bawah tempat tidur, wajahnya ditutup bantal.
"Semuanya baik-baik saja sekarang, kan?" Mamanya masih duduk di lantai. Sikunya bersandar di tepi tempat tidur.
"Sebentar lagi, Ma," jawab Tristan mengakui dari balik bantal.
Bersiap untuk berdiri, hidung mamanya kembang kempis. Tercium bau samar yang tak sedap.
"Tris," katanya. "Kamu mencium bau, enggak?"
"Ya, Ma," jawab Tristan. "Maafkan Tristan."
"Maaf?" tanya Mamanya bingung. "Maaf untuk apa?"
"Tristan seharusnya tidak mengajak Mama ke sini," akunya, sambil duduk. Bau itu tercium lebih kuat sekarang, membuatnya mual. "Dia bilang, kalau ingin menangkap tikus, harus ada umpan keju."
"Apa yang kamu bicarakan? Siapa yang memberitahumu?" mamanya bertanya, melihat sekeliling ruangan dengan panik. Dari mana bau itu berasal?
Dari sebuah lubang hitam tak berdasar yang tak terlihat di kolong tempat tidur, monster itu menjulurkan cakarnya yang tajam dan dingin.
Bandung, 27 Mei 2021
![](https://img.wattpad.com/cover/267671576-288-k512010.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tulisan di Dinding (Kumpulan Cerita Misteri)
HorrorGenre misteri mempunyai penggemar sendiri. Buku ini merupakan kumpulan cerita pendek misteri karya Ikhwanul Halim. Jangan dibaca kalau sedang sendirian!