Ruam

125 6 0
                                    

Ketika muncul pertama kali di tangannya pagi itu, dia mengira semacam ruam yang aneh. Bagian terbesar dari ruam itu menggelembung hingga sebesar uang logam dan bersarang di bagian daging yang lembut di antara ibu jari dan jari telunjuknya. Mungkin kulitnya melepuh, bengkak dan merah jambu, kecuali cahaya merah memancar yang jelas terlihat tepat di bawah permukaan kulit.

Istrinya, Chika, melihat sekilas dan mengabaikannya. "Mungkin gigitan laba-laba," katanya. Mungkin akan hilang dengan sendirinya.

Dia terus-menerus memeriksa ruam atau gigitan laba-laba atau apa pun itu.

"Jangan digaruk," seru Chika dari kamar mandi. Meski mereka baru menikah tiga bulan, dia sangat mengenal suaminya. Setiap kali muncul sedikit keanehan, hipokondrianya menjadi-jadi. Dalam imajinasinya, secara biologis dia akan mengalami kematian yang lambat dan aneh. Digigit nyamuk akan menyebabkan jenis malaria yang sebelumnya belum ditemukan. Tertusuk duri hingga berdarah tidak diragukan lagi akan menyebabkan kematian tetanus. Pada kenyataannya, dia jarang sakit dan akhirnya merasa seperti orang bodoh setiap kali mengunjungi dokter.

Dan kemudian dia melihat yang kedua di kakinya saat mandi. Benjolan merah muda di paha, kemudian dia melihat garis-garis yang menyebar di sekitar pergelangan kakinya dan turun ke arah tumitnya. Saat dia membungkuk untuk melihat lebih dekat, dia melihat sulur serupa urat merah bergerak di bawah kulitnya.

"Chika! Itu ada di kakiku juga!" Saat dia melompat keluar dari kamar mandi, dia menunjukkan padanya, "Lihat! Kamu tidak melihatnya bergerak?"

"Ayolah, Bang, Terlihat seperti gigitan serangga bagiku. Mungkin infeksi dan mungkin itulah yang Abang lihat di pembuluh darah Abang. Kalau Abang khawatir, mampir saja ke dokter, supaya pikiran Abang tenang."

Di penghujung hari kerja, dia menuju ke tempat praktir dokter. Gigitan serangga menurut Chika itu melepuh dan merayap di beberapa tempat lainnya. Meskipun tidak terasa tidak nyaman, bahkan tidak gatal, pastilah sesuatu yang serius.

Dengan ragu-ragu, dia menjelaskan tentang ruam kulit yang aneh, yang mungkin merupakan gigitan laba-laba beracun, dan mungkin terinfeksi serius, dan mungkin memengaruhi jantungnya karena sekarang terasa berdetak lebih kencang, dan yang pasti ini bukan khayalan semata.

Perawat meyakinkannya bahwa itu mungkin bukan masalah besar. Sepertinya itu reaksi alergi. Dokter tidak banyak membantu. "Yah, itu pasti bukan gigitan laba-laba, sebenarnya bukan gigitan apa pun. Itu mungkin hanya ruam. Itu hanya terlihat lebih buruk karena Anda menggaruk dan mengkhawatirkannya sepanjang hari."

Dia pulang dengan sebotol krim anti alergi dan perasaan kalah.

Dia sedang membaca tentang ruam yang tidak jelas dan mematikan di internet ketika dia menyadari sulur di bawah kulitnya menggeliat. Garis merah bergerak maju mundur di sekitar garis biru pembuluh darahnya dan menghilang ke jaringan yang lebih dalam dari pergelangan tangannya. Bagian dari ruam yang menggelembung di atas permukaan kulitnya berdenyut menyesuaikan detak jantungnya. Melihat benjolan itu berdetak secara tidak wajar seperti itu membuatnya mual, dan dia ke kamar mandi membuang makan malamnya.

Sekarang semuanya bergerak-gerak, di tangan, kaki, leher, dan perutnya, meregang semakin jauh ke dalam tubuhnya. Sesekali, garis merah panjang akan muncul kembali, bersinar tak tertahan oleh lapisan transparan kulitnya. Dia merasakan ruam itu menyusup jauh ke dalam jaringan lunak tubuhnya.

Dia meraih ponsel dan menelepon Chika. Sibuk. Di mana redialnya? Terus saja menelepon ulang. Jangan lihat tanganmu. Semuanya akan baik-baik saja. Hanya ruam ringan. Hanya ada di dalam pikiranmu.

Dia meraih korek api dan menyalakan lilin. Menahan api dekat lepuh di ibu jarinya. Ingat pacet yang menempel di betismu dulu? Ibu langsung membakarnya, ditarik lepas dari kulit, meringkuk lalu mati. Bukan masalah besar. Apa pun yang di dalam tubuhnya semakin menggila! Jangan memikirkan rasa sakitnya. Api membunuh infeksi, semua orang tahu itu. Benda ini akan meringkuk dan mati. Setelah itu aku akan mandi air dingin ....

Dia meraih pisau. Aku bisa melakukan ini. Aku hanya akan mengiris sedikit, tak dalam. Hanya untuk membiarkan infeksinya keluar sedikit. Aku hampir tidak bisa menekuk sikuku. Aku tidak bisa menekuk jariku. Aku bisa melakukan ini. Aku akan menarik benda sialan ini dari diriku. Dia bergerak di dadaku!

Bagaimana jika dia menyusup ke dalam jantung? Aku tidak hanya akan menariknya keluar, tapi memotong dan mengeluarkannya. Tabib zaman dulu biasa mengeluarkan darah orang-orang untuk penyembuhan. Menyembuhkan mereka dari segalanya dan apapun. Mengeluarkan darah. Banyak darah. Ini adalah pendekatan logis.

Seluruh ruangan berbau metalik. Aku akan mengeluarkan darah dari diriku. Seperti pengobatan lintah kuno. Mungkin seperti itu. Semacam lintah mutan. Direkayasa secara biologis. Mengisap darahku. Mungkin ada obat yang diberi label di dalam tabung di suatu tempat. Mungkin aku harus menariknya. Aku bisa merasakannya bergerak tepat di dalam luka. Aku bisa melakukan ini.

***

Chika pulang menjelang tengah malam. Bau anyir tembaga yang kental menusuk sebelum menyalakan lampu. Suaminya berbaring telentang dengan pergelangan tangannya yang tercabik-cabik tak beraturan.

Bagai linglung, dia melakukan panggilan telepon yang harus dia lakukan. Setiap kali dia mengucapkan kata "bunuh diri" dengan lantang, adegan itu menjadi semakin nyata. Orang-orang datang. Orang-orang pergi. Dia masuk ke tempat yang tadinya kamar tidur dia dan mendiang suaminya. Saat melepas sepatunya, dia melihat ada yang melepuh di telapak kakinya. Ruam seukuran uang logam.

Bandung, 20 Mei 2021

Tulisan di Dinding (Kumpulan Cerita Misteri)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang