Chapter Sembilan

1.3K 198 32
                                    

Happy Reading💜
......................................

Semenjak kejadian beberapa hari yang lalu, Sean pun selalu merawat Agatha. Ia yang memberikan perhatian lebih kepada adiknya itu. Karna ialah, adiknya menjadi terluka. Kini Agatha sudah sembuh, lukanya memang tidak terlalu parah. Setelah di obati oleh dokter, Agatha pun langsung pulang.

Sean menghela napasnya, ia merasa sangat lelah. Apalagi melihat beberapa tumpukan dokumen yang ada di atas mejanya. Sean melihat foto keluarganya yang ada di atas meja kerjanya. Ia mengambil foto itu, Sean pun tersenyum melihatnya.

Tookkk... Tookkk... Tookkk....

"Masuk!" ucap Sean.

"Sekarang waktunya meeting Pak." ucap Riri, sekretaris Sean.

"Oh iya, berkas-berkasnya udah disiapkan?" tanya Sean.

"Semuanya sudah beres pak." ucap Riri. Sean pun bangkit dari duduknya dan ia pun segera pergi keruangan rapat yang ada di lantai 24. Riri pun mengikuti Sean di belakangnya.

Sean dan Riri bekerjasama dengan baik dalam penyampaian rancangan produk yang akan di luncurkan. Banyak kolega bisnis yang menatap Sean dengan kagum, hingga mereka ikut bergabung untuk menjalin kerjasama. Meeting pada hari ini pun berjalan dengan lancar. Beberapa saat setelah selesai meeting dan ternyata sekarang sudah waktunya jam iatirahat. Namun,  Sean lebih memilih kembali ke ruangannya.

"Pak Sean tidak makan siang? Apa perlu saya pesan kan pak? Nanti makannya di anter kerungan bapak." ucap Riri.

"Tidak perlu, kamu makan siang saja." sahut Sean.

"Baik pak, kalau begitu saya duluan ya pak." Sean pun menganggukkan kepalanya menanggapi ucapan Riri.

Setelah sampai diruangannya, Sean pun menghampaskan dirinya di kursi kebanggaannya. Ia memijit pangkal hidungnya untuk mengurangi rasa pusing di kepalanya. Sudah dua hari ini Sean merasa badannya kurang fit.

Tookkk... Tookkk... Tookkk....

"Masuk!" sahut Sean.

Ceklek....

"Serius banget sih, sampai ada orang dateng gini di cuekin." Sean pun langsung mendongakkan kepalanya. Sean pun kembali tersenyum setelah melihat orang yang ada di hadapannya ini.

"Mommy!" Sean pun mendekati Mommynya yang baru saja duduk di sofa.

"Udah waktunya makan siang, kenapa gak makan? Hmm?" tanya Via. Via pun membuka kotak bekal yang ia bawa.

"Sean masih liat berkas-berkas itu Mom."

"Kamu boleh bekerja Kak, tapi harus inget makan juga. Jaga kesehatan kamu. Mommy gak mau liat kamu sakit."

"Iya Mom." sahut Sean sekenanya.

"Jangan  iya-iya aja kak! Kamu cuma ngomong iya-iya aja tapi gak di turutin ucapan Mommy." gerutu Via.

"Iya Mommy cantik." ucap Sean sambil tersenyum lebar.

"Ya udah kamu makan, Mommy bawain kulit ayam krispi, sama capcay sayur kesukaan kamu." Via pun menggeser kotak bekal itu ke hadapan Sean.

"Mommy kok kesini?" tanya Sean.

"Kenapa? Mommy gak boleh kesini?" tanya Via dengan nada galaknya. Sean pun menggaruk pipinya yang tak gatal.

"Hmm bukan gitu Mom. Biasanya kan Daddy ngomel-ngomel kalau Mommy tinggal. Apalagi kalau Mommy lagi ke tempat kerja Sean atau Farel."

"Daddy kamu ikut kok, dia lagi di ruangan Uncle Daniel."

Sean Galeno [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang