•••
Hari-hari Nayeon, berjalan seperti biasa.
Dia tinggal di sebuah tempat Kontrakan yang ia sewa sendiri dengan hasil jerih payah nya. Dia bisa saja meminta tolong kedua orang tua nya untuk membantu Nayeon. Tapi Nayeon tidak mau, toh Nayeon kuliah dan kerja pun apa mereka peduli?
Kedua orang tua Nayeon adalah sosok yang keras dalam bekerja. Bahkan hampir setiap hari Nayeon tidak pernah melihat kedua orang tua nya dirumah, karena kesibukan mereka dengan dunia kerja.
Nayeon yang sudah bosan sendiri dirumah besar itu, meminta izin ke kedua orang tua nya , untuk hidup mandiri, dan disetujui.
Dan disini lah Nayeon, di balkon kamar kontrakan nya, duduk bersila sambil memandang ke arah langit malam. Tangan kanan nya memegang sebuah cangkir coklat panas, yang menemani Nayeon malam ini.
Sunyi, sepi, Nayeon sudah biasa dengan suasana seperti ini. Dan malah berakhir menyukai nya.
Pikiran Nayeon kembali ke Minggu yang lalu, dimana ia nyaris tertabrak truk jika tidak diselamatkan oleh seorang yang misterius. Manik mata hitam nan tajam itu, Nayeon rasa ia tak pernah bertemu dengan pria misterius itu. Jika mereka tak saling mengenal, lantas apa alasan pria itu menolong nya?
Dia menghembus nafas pelan, dan kembali menyesap coklat panas nya.
Lamunan Nayeon harus berhenti kala Ponsel yang berada di atas tempat ditidur nya berbunyi , menandakan telpon masuk.
Dia berdiri dari posisi awal nya, dan berjalan menuju dalam kamar mengambil ponsel.
Kening Nayeon mengernyit ketika yang menelpon nya bukan lah orang yang Nayeon save nomor nya atau no name. Dengan perasaan ragu, Nayeon menggeser tombol hijau itu membuat ia dan penelpon tersambung.
Hening
"H-halo?"Tanya Nayeon dengan pelan. Ia sungguh takut, bukan nya ada jawaban dari seberang sana, hanya ada suara nafas pelan.
"Maaf ini dengan s-siapa?" Tanya Nayeon sekali lagi. Jika orang ini tak menjawab nya, maka-
"Nayeon"
Keringat dingin mulai bercucuran dipelipis Nayeon, genggaman nya dengan ponsel mulai mengerat, dan degup jantung nya mulai berdetak begitu cepat setelah ia mendengar suara berat dan serak itu. Yang lebih membingungkan jelas pelaku yang sedang menelpon nya tidak terdaftar pada kontak Nayeon,tapi mengapa mengetahui nama nya.
"S-sepertinya anda salah sambung t-tuan"Dengan buru-buru Nayeon memutuskan sambungan telpon sepihak.
Dia sendiri bingung dengan respon badan nya, mendengar suara berat itu mampu membuat bulu kuduk Nayeon berdiri.
"Huh, dasar orang jahil"Sungut Nayeon dengan kesal.
"T-tapi bagaimana bisa ia tahu nama ku"Tanya Nayeon dengan dirinya sendiri sembari menggigit kecil kuku nya.
Ia kemudian berdiri untuk menutup pintu balkon yang tadi tak sempat ditutup oleh nya. Selepas itu, Nayeon langsung merebahkan dirinya dikasur, menutupi seluruh badan dengan selimut. Berharap rasa takut dan cemas tidak lagi ia rasakan di keesokan hari.
Di sebuah rumah megah, nyaris menyerupai istana. Tepat nya dikamar yang terletak dilantai paling atas, Seorang pria dengan tubuh tegak sempurna tengah berdiri didepan jendela kamar nya. Tangan kiri nya ia masukan kedalam kantong, dan tangan satu nya masih memegang ponsel.
Pria itu menarik sebuah seringai menyeramkan.
"Tidak mungkin salah sambung" Ujar nya pelan masih dengan senyuman tak simetris.
"aku tidak pernah salah untuk mengetahui siapa takdir ku" Pria itu kemudian terkekeh kecil, mengingat gadis yang baru saja ia telepon barusan.
"Im Nayeon-"
"Bersiap lah untuk menjadi milik ku"Pria itu tersenyum penuh arti walau dengan sorot mata datar. Membayangkan kejadian-kejadian yang akan terjadi dikedepan hari.
| Imnaya |
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Guy✔
Teen Fiction[🥀] Takdir yang sudah lama menghilang, kini kembali dengan keadaan yang berbeda. Pikiran semesta yang membenci dirinya seakan adalah benar, ketika pujaan hati Jeon Jungkook telah bertunangan secara tidak sadar oleh laki-laki lain. Berbekal rasa k...