3.6.21
"Mama, tau nggak kalo Tian itu suka sama Sasha," Sasha melirik ke Tian, laki-laki mendengus, sedangkan Rwenda tertawa. Malam ini Sasha memilih tinggal lebih lama setelah makan malam, tohh tidak ada pr atau ulangan untuk besok.
"Kampret, jangan percaya Ma, ya kali Tian doyan modelan kayak dia,"
"Heleh, udah ngaku aja lo suka kan sama gue, nggak papa,"
"Dengerin, gue nggak suka sama lo ya Ya Allah, ni anak makin sesat, besok dibuang aja ya," Rwenda tersenyum, matanya masih asyik melihat sinetron kesayangannya. Sedangkan Sasha mengambil posisi tiduran di paha wanita itu, dan Tian? Duduk di bawah sambil memainkan ponselnya.
"Jangan lah, kasian,"
"Sebenernya anak Mama tu aku apa Sasha si?"
"Gue, lo mah dipungut," Tian menarik Sasha duduk, karena gemas. Gadis itu akhirnya duduk di sofa sekarang,
"Apa? Mau ngamuk?" Sasha menggeleng, tapi Tian yakin tatapan matanya menyiratkan sesuatu, sedetik kemudian, tangannya sudah beralih ke leher Tian mengapitnya kencang-kencang,
"Huek, se-tan le-pa-sin anj-anjir seseek," Sasha hanya tertawa, tetap pada posisinya, Rwenda pecah fokus,
"Jangan Sha, mati nanti anak Mama, kasian kalo gedhe nanti malah nggak bisa cari uang," Sasha melepas pitingannya, kemudian tersenyum puas. Tian mengelus lehernya, bersyukur dalam hati, dia tidak putus,
"Jadi aku gedhe cuman biar bisa cari uang gitu?"
"Emang apa lagi?" Sasha kembali tertawa melihat muka pias Tian, malam ini rasanya ntah kenapa puas sekali, Sasha merasa hangat.
"Jangan marah, besok gue jalan sama Derald kalo lo marah,"
"Jangan coba-coba,"
"Tuh Ma, liatin,"
"Kalo mau uwu uwuan jangan di sini deh, Mama nggak ada pasangan,"
"Maaa," Sasha terkikik geli, dia melihat Tian bangkit dari duduknya, kemudian menjulurkan tangannya,
"Kemana?"
"Di usir Mama, pindah aja," Rwenda berdehem menggoda, namun Tian tetap menarik tangan Sasha mengajak gadis itu beranjak.
Sasha bertanya dalam hati, mengapa Tian mengajaknya pergi? Seperti apa kata Rwenda? Tian mengajak Sasha ke halaman belakang, mendudukkan gadis itu di pinggri kolam.
"Lo nggak mau tenggelemin gue kan? Gue udah nggak bisa berenang,"
"Gue tau, Tian duduk juga setelah mematikan lampu,
"Kenapa dimatiin? Gelap,"
"Liat atas," Sasha mendongak, melihat langit, ribuan bintang bertabur di atas sana, terlihat lebih jelas dibanding tadi, terlihat lebih indah.
"Kerennn,"
"Lo kayak bintang itu Sha,"
"Hha?"
"Kelebihan itu bintang yang ada di diri lo, lo bukan buruk, tapi lo belum bisa menikmati keindahan itu dengan baik, gimana caranya lo bisa ngeliat sepenuhnya tentang apa kelebihan di dalem diri lo," Netra Sasha malah beralih menatap Tian, memandangi laki-laki itu..
"Kenapa? Gue ganteng ya?"
"Iya," Sekarang Tian yang membisu, tak berani menatap Sasha, berusaha untuk meredam detakan yang menggila di dadanya. Sialnya, dia sekilas melihat wajah Sasha tadi, terlihat, bersinar?
Tian berusaha terlihat setenang mungkin di dekat gadis itu, hingga dengan santainya Sasha mendekat dan meletakkan kepalanya di dadanya.
"Makasih," Ragu, tangan Tian terangkat mengelus kepala Sasha, pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Be Okay
Teen FictionIni tentang Sasha, gadis yang hampir bisa dikatakan sempurna, dan lukanya. Bagaimana gadis itu dipaksa untuk mengatasi semua luka tanpa ada bantuan dari kedua Ayah dan Bundanya. Seharusnya mereka juga tau, bahwa gadis itu juga kehilangan, bahwa dia...