27.04.21
"Sasha! Lo dah mandi belom anjir!? Upacara ini?!" teriak Tian dari balkon kamarnya. Sasha membuka pintu balkonnya, memperlihatkan dirinya masih dengan kimono putih dan rambut cepol atas kesukaannya.
"Astaghfirullah, nyebut! Cepetan nggak lo?!" Sasha meringis kemudian kembali masuk untuk berganti seragam. Sasha menyisir rambutnya dan mengikatnya ala ekor kuda. Dia membubuhkan sedikit bedak di wajahnya, kemudian memakai lip balm, Sasha bukan tipe gadis yang hobi dandan, apalagi sebelum berangkat sekolah.
Sasha terkadang dia heran melihat teman-temannya yang berdandan menor saat pergi ke sekolah. Lip tint yang cetar membahana, Sasha geli sendiri melihatnya. Tohh, jika tujuannya untuk menarik laki-laki, Sasha malah berpikir bahwa laki-laki itu pasti ogah, serasa dideketin tante-tante.
Sasha keluar dari rumahnya dengan baju rapi dan sepatu yang sudah terpasang. Serta roti isi coklat di tangannya. Dia melihat Tian yang sudah duduk di dalam mobilnya, Sasha meringis kemudian berlari lari kecil menghampiri Tian. Tanpa permisi, dia sudah duduk di samping bangku kemudi.
"Tumben pake mobil, motor kenapa?"
"Nggak papa, pengen aja," Sasha mengangguk sambil memasang seatbeltnya.
"Nyalain ya?" Sasha menunjukkan ponselnya dan menyambungkan dengan speaker di mobil Tian. Tian mengangguk saja, padahal dia tak terlalu memperhatikan apa yang Sasha tunjukkan.
Kemarin kau masih ada disini-
"Masih pagi udah nyalain lagu galau aja, ngga ada yang bikin semangat gitu Sha?" Sasha kemudian mengganti playlistnya.
Tell me where you wanna go
I'll meet you with my bags at the door"Blackpink?" Sasha mengangguk.
"Sha.."
"Terus apa ihh ngajak gelud mending berhenti dulu aja deh Yan," Tian kicep, sepertinya gadis itu pms, barusan dia ramah kenapa dia jadi seperti itu?
"Ohh oke, btw lo pms?"
"Iya kenapa?!" Tian menggeleng, tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya. Kebiasaan.
Sasha masih sibuk dengan rotinya. Masih ada lebih dari separuh.
"Kunyah-kunyah-telen-kunyah-telen-telen-kunyah," gumaman absurd Sasha membuat Tian tak mampu menahan tawanya. Aneh menurutnya.
"Apa?"
"Nggak papa, gue mau rotinyaa," Sasha berdecak.
"He.eleh," Sasha tetap menyuapkan rotinya,
"Anjir! Ehh banyak banget balikin!" Tian memasukkan semua potongan itu ke dalam mulutnya. Sasha berdecak, memakan sisanya yang hanya tinggal sedikit.
"Jan marah elah,"
"Mboh karepamu!" Tian tergelak, tangannya menyentil dagu Sasha menggoda, Sasha ngambek. Hening, hingga mobil mereka berhenti di dekat traffic light, Sasha melihat ada seorang gadis yang sedang berdiri di halte tak jauh dari mereka. Bukannya itu Zara?
"Itu Zara Yan?" Tian menajamkan penglihatannya.
"Kayaknya iya deh," Gadis di halte itu sepertinya mengenali mereka. Kemudian mengambil ponselnya.
Benar saja, ponsel Tian berdering nyaring. Sasha mengambilnya, biasanya saat Tian menyetir memang seperti ini, dia yang mengangkat.
"Bas, itu lo kan? Gue mau nebeng bisa?"
"Ini Sasha kak, kak Tian lagi nyetir,"
"Ohh, gue nebeng ya? Tadi grab gue bocor bannya, gue diturunin di sini, boleh ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
To Be Okay
Teen FictionIni tentang Sasha, gadis yang hampir bisa dikatakan sempurna, dan lukanya. Bagaimana gadis itu dipaksa untuk mengatasi semua luka tanpa ada bantuan dari kedua Ayah dan Bundanya. Seharusnya mereka juga tau, bahwa gadis itu juga kehilangan, bahwa dia...