satu-

49 14 4
                                    

12.01.21

Akhirnya debut!

Moga cinta(っ'-')╮=͟͟͞͞💌

___

Sasha sudah berada di rumahnya. Rumah megahnya, sendirian, lagi. Entah sudah hari keberapa ribu dia merasa sendirian dan kesepian di rumahnya sendiri. Merasa jarang diperhatikan, mau diperhatikan bagaimana? Ayah Bundanya ada di rumah seperti bisa dihitung jari. Sasha tak mengerti, sepenting itukah bisnis mereka berdua?

Sasha menjatuhkan tubuhnya di kasur empuknya. Masih dengan sepatu dan seragam sma lengkap. Matanya terpejam sesaat.

"Mba?" Sekilas, suara itu seperti memanggilnya.

"Lin?" panggilnya lirih. Sasha membuka matanya dan mengusap wajahnya kasar. Berdecak pelan. Terjadi lagi, suara itu lagi, sudah keberapa kali?

Matanya beralih menelisik ke nakas, menyusuri foto gadis kecil dengan rambut tergerai sepunggung. Sasha tersenyum kecil, mulutnya tergerak pelan membaca do'a, sebelum akhirnya kembali memejamkan matanya. Sasha lelah sekali rasanya.

* * *

Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, Sasha berusaha menetralkan matanya yang sepertinya lelah, memang lelah. Matanya terpejam beberapa kali kemudian terbuka lagi. Diraih ponselnya di nakas, mengetikkan beberapa baris pesan untuk Tian. Sasha tersenyum kemudian bangkit, dia berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya. Membuka lemari dan berganti pakaian. Kalau sudah begini jelas sudah dia mau kemana.

Tak butuh waktu lama, Sasha sudah siap dengan jeans hitam serta atasan putihnya. Sasha membawa sling bag, kemudian keluar dari kamarnya. Rambutnya dia ikat kuda, itupun sambil berjalan keluar. Buru-buru.

Saat pintu rumahnya terbuka, motor sport dengan seorang laki-laki bercelana pendek duduk di sana. Sasha melompat girang.

"Yuk berangkat,!" serunya tak santai.

"Mau kemana? Tidur aja repot banget sih Sha, udah jam 8 juga," Sasha berdecak, menarik Tian agar cepat-cepat naik.

"Ayo, kita ke... Emm... Ke tempat rahasia," ajak Sasha. Tian pasrah hanya menurut. Lagian Sasha pasti akan menerornya semalaman jika mereka tidak jadi pergi.

"Ngebut Yan,"

"Jatoh sakit kalo lo mau tau,"

"Hallah, balapan aja nggak takut jatoh," cibir Sasha, Tian tak menggubris.

"Pegangan ehh anjir," celetuk Tian. Sasha melingkarkan tangannya ke perut Tian.

"Udah sayang," Laki-laki itu tersenyum merasa kepala gadisnya mulai tersandar ke punggung nya. Beberapa ratus meter kemudian Tian memberhentikan motornya di minimarket. Sasha tanpa dikode langsung turun, yang lima menit kemudian kembali dengan dua kantong berisi makanan di sana.

"Gue nggak bisa pake helmnya Tian," Tian menggelengkan kepalanya, kemudian memakaikan helm di joknya ke kepala sahabatnys.

Motor sport itu kembali melaju membelah kota. Berjalan terus menuju ke tempat dimana hanya mereka berdua yang tau.

Butuh waktu sepuluh menit, hingga akhirnya mereka sampai. Sebuah rumah pohon yang sebenarnya terlihat cukup seram, karena letaknya yang cukup jauh dari keramaian. Rumah pohon ini sudah ada lama,  sekitar lima sampai enam tahun. Dulu Ayah Sasha yang membuatkan, untuk mereka berdua. Rumah itu langsung menjadi tempat favorit mereka, di sana tenang dan sunyi.

Sasha naik duluan, meninggalkan Tian. Sasha menyalakan lampu, kemudian menyapu lantainya yang cukup berdebu. Rumah pohon itu cukup besar, bisa muat hingga tiga orang sebenarnya. Sehingga masih tersisa cukup banyak ruang untuk mereka berdua. Sasha mengeluarkan karpet dari lemari kecil di sana, ada selimut dan beberapa boneka juga.

To Be OkayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang