Prolog

85 13 3
                                    

"Ciee Sasha, selamat yaa, nasional gilaaa," seloroh Anggit. Sasha tersenyum memegang medali dan piala penghargaan nya. Siapapun di SMA Kares pasti tau Sasha. Gadis cantik yang namanya hampir selalu dipanggil untuk mendapat penghargaan lomba.

"Nggak nyariin bang Tian?" Sasha mendelik.

"Bang Tian, Bang Tian, jibang!" sanggahnya. Anggit tergelak.

"Yaelah, biasanya kalo ada lo berarti dia nggak jauh," Anggit mulai menelusur. Matanya berhenti di lapangan basket.

"Tuh kak Tian Sa," Sasha memutar bola matanya. Terus dia harus apaa?

"Terus?"

"Samperin kek,"

"Harus banget gitu Nggit?" Anggit mengangguk.

"Kita nggak ada status khusus ya, gue udah bilang berapa kali, kita tuh cuman-"

"Sahabat, cukup sahabat lo kyak ada rasanyaaaa," Sasha berdecak. Anggit mulai lagi, kalo udah ngomongin Tian, pasti ujung-ujungnya begini. Tidak hanya Anggit sih, hampir semua orang menganggap mereka pacaran, cuma  gara-gara mereka nempel terus. Udah kayak sikat gigi ma odolnya.

"Kampret banget sih lo Nggit, udah gue laper," putus Sasha kesal. Membelokkan langkahnya ke kantin.

"Jangan ngambek dong Sha," Sasha tidak peduli, terus melanjutkan langkahnya.

"Ultramilk strawberry 1 kotak deh," Sasha menggeleng.

"Gue bisa beli sendiri,"

"Nanti pulang mampir supermarket, gue beliin satu lusin, buat stock lo," Sasha nampak menimang-nimang sejenak.

"Oke, deal," Anggit bingung harus senang atau bagaimana, lagi-lagi dia tekor gara-gara Sasha, demi sahabatnya biarlah. Anggap saja hadiah atas kemenangan Sasha.

* * *

"Gue belom ketemu lo seharian ini Sha," celetuk Tian. Hari ini mereka memang pulang bareng. Anggit ada acara mendadak.

"Lo sibuk sama basket, gue sibuk dikejar penggemar ma hetters," Tian tertawa.

"Ngapain lo tanggepin juga," Sasha menahan diri menggaplak sahabatnya. Takut oleng, kemudian kecelakaan dan mati.

"Gimana nggak ditanggepin, udah dibilang, lo ma gue nggak pacaran batu banget pada, iyaa mereka cantik gue burik, kurang menang apa coba mereka," cerocos Sasha. Hening. Tian tak menjawab. Tian membelokkan motornya menuju cafe langganan mereka.

"Gue traktir, anggep aja hadiah," Sasha berjingkrak senang. Kemudian menarik Tian untuk cepat-cepat masuk ke dalam.

"Mau cumi goreng crispy sama cotton candy float satu," pesannya. Tian geleng-geleng kepala.

"Beef steak sama moccachino panasnya satu ya mba," tambah Tian. Waiters itu mengangguk kemudian pergi.

"Susah nggak soalnya?" Sasha menggeleng.

"Gue udah pernah belajar semuanya, masih inget persis rumusnya," Tian mengangguk. Tentu saja dia tidak ragu.

"Makasih udah bantuin gue belajar juga kemaren,"

"Seorang Sasha bilang makasih? Keren," Sasha mendengus. Tangannya meraba kantong roknya, berusaha menemukan ponselnya. Tian sedang asyik dengan ponselnya juga, entah Sasha tidak tau apa yang Tian lakukan di sana. Sasha memandangi Tian dalam diam, usia mereka terpaut satu setengah tahun, namun sekarang Sasha kelas 11 dan Tian kelas 12, baik dari segi usia maupun sifat tentu Tian lebih darinya.

"Gue tau gue ganteng," Sasha gelagapan.

"Lo liatin gue kan? Jujur," Sasha dengan pd nya mengangguk.

"Liatin muka lo, kayaknya ada jerawat kemaren udah hilang?" Tian mendesis. Satu tangannya bergerak menangkup pipi mungil Sasha.

"Kemarin kayaknya ga ada kantung mata itemnya, kok sekarang ada?" Sasha berontak, tentu sulit bernafas juga rasanya.

"Tapi tetep cantik kan?" Tian semakin mengeratkan tangannya.

"Cantik? Hoek,"

"Bau abab lo Tian?!?" Tian hanya tergelak dan melepaskan cengkramannya.

Begitulah keduanya, terlihat sering bertengkar, namun sebenarnya saling membutuhkan. Sasha dan Tian sejatinya saling melengkapi, keduanya merupakan anak tunggal yang memang merasakan rasa kesepian yang sama, sehingga tali persahabatan menyatukan mereka berdua.

* * *

Prolognya aneh memang, pendek juga, intinya biar paham posisi keduanya dulu aja yaa

Lagi mood post cerita, idenya lagi ngerasa percaya aja, pokoknya gitu lahh

Follow, n votenya ya,

Walau jujur aku nggak terlalu yakin, tapi semoga aja hehe


To Be OkayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang