"Hari ini kalian ulangan kimia."
Ucapan dari Pak Alban selaku guru kimia membuat suasana kelas 11 Ipa 1 yang tadinya berisik mendadak hening, baru saja Rafsan ingin meminta keringanan pada Pak Alban namun tidak sempat karena Pak Alban melanjutkan ucapannya lagi.
"Open book, karena saya yakin open book pun kalian pasti gak bisa," lanjut Pak Alban terkenal blak-blakan terhadap murid maupun guru yang lain.
Walaupun begitu Pak Alban adalah guru favorit aku, diantara guru-guru yang lain. Nilai tak terlalu penting bagi guru kimia ini dan tak pernah menuntut nilai sempurna, karena dia tau standar otak murid di sekolah ini yang otaknya rata-rata.
Pak Alban mulai menuliskan soal di papan board, baru saja aku dan yang lain ingin menyobek kertas untuk ulangan harian ini. Tapi dengan santai Pak Alban mengatakan jika Mengerjakannya di buku tugas saja biar tak mubadzir kertas.
"Lak, pinjam rautan dong!" Rafsan yang duduk di meja barisan sebelahku langsung menepuk bahuku.
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun aku mengambil rautan di meja dan memberikannya pada Rafsan. Namun raut wajah Rafsan langsung berubah menjadi jahil lalu terkekeh pelan, membuatku mengernyit heran.
"Udah gede kok rautan masih gambar doraemon," ledek Rafsan.
"Itu yang adek gue Raf!" bantahku karena kesal mendapat ledekan dari Rafsan, namun setelah itu Rafsan memilih mengabaikanku dan dengan cepat meraut pensilnya lalu mengembalikan rautan itu tak lupa mengucapkan terimakasih.
"Az, lo tau gak?"
Mikha tiba-tiba bersuara pelan karena suasana yang hening, Aku menoleh dengan datar tanpa ekspresi. Kebiasan orang ini jika memulai sesuatu dengan kalimat itu, memangnya gak bisa langsung ke inti saja?
"Gak!" balasku ketus.
"Ada gosip terbaru dari kelas kita, yang pacaran nambah lagi dikelas ini. Cewek sama cowoknya juga satu kelas," ungkap Mikha memulai gosip namun tangannya masih fokus menulis.
Tanganku yang sedang menulis soal langsung terhenti, menatap heran kearah Mikha dengan tatapan bingung. Di kelas ini hanya ada sepuluh orang cowok, dan 5 diantaranya udah sold out, tiga orang pacaran beda kelas dan sisanya pacaran sama cewek yang berada di kelas yang sama. Nah yang tersisa hanya ada Rafsan, Fahri, Bara, Alvaro dan Erlangga. Jadi siapa orangnya?
"Siapa?"
"Aish! Banyak banget Pak Al ngasih soalnya, gosipnya lanjut istirahat aja!" kesal Mikha yang melihat soal di papan tulis.
Aku yang tadi menatap Mikha pun kini beralih menatap papan tulis yang menampilkan lima soal namun memiliki anak dalam setiap soalnya, tapi soal bab satu ini masih tenggolong mudah bagi kaum lemot sepertiku.
Kembali lagi pikiranku mengulang kalimat Mikha tentang personil baru yang pacaran di dalam kelas ini, hanya ada lima kemungkinan. Tapi jika Fahri pasti sudah bercerita tentang sosok perempuan itu, dan si dua tengil Alvaro dengan Erlangga pasti udah berkoar kalau mereka pacaran.
Dan ada dua kemungkinan yang tertutup soal asmara, Rafsan dan Bara.***
"Rafsan!"
Mikha menghampiri Rafsan yang duduk anteng di bangkunya, setelah tadi ulangan kimia kini mereka tinggal menunggu bel pergantian jam pelajaran. Tanpa disuruh Mikha menarik bangku Azni yang memang kebetulan orangnya sedang ke toilet bersama Sekar.
Rafsan yang melihat gelagat Mikha sangat mencurigakan mulai waspada, apalagi Mikha duduk anteng di hadapan Rafsan dengan muka yang sangat semringah.

KAMU SEDANG MEMBACA
MANTRA CINTA
Teen Fiction#MantraCinta Untaian aksara tergores indah dalam lembar harian yang kosong, saling bertemu dalam bait aksara. Mencatat hal menarik perhatian sang penulis. Satu cerita penuh dengan bahasa puitis Menjadi awal mula dari mantra cinta ini. Bukan hanya s...