#MantraCinta
Untaian aksara tergores indah dalam lembar harian yang kosong, saling bertemu dalam bait aksara.
Mencatat hal menarik perhatian sang penulis.
Satu cerita penuh dengan bahasa puitis
Menjadi awal mula dari mantra cinta ini.
Bukan hanya s...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Pruittt... Pruitt....
Segerombolan siswa-siswi yang berseragam olahraga langsung saja menghampiri guru yang sudah berdiri di tengah lapangan. Tanpa disuruh lagi oleh Pak Aidan, Rafsan segera memposisikan diri untuk mengatur barisan dengan rapih. Karena semuanya telah rapi hanya dengan waktu lima menit saja, Rafsan segera laporan pada Pak Aidan. Lantas kembali saat dia disuruh pergi oleh Pak Aidan.
"Selamat siang, semoga kita selalu di beri kesehatan baik jasmani maupun rohani. Seperti biasa, kita pemanasan dulu dengan lari lima putaran. Dimulai dari barisan paling kanan," ucap Pak Aidan.
Wtfff...
Lima putaran di lapangan yang cukup luas ini, gila aja sih. Huh, kenapa gak disuruh menghafal sejarah sepakbola aja. Atau enggak disuruh buat makalah, bukan apa-apa ya siang hari ini cukup terik apalagi pukul 12:30 setelah dzuhur pisan di suruh olahraga.
"Gue mau pura-pura pingsan aja deh," ucapku yang mulai ikutan berlari di belakang Mikha.
Jika kebanyakan orang akan suka dengan pelajaran olahraga dan seni, tapi tidak dengan Aku yang sama sekali tak berminat pada dua pelajaran tersebut. Lebih baik aku mengerjakan soal kimia saja kalau begini, daripada harus capek-capek olahraga. Dan parahnya, hari ini guru olahraga yang hampir jarang masuk pun sekarang malah menampakan dirinya di lapangan.
"Yaudah pingsan aja sih Lak, entar gue kasih baygon deh." Tiba-tiba suara Rafsan menyahut dari samping membuat ku menoleh dan memutar bola mata malas.
"Gue gak ada bakat jadi aktris, muka gue juga gak mendukung," sahutku kesal.
Rafsan berlari disamping ku dengan wajah seriusnya, dan bisa ku perhatikan banyak pasang mata yang melihat kearah kami. Bukan teman-teman sekelas melainkan siswa-siswi lain yang berada disisi lapangan ataupun yang hanya lewat memperhatikan kami lebih tepatnya hanya fokus pada Rafsan.
"Bukannya dulu lo pernah akting sakit pas pelajaran Sensei ya?" Rafsan menatapku dengan bingung, dan aku balik menatapnya heran.