Chapter 20 : Bertemu

2.9K 122 20
                                    

Adi POV

Sebenarnya hari ini teman saya baru aja bilang ke saya kalau dia minta dicarikan apartemen dekat-dekat UI. Karena adiknya rencananya akan berkuliah di Jurusan Kriminologi UI. Dan kebetulan, kalau Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang menaungi jurusan Kriminologi tidak jauh dari kompleks apartemen yang saya bersama Rizal tinggali ini. Mungkin nanti adiknya teman saya ini bisa menginap beberapa hari di apartemen ini selagi menunggu kabar dari pengelola apartemen kalau-kalau ada unit yang kosong.

Saya belum bilang ke Rizal sih hehehe..

Tapi jarang sih kalau Rizal menolak, karena dedek sayang saya itu kan baik dan tidak sombong.

Lain hal kalau lagi ga mood, galaknya bukan main sih. Mirip-mirip kalau cewek saat lagi masa menstruasi lah. Untung aja saya sayang banget sama dia.

"Sayang.. kesini sebentar deh"

Dedek Rizal pun langsung duduk dipangkuan saya

"Kenapa Mas?"

Saya pun langsung mengutarakan hal tadi

"Jadi gini, adiknya teman Mas itu kan mau kuliah di Kriminologi UI ya. Nah, temannya Mas ini minta dicarikan apartemen disekitaran sini. Sambil nunggu, boleh ga dia tinggal sementara disini, sayang?"

Rizal tampaknya sedang mempertimbangkan permintaan saya tadi

"Hmmmm.... apa ngga masalah kalau dia tau kita itu pasangan kekasih, Mas?"

"Gapapa sayang, teman Mas itu juga mengerti hubungan kita kok. Karena adiknya sendiri juga sempat SMA di Amerika dan hingga sekarang punya pacar pria juga. Jadi, Mas rasa ga masalah"

"Bener nih? Berapa hari emang Mas?"

"Hmm berapa ya? Mungkin semingguan atau sebulanan lah"

Sebenarnya saya belum tahu sih pastinya itu berapa hari adiknya teman saya itu menginap. Bahkan wajah adiknya pun saya sudah agak lupa karena selama ini adiknya itu tinggalnya di Amerika Serikat.

"Oke Mas, kalau begitu boleh deh. Kapan mau kesini nya?"

"Rencananya sih besok, sayang"

"Oke Mas" Rizal mengacungkan ibu jarinya dan kemudian lanjut manja-manjaan di otot lengan saya.

"Gapapa nih sebulan dia disini, sayang?"

"Iya Mas gapapa, aku juga kan nanti mau pulang kampung ke Pontianak, Mas. Mas nya emang mau ikut?"

Wah sebenernya saya mau banget ikut pulang kampung bersama keluarga Rizal ke Pontianak. Hanya saja, apa iya kalau saya mengajukan cuti bakal diapprove? Apalagi di Jakarta sekarang lagi banyak masalah. Mungkin 5 atau 10 hari lagi saya baru dapat jatah libur. Sedangkan Rizal dan keluarganya sudah memesan tiket untuk keberangkatan 3 hari lagi. Nanggung sih sebenarnya, Cuma mau berbuat apapun ga akan berpengaruh. Resiko jadi abdi negara beginilah, aturannya agak kaku dan susah untuk ngapa-ngapain dan ditambah birokrasi yang super ribet, untung aja ada uang pensiun dan jaminan sosial juga.

"Mas mau sih, sayang. Tapi gimana ya. Mas baru bakal dapat libur 5 sampai 10 hari lagi"

"Yahhh.. padahal aku pengen kenalin Mas ke keluarga besarku disana."

Duh, kasihan. melihat wajahnya yang murung itu mengingatkan saya ketika dahulu awal kami bertemu dirumah sakit.

Dia sangat murung waktu itu karena tidak ada satupun keluarganya yang menjenguknya pada saat asmanya kambuh ketika demonstrasi pada waktu itu. Abangnya sedang studi Magister di Hong Kong, Ibunya sedang menjaga Kakek dan Neneknya di Kalimantan Barat, dan Ayahnya pun sedang kunjungan bisnis ke Jepang.

BarricadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang