Semangat Baru

13 4 25
                                    

Beberapa bulan usai terlewati. Ashita memutuskan bangkit, bergelut dengan isi hati dan pikiran. Kini Ashita fokus pada tujuannya. Dirinya mulai lupa akan pemuda yang memiliki senyuman yang membuat candu itu, ia hanya sibuk belajar, belajar dan belajar. Hidupnya bukan hanya tentang cinta, tetapi juga cita-cita.

Sebentar lagi ujian kenaikan kelas dan Ashita harus fokus dan mendapatkan nilai yang bagus untuk bisa melanjutkan pendidikannya di kampus favorit.

"Ashita, makan dulu, Nak." Teriakan itu berasal dari Sinta.

"Iya, sebentar, Ma." Setelah menjawab, Ashita kembali bergulat dengan beberapa buku tebal dan bolpoin di tangannya. "Duh, soal ini kayaknya enggak pernah dijelasin cara kerjanya gimana." Ashita bermonolog, sedikit pusing melihat beberapa digit angka dengan kombinasi beberapa huruf.

Sesekali Ashita melirik ke ponselnya, barangkali ada pesan yang masuk. Namun, tidak, tidak ada lagi notif yang ia tunggu, semuanya kembali seperti biasa. Bedanya, sekarang hati Ashita belum tertata, masih sedikit berantakan sebab penunggunya hanya datang untuk mengacak-acak tanpa ada niat kembali merapikan.

Drrtt!

Sebuah notif pesan masuk ke ponsel Ashita, membuat atensi gadis itu teralihkan. "Oh, ternyata dari Agam," ucapnya ketika melihat nama si pengirim.

Agam
Ta, soal nomor 5 kirim dong.

Dasar Agam itu, bisanya terus meminta jawaban pada Ashita. Agam adalah pemuda yang Ashita temui beberapa bulan yang lalu pada saat melihat senja. Pemuda itu membuat pikiran Ashita sedikit tenang kala itu dan membuat pikirannya terbuka juga untuk tidak larut dalam kesedihan.

Rupanya pemuda itu merupakan warga baru yang beberapa hari lalu memutuskan mulai tinggal di wilayah itu pada saat dirinya bertemu dengan Ashita. Gadis berparas ayu itu sendiri bertemu kedua kalinya dengan Agam di depan gerbang sekolah. Ketika Ashita bertanya kepada pemuda berkulit sawo matang itu, dijawablah olehnya bahwa ia mencari ruang guru. Karena Ashita baik, dia menunjukkan ruang guru dan ternyata mereka satu kelas. Dari situlah mereka mulai berteman.

Di beberapa kali pertemuan, Agam pernah mengejek Ashita dengan mengatakan: Berusaha melepaskan sebelum memiliki. Hal itu membuat Ashita sedikit malu dan kesal pada Agam. Entah dari mana lelaki itu tahu tentang Ashita.

☕︎☕︎☕︎

Hari ini adalah hari terakhir ujian kenaikan kelas, Ashita berdoa semoga semuanya berjalan lancar seperti hari-hari sebelumnya. Senyuman bahagia selalu terpancar dari wajah Ashita setiap kali selesai mengerjakan soal. Ia bersyukur semuanya berjalan lancar. Ashita juga yakin bisa mendapatkan hasil yang memuaskan. Usahanya selama ini tidak akan mengkhianati hasil, sungguh Ashita memercayai kutipan tersebut.

"Widih, ada anak ambis, nih," celetuk Agam jahil ketika melihat Ashita membaca buku materinya.

Terdiam, Ashita meletakkan pena yang digenggamnya di atas meja, kemudian menatap mata Agam. Datar. "Diem. Mending lo belajar, jangan nyontek terus!"

"Wah, enggak tau, nih, orang bahwa nyontek itu sebagian dari usaha," protes Agam mengambil tempat di samping Ashita.

Keduanya nyaris terlarut dalam ketidakjelasan suasana. Ashita sendiri membenarkan letak bingkai kacamata baca merah marunnya, matanya menyipit tatkala merasakan aura tidak enak dari samping kanan.

"Ngapain lo di situ?" Didapatinya kepala Agam mendekat, semakin dekat hingga nyaris menyentuh lehernya.

"Nyontek, enggak? Nyontek, enggak? Ya, nyonteklah, masa enggak! Hahaha!" Agam tertawa keras yang terlihat menyebalkan di mata Ashita.

Kilah SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang