Di dunia ini tidak ada yang abadi, akan ada saatnya di mana duka menjadi tawa, kesulitan akan menjadi kebahagiaan. Seperti gelapnya malam yang kini telah tergantikan dengan cerahnya pagi. Memunculkan sinar yang indah dari ufuk timur, orang-orang menyebutnya fajar. Datang hari baru yang memberikan harapan dan semangat yang baru pula.
Ashita kini sedang sarapan bersama mama, papa, dan adiknya di meja makan. Walau hanya dengan lauk yang seadanya, akan terasa nikmat jika kita menyukuri apa yang telah kita miliki. Padahal, tanpa kita sadari banyak dari mereka di luar sana yang berkerja keras sampai harus banting tulang hanya demi bisa mendapatkan sesuap nasi.
"Ma, Pa, Ashita berangkat dulu, ya," pamit Ashita setelah menyelesaikan sarapannya sambil menyalami tangan orang tuanya.
"Chandra juga pamit dulu, Pa, Ma," tambah Chandra yang ikut mencium punggung tangan orang tuanya.
Setelah dua puluh menit perjalanan, kini Ashita sampai di sekolahnya. Ia berjalan santai menyusuri koridor untuk sampai di kelasnya. Senandung kecil pun mengiri langkah Ashita.
"Selamat pagi, semuanya!" sapa Ashita pada teman-temannya saat memasuki kelas.
"Pagi juga, Ashita," balas Karin, teman sebangku sekaligus sahabat Ashita hampir bersamaan dengan beberapa teman sekelasnya yang sudah datang.
Ashita dan Karin sudah bersahabat sejak mereka masih duduk di bangku kelas satu SMP. Entah kebetulan atau memang karena takdir, Ashita dan Karin selalu satu kelas hingga sekarang.
Tak lama bel masuk pun berbunyi. Sesaat setelah bel berbunyi, terdengar suara langkah kaki seorang guru yang akan memasuki kelas Ashita. Kelas yang awalnya ramai kini menjadi senyap.
"Selamat pagi, Anak-anak," sapa pak Prio, guru mata pelajaran Kimia yang terkenal killer.
"Pagi juga, Bapak!" sahut murid-murid kelas sebelas MIPA 1 kompak.
"Baik, sebelum memulai pembelajaran pada pagi hari ini silakan kalian kumpulkan tugas yang saya berikan pada pertemuan kemarin!" titah pak Prio bagaikan petir yang menyambar.
"Mati, gue! gue belom selesai ngerjainnya."
"Pak Prio kenapa inget, sih!"
"Gue lupa ngerjain, anjir!"
"Ah elah, jam pertama udah bikin stres aja."
Beberapa murid panik dan menyerukan umpatan mereka dalam hati karena belum mengerjakan tugas yang diberikan. Sedangkan Ashita dan Karin, mereka duduk dengan tenang.
"Untuk yang tidak mengumpulkan tugas, silakan lari keliling lapangan sepuluh kali!" perintah Pak Prio yang tak bisa diganggu gugat.
"Siap, Pak Periodik!" ucap Iyan, teman sekelas Ashita dengan hormat layaknya memberi penghormatan kepada bendera merah putih.
"Kamu kira saya tabel periodik? Hukuman bertambah, lari keliling lapangan lima belas kali!"
"Rasain lo, Yan," ledek Karin seakan menang. Sementara itu, Iyan bukannya merasa bersalah, tetapi justru menyengir tidak jelas dan langsung lari menuju lapangan untuk menjalankan hukumannya.
Nama lengkap pak Prio bukan Periodik, tetapi Prio Wijaksono. Sedangkan tabel periodik adalah tabel atau tampilan unsur-unsur kimia yang disusun berdasarkan nomor atom, konfigurasi elektron, dan keberulangan sifat kimia.
Setelah melewati pelajaran yang cukup membuat kepala mendidih, kini tiba saat yang dinanti-nantikan oleh semua siswa, yaitu jam istirahat. Setelah mendengar bel istirahat, mereka berhamburan keluar kelas. Tidak jauh berbeda, Ashita dan Karin sedang beristirahat di kantin. Ashita duduk di salah satu bangku yang disediakan kantin, sedangkan Karin masih memesan makanan untuk mereka.
![](https://img.wattpad.com/cover/266924909-288-k992195.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kilah Semesta
Подростковая литератураDi bawah langit senja Ashita bertemu dengan pemuda tampan yang sengaja memotretnya. Pemuda yang ahli dalam bidang fotografi itu mampu memikat mata dan hatinya. Senyumannya bagai candu bagi Ashita. Tampan, tetapi sayang tidak dapat ia miliki. Pemuda...