Part 9

10 1 3
                                    

“Sebenarnya, Geisha meninggal bukan karena sakit…” Bu Sri menghela nafas dan Chaesar, Firman, Khansa dan Missel langsung kaget dengan pernyataan itu.

“Geisha meninggal karena gatau penyebabnya apa. Anak anak terakhir melihat Geisha di taman belakang sekolah tapi habis itu gak tau kemana. Guru dan pihak berwajib berusaha mencari Geisha tapi tidak membuahkan hasil apapun. CCTV yang ada di taman belakang pun ga tau pasti hilang kemana. Untuk memperbaiki nama baik sekolah dan Geisha, kami pihak sekolah sepakat dengan  pihak keluarga Geisha   untuk menutupi entah kematian atau hilangnya Geisha dengan Geisha itu meninggal karena sakit.” jelas Bu Sri.

Spontan mereka diam seribu kata dan masih dalam pemikirannya. Apa mungkin ini ada kaitannya dengan hilangnya Geisha?

"Semenjak hilangnya Geisha, sekolah ini menjadi mempunyai hal mistis. Apa ini semuanya ada hubungannya dengan Geisha? Apa Geisha meninggal disini dan ga tau kemana jasad nya? Tapi kalau dia meninggal disini siapa yang membunuhnya?” Pak Abu mengeluarkan opininya.

Brak…

Angin tiba tiba kencang, suasana semakin mencengkam dan merinding luar biasa. Pintu ruang BK tertutup dengan keras karena angin mendorong pintunya.

“Oh ya, tadi saat aku ke kamar mandi sama Raka, di tembok ada tulisan “Temukan Jasad Ku dan Kuburlah Selayaknya Orang Meninggal!” tulisannya pakai tinta merah kayak darah yang habis keluar dari badan manusia dan habis itu ada pisau yang menyayat kedua pergelangan tangan Raka.” Edo dengan tangannya memegang leher.

Tangan Missel dingin karena dia ketakutan dan memegang tangan Khansa. Karena Chaesar paham dengan situasi Missel, Chaesar melepas hoodie nya dan memakaikan di badan Missel. Missel tersenyum dan sedikit agak tenang.

“Enggak, enggak! Semuanya gak ada hubungannya dengan Geisha! Kita berdoa aja, apapun yang terjadi sama Geisha semoga tenang disana.” Pak Sipar menenangkan mereka.

"Sekarang Nada, Missel, Khansa, Edo, Firman dan Chaesar tidur! Udah larut malam! Semoga besok ada suasana membaik!” lanjut Pak Sipar.

Mereka mengangguk, berdiri dari kursi mereka dan menuju ke karpet yang udah digelar sama Bu Sri dan membaringkan tubuh mereka yang lelah dengan kejadian tadi siang.

Pak Abu dan Pak Sipar masih berjaga di ruang BK dengan ditemani secangkir kopi. Bu Sri telah tidur beberapa menit yang lalu karena Pak Sipar kasihan dengan Bu Sri.

Di ruang aula, Pak Edi dan beberapa guru laki laki juga ikut berjaga disana. Mereka berbincang bincang ria menghilangkan rasa takut mereka ditemani dengan suara dengkuran anak didik mereka yang wajahnya terlihat sangat lelah.

"Pak Supri kemana ya?” tiba tiba Pak Edi menanyakan paruh baya itu.

“Maybe di ruang BK.” jawab santai Pak Vatur diangguki Pak Edi.

Khansa membolak balikkan tubuhnya kerena dia sekarang tidak bisa tidur. Karena kesal tidak bisa tidur akhirnya dia duduk dengan kesal. Dia melihat jam dinding BK menunjukkan pukul 02.00. Dia melihat teman temannya dan gurunya tidur dengan lelap dan menggeleng gelengkan kepalanya.

Argh… masih lama paginya! Tuhan tolonglah kami! Keluarkan kami dari siksaan maut ini! Kasihan kami yang tidak mempunyai dosa apapun disini! Kami rindu keluarga kami! Tuhan!

Tiba tiba dari jendela BK ada seseorang tersenyum kepada Khansa dan langsung saja Khansa tidur dengan menutup mata dan mukanya dengan tangannya. Rasa tidak karuan ditambah teman teman dan gurunya sudah tidur pulas yang membuat Khansa serasa dirinya sendiri disana.
Lama kelamaan Khansa tidur dengan sendirinya dan terhanyut dengan mimpinya.

***

Matahari memancarkan sinar teriknya. Khansa keluar dari ruang BK dan menghirup sejuknya udara pagi ini. Khansa melihat Pak Supri yang sedang berjalan membawa teh hangat menuju dapur. Khansa insiatif untuk minta teh hangat ke Pak Supri.

Tapi rasa magernya telah menghantuinya dan akhirnya Khansa minta teh hangat nanti saja. Dia berbincang bincang dengan Missel. Berbeda rasanya tapi ga tau bedanya apa.

Karena hatinya berteriak menginginkan segelas teh hangat, Khansa memutuskan untuk pergi ke dapur tanpa mengajak Missel. Saat perjalanan menuju dapur perasaan Khansa menjadi tidak enak seperti ini bukan dunianya. Tapi Khansa berfikir positif sambil memajukan bibirnya dan menaikkan pundaknya.

Ruang BK ke dapur serasa Bumi ke Matahari, jauh banget tetapi Khansa enjoy aja.
Akhirnya tujuannya sampai juga. Dengan cepat Khansa mengambil secangkir teh dan meminumnya satu cegukan. Saat keluar dari dapur, Khansa mendapati seseorang paruh baya yang berjalan sendiri menuju taman belakang.

Hati Khansa seolah menarik untuk mengikutinya. Dengan hati hati Khansa mengikutinya dari belakang dengan menyelinap disetiap sela sela tembok. Seorang paruh baya itu berhenti di depan pintu gudang sambil mengangkat kepalanya.

Tiba tiba dari belakang ada yang memegangi pundak Khansa. Khansa menoleh perlahan lahan ke pundaknya.

Darah.

Dipundak Khansa terdapat tangan yang penuh dengan darah. Spontan Khansa menghadap kebelakang dan ternyata dibelakangnya ada seorang Geisha dengan pergelangan tangannya berterjunan darah segar dengan membawa pisau dan dibagian betis kebawah banyak luncuran darah.

“Tolong aku! Temukan jasad ku! Buat aku tenang di alam sana! Cepat sebelum semuanya terlambat!” Geisha dengan nada serak.

Geisha memegang tangan mungil milik Khansa dan tangan kanannya mengangkat pisau yang siap memakan korban. Khansa teriak menangis berusaha melepaskan pegangan tangan kiri Geisha.

Khansa pasrah dengan keadaannya. Mau berteriak pun rasanya sia sia karena taman belakang dengan BK dan aula sangat jauh.

Tuhan mungkin ini terakhir kehidupan ku. Maafkan kesalahan ku Tuhan.

Arghh…

Khansa berteriak sampai urat lehernya mau putus tapi hasilnya nihil.

JANGAN LUPA BACA, JANGAN CUMA DI BOOMVOTE DOANG!😡

PENYESALAN BERUJUNG KEMATIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang