Part 8

17 4 19
                                    

Ruang Aula

“Do, ikut gue yuk? Kebelet pipis nih.” lirih seorang cowok.

“Yaelah gue takut nih, Ka!” Edo menjawab pertanyaan Raka.

"Kan kita berdua. Nanti pintu kamar mandi gak aku tutup deh!”

"Anjir, lihat penampakan dong gue! Gak bisa ditahan dikit kah tu kebeletnya? Udah malem ini mana kamar mandi jauh lagi. Nanti kalau ada mbak mbak ketawa sendiri gimana?" heboh Edo dengan bisikan di telinga Raka.

"Enggak ada, adanya mbak kunti takut sama gue. Udah tenang aja, nanti kesana lu gue jaga kayak cewek gue sendiri. Dah ayo lah!"

Dengan segala bujukan dari Raka, akhirnya Edo mau mengantarkan temannya itu. Raka mengangkat tangan kanannya, spontan seluruh siswa membalikkan mukanya tertuju ke Raka. Ya bisa dibilang Raka masuk ke nominal anak ganteng di SMA N Perjuangan 1.

“Pak saya boleh ijin ke kamar mandi? Kebelet.”

“Sama siapa? Cari temen! Jangan sendiri!” tegas Pak Edi.

“Sama Edo, Pak!”

"Dikamar mandi deket BK aja jangan yang jauh jauh!"

"Baik Pak." Edo dan Raka bangkit dari duduknya.

Pak Edi mengangguk, “ hati hati!”

Raka dan Edo langsung pergi meninggalkan aula menuju ke kamar mandi. Mereka memilih kamar mandi terdekat karena mereka sangat takut dengan keadaan sekarang. Mereka memilih kamar mandi yang disebelah ruang BK.

Saat perjalanan, Raka merasakan suasana yang sangat tidak enak seperti ada yang mengikutinya. Raka seolah bodo amat apa yang ia rasakan. Yang ia inginkan hanyalah membuang rasa kebeletnya dan kembali lagi ke aula bersama teman temannya.

Habis ini kamu!

Mereka bercerita bercerita membuang apa yang Raka rasakan tadi. Mereka melewati ruang BK dan tidak lupa mereka menurunkan kepalanya tanda hormat.

“Mau kemana?” tanya Pak Abu dan spontan Raka dan Edo memberhentikan langkahnya.

"Kamar mandi Pak, kebelet pipis.” Raka sambil jarinya menunjukkan kamar mandi.

“Yaudah hati hati!” Raka dan Edo menganggukan kepalanya.

Kenapa firasat gue gak enaknya? Khansa dengan menggigit telunjuk tangannya.

Saat mereka pergi, tiba tiba Nada berteriak “AWAS!"

"Kenapa?” Chaesar mengajukan pertanyaan.

Apa Nada sama apa yang ada dihatiku? Batin Khansa.

“Jaga mereka! Cepat!” tegas Nada.

Saat Chaesar dan Firman hendak berdiri dari duduknya…

Aaa…

Teriakan seseorang yang tak lain adalah Edo. Mereka yang berada di BK langsung keluar dan melihat sesosok Edo berlari ketakutan.

“Itu…” gugup Edo.

“Kenapa? Mana Raka?” Missel dengan nada keras.

“Dia terbaring lemah dengan darah dimana mana.”

Berarti apa yang dikatakan Nada benar dan juga kata hatiku. Batin Khansa.

Dengan cepat mereka menuju ke kamar mandi kecuali Pak Sipar. Pak Sipar ditugaskan untuk menenangkan Edo di BK dengan Nada.

"Maafin gue Ka! Maaf gue ga bisa jaga lu! Maaf Ka! Lu berhasil lindungi gue tapi gue ga bisa lindungi lu! Dan berakhir lu mati tragis kaya gini. Maafin gua Ka!" teriak Edo dengan tangisan menyesal.

"Edo! Tenang ya jangan kaya gini oke? Edo!" Nada dengan mengelus punggung Edo.

"Gak! Gue ga terima temen gue mati tragis kayak gitu! Dia kaya gitu Aku juga harus kayak gitu!" Edo bangun dari duduknya, dengan cepat Pak Sipar memegangnya dengan sergap.

"Edo! Istighfar Do! Jangan kayak gini! Doain yang terbaik buat Raka! Jangan kayak gini! Sabar Do!" Pak Sipar dengan membacakan istighfar.

"T-tpii Pakk! Aaaa!" histeris Edo.

•••

Saat mereka sampai kamar mandi, Raka telah terbaring lemah dengan pergelangan tangannya memancarkan darah segar. Pak Abu memikirkan sesuatu kaya ada yang ganjal dikejadian ini. Pak Abu memeluk Raka dengan nangis sekencang kencangnya.

“Arghh…” Pak Abu teriak.

Dibelakang tembok ada seseorang yang sedang senyum tipis tanda kemenangan.

“Astagfirulloh, ini kenapa Pak?” Pak Supri yang tiba tiba datang dari tembok belakang.

20.00

Nathanael Raka tewas

"Siapa pelaku ini semuanya? Aaa… Hentikan! Cukup! Kita tidak punya dosa apapun kepada kamu! Hentikan!” Pak Abu berteriak.

Bu Sri mengelus pundak Pak Abu dengan melontarkan kata “sabar Pak, sabar!”

Missel, Khansa, Firman dan Chaesar menatap muka satu sama lain. Missel memeluk erat tangan milik Khansa.

“Luka sayatan dipergelangan tangan?” lirih Firman diangguki Chaesar.

Jasad Raka dibalut dengan kain kafan putih milik sekolah yang biasanya digunakan untuk ujian praktek dan diletakkan di kantor guru bersama dengan jasad Farrel. Suasana semakin mistis,rasa ketakutan mengahantui guru dan siswa. Mereka masih melantunkan doa dan mereka tidur bersama disana.

Pak Abu masih dalam pemikirannya. Ruang BK hening seperti tidak ada orang disana padahal ada 9 orang. Dan Edo sudah sadar dari histerisnya, mungkin Edo masih trauma dengan apa yang dia lihat tadi. Khansa memegang pergelangan tangannya dan ada sesuatu yang ia pikirkan. Tiba tiba, senggolan siku Missel membuyarkan pemikirannya.

“Jangan ngalamun!” Missel dengan mata melototnya diangguki Khansa.

Hening, hanya suara hewan malam dan gemericik lantunan air kolam yang menyelimuti malam mereka. Terlihat di aula telah sunyi tanda siswa telah tidur dengan lelap.

“Aneh gak sih? Maksut ini semua apa?” Pak Abu memecahkan keheningan.

"Entahlah Pak.” Bu Sri pasrah.

“Cepat apa lambat, apa kita juga merasakan seperti apa yang dirasakan Farrel,Raka dan Ahmad?” Pak Abu dengan nada cemas.

"Gak!” Pak Sipar tegas dengan memukul meja.

“Kita harus bisa keluar dari sini!” lanjutnya.

Dengan nada santai, “bagaimana caranya? Apa semua ini mengandung unsur tak kasat mata?”

“Maksut bapak hal mengenai setan? Ini yang melakukan setan? Gak lah! Gak ada hal hal kaya gitu!” Pak Sipar menentang argument Pak Abu.

"Pak, apa saya boleh tau? Kak Geisha kemarin meninggal karena sakit apa ya?” Chaesar memberanikan diri bertanya apa yang dari kemarin menghantui pemikirannya.

Diam…


JANGAN LUPA DIBACA, JANGAN CUMA BOOMVOTE DOANG!😡

PENYESALAN BERUJUNG KEMATIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang