Part 1

567 3 0
                                    


Seung Ah baru saja menghempaskan tubuhnya pada sofa super empuk berwarna jingga di depan televisi layar datar yang sedang menayangkan drama Korea, entahlah judulnya apa.

Gadis 26 tahun itu menekan tombol off pada remote TV karena tayangan yang tidak menarik. Tangannya bergerak meraih majalah dewasa yang tergeletak di meja samping sofa milik abang sepupunya.

Tak lama bel apartemennya berbunyi.

'Ting, tong'.
Satu kali...

Seung Ah masih asik tenggelam dalam salah satu artikel di majalah itu tentang posisi bercinta yang sedang nge-trend saat ini.

'Ting, tong' Dua kali...

Seung Ah hanya melirik sesaat pada pintu, lalu kembali tenggelam dalam bacaannya.

Tak lama bel ketiga dibunyikan secara bertubi-tubi tak tahu diri.

'Ting tong,
ting tong,
ting tong,
ting tong,
ting tong,
ting tong,
ting tong,
ting tong...'

"Iya! Iya! tunggu sebentar. Tidak sabaran sekali sih, seperti ingin melahirkan saja!" Geramnya.

Dengan enggan, Seung Ah menyeret tubuhnya menuju pintu.

Tak lama wajah cengengesan khas Ji Hoon menyembul dari balik pintu.

"Lama sekali sih! nanti Chae Rim memergokiku!"

Ji Hoon buru-buru menyelinap masuk dan menutup pintu . Ia hanya berbalut kaus tipis almamater kampusnya dan celana boxer bergaris biru tanpa alas kaki sama sekali.

"Chae Rim? perempuan mana lagi yang kau bawa ke apartemenmu kali ini, hah?!" Seung Ah mendelik.

Ini sudah kesekian kalinya Ji Hoon, si tetangga sebelah 'mencari suaka' dengan bersembunyi di apartemen Seung Ah.

Hubungan mereka seperti Tom dan Jerry walaupun sebenarnya mereka saling peduli.

"Teman kencanku yang baru. Tapi dia ini bermasalah. Selalu saja menempel padaku seperti tas punggung. Aku harus mencari alasan agar terbebas darinya"

Cengiran nakal khas Ji hoon dibarengi dengan tangannya yang bebas liar bergerak hingga hampir masuk ke dalam boxer-nya, kalau saja Seung Ah tak menjerit sambil memalingkan wajahnya.

"Arrrgggggggghhhh!"

"Heh! kenapa sih kau ini? aku kan hanya ingin mengambil ponselku" tangan Ji hoon meraih ponsel clamsheel (lipat) kunonya yang mungil dari balik boxer-nya , lalu menempelkan pada telinganya.

Seung Ah demi melihat hal tersebut hanya bersemu merah dan kesal seraya mengumpat

"Orang gila mana yang sembarangan meletakan ponselnya disitu!"

"Boxer ini ada kantung dalamnya. Otakmu saja yang porno!" Cibir Ji hoon pada gadis yang tingginya tidak sampai sebahu di hadapannya tersebut.

Entah ia berbicara dengan siapa di seberang ponselnya, namun tak lama air muka Ji hoon berubah.

"Kau punya baju pria yang bisa ku pinjam, tidak? oh, sepatu juga sekalian. Mendadak aku ada urusan keluar"

"Kebetulan abang sepupuku meninggalkan kopernya. Tunggu di sini!" dengus Seung Ah pendek.

"Aku tak bakal kemana-mana dengan pakaian seperti ini, kok" Ujar Ji Hoon sambil memperhatikan tubuh gadis berambut ikal sebahu itu berlalu ke dalam kamar.

Tak lama Seung Ah kembali sambil melemparkan sehelai kemeja dan celana linen di hadapan Ji hoon.

"Yang benar saja, masa kemeja pink?!" Ji Hoon memonyongkan mulutnya, protes.

"Mau tidak?! Kalau tak mau juga aku tidak rugi" Seung Ah cuek menghempaskan tubuhnya pada sofa kembali seraya menyambar majalah yang tadi sedang asik Ia tekuni.

"Kau memang perempuan sadis!" Sambil mengomel, Ji Hoon akhirnya meraih celana linen pinjaman Seung Ah itu dari atas meja sofa.

"Sepatunya kau cari sendiri di lemari dekat pintu" ujar Seung Ah tanpa mengalihkan pandangannya pada majalah yang Ia baca.

Ji hoon buru-buru menanggalkan kaosnya sembarangan di depan Seung Ah setelah tadi mengenakan celana linennya di luar boxer yang Ia kenakan, lalu menyambar kemeja pink tadi.

Seung Ah pura-pura cuek sambil terus menekuni majalah di hadapannya. Setidaknya itu yang dilihat Ji Hoon.
Padahal sejak Ji hoon membuka kaosnya, Seung Ah merasa jantungnya seperti merosot ke perut. Artikel yang ia baca kini hanya berputar di paragraf yang sama.

Dari sudut matanya, Seung Ah dapat melihat tubuh bagian atas Ji Hoon yang sempat tak terutup sehelai benang pun, padat dan liat lengkap dengan alur-alur ototnya yang menonjol.

Belum lagi warna kulit Ji Hoon yang tidak seputih pria-pria Korea pada umumnya. Dia berkulit sedikit seperti pria-pria Asia Tenggara.

Serta...
Ya Tuhan! six-packnya terukir sempurna!

S-e-m-p-u-r-n-a

Mendadak ruangan ini seperti 5 derajat...oh tidak, SEPULUH! derajat lebih panas dari biasanya.

"Brengsek kau, Ji hoon", bisik Seung Ah lemah.

Explicit Love Story [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang