Part 3

217 3 0
                                    

Seung Ah berlari kecil selepas mendaratkan kakinya dari atas bus umum yang ia tumpangi.

Suara sepatu keds-nya memantul-mantul di atas lapisan semen keras pada trotoar jalan.

Senyumnya merekah bak bunga-bunga cantik di Garden of Morning Calm' jelang festival musim bunga. Tangan kanannya memutar-mutar kantong kertas coklat yang isinya kejutan untuk Ji Hoon.

Sore itu sorot matahari tak lagi garang, namun masih tak banyak orang yang lalu lalang atau sekadar duduk menunggu di hate bus lokasi Seung Ah turun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore itu sorot matahari tak lagi garang, namun masih tak banyak orang yang lalu lalang atau sekadar duduk menunggu di hate bus lokasi Seung Ah turun. Sabtu sore di bagian kota Seoul yang tidak terlalu beken memang seperti itu adanya.

Tadi malam, hati Seung Ah sedikit mencelos ketika tahu bahwa ia yang menyebabkan ponsel jadul Ji Hoon rusak tempo hari karena teriakannya.

Walau Seung Ah tahu itu terjadi gara-gara kejahilan Ji Hoon juga, tapi hati kecilnya tetap merasa bahwa Ia harus bertanggung Jawab akan insiden kecil tersebut.
Maka itu barusan Ia baru saja dari sebuah toko ponsel dan memboyong sebuah ponsel baru untuk Ji Hoon. Yah, hitung-hitung sebagai permintaan maaf, pikirnya.

Tiba di gedung apartemennya, Seung Ah buru-buru menapaki lantai anak tangga menuju lantai 3 ketika tahu bahwa lift butut satu-satunya di apartemen yang memang hanya terdiri dari 5 lantai itu lagi-lagi tak berfungsi karena dalam perbaikan.

Sambil bersenandung kecil, otak Seung Ah sibuk memilah kalimat mana yang akan ia sertakan ketika ia menyerahkan kantong kertas berisi ponsel baru itu untuk Ji Hoon.

'Sorry Bro, terimalah ini sebagai hadiah permintaan maafku' - Ah, terlalu macho.

'Nih, hadiah dariku. Jadi tidak ada alasan lagi ya untuk diselipkan di "situ" karena sekarang bakal tidak muat!'

Atau...

'Oppaaa~ maafkan aku yaaa, ini ponselnya kuganti dengan yang baru' - Ihhhh...geli sekali mendengarnya.

Seketika Seung Ah terkekeh-kekeh kecil membayangkan Ia memanggil Ji Hoon 'Oppa'. Tidak bakal dalam seribu tahun ke depan, Seung Ah membatin.

Ketika Seung Ah mulai menapaki anak- anak tangga menuju lantai 3 dan kepalanya mulai menyembul sehingga Ia dapat menatap koridor lantai 3, Ia malah mendapati Ji Hoon sedang menyandarkan tubuhnya di dinding dekat pintu apartemennya. Di depannya menempel tubuh wanita yang sedang melingkarkan tangannya pada Ji Hoon.

Apartemen Ji Hoon terletak paling ujung arah berlawanan dari pintu tangga darurat, namun nyatanya dari jarak tersebut pun Seung Ah masih tetap dapat melihat jelas apa yang sedang mereka lakukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apartemen Ji Hoon terletak paling ujung arah berlawanan dari pintu tangga darurat, namun nyatanya dari jarak tersebut pun Seung Ah masih tetap dapat melihat jelas apa yang sedang mereka lakukan.

Mereka sedang berciuman.

Seung Ah seketika menahan nafas dan menyurutkan langkahnya. Ia pelan-pelan mundur kembali menuju tangga darurat. Ini bukan kali pertama Seung Ah melihat Ji Hoon bersama seorang wanita. Toh selama ini memang tidak ada hubungan apa-apa yang terjadi antara Seung Ah dengan Ji Hoon, kecuali fakta bahwa mereka adalah tetangga apartemen di lantai yang sama sejak 2 tahun belakangan.

Tapi baru kali ini Seung Ah melihat Ji Hoon mencium seseorang, dan itu menimbulkan perasaan tidak enak di dalam hatinya. Entahlah perasaan apa.

Dengan sedikit mual, Seung Ah kembali turun meniti anak tangga. Langkahnya perlahan, bukan karena takut ketahuan. Tapi saat ini ada banyak hal rumit yang menjejali isi kepalanya. Seung Ah bahkan tak dapat menjelaskan hal macam apa yang tiba-tiba memenuhi rongga pikirannya.

Ketika melangkah turun, Seung Ah mendengar ketukan langkah dengan ritme cepat dan menghentak menuju tangga darurat. Seung Ah menebak sepertinya berasal dari sepasang high heels.
Seung Ah berhenti sejenak sambil menajamkan telinganya. Di balik ketukan high heels tersebut, Ia dapat mendengar gerutu dan sedikit suara isakan dari seorang perempuan.

Tak lama terlihat seorang perempuan menutup mulutnya dengan tissue sambil tergopoh-gopoh menuruni anak tangga. Perempuan itu melewati Seung Ah yang masih diam mematung memutuskan untuk melangkah turun atau naik.

Ternyata, itu perempuan yang sama yang Seung Ah lihat barusan dengan Ji Hoon. Ia masih ingat gaun ketat berlengan pendek warna navy blue di atas lutut yang dikenakan perempuan tadi.

Bukankah tadi dia habis berciuman, tapi mengapa sekarang Ia menangis? Pikir Seung Ah, bingung.

Explicit Love Story [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang