Part 7

114 2 0
                                    


(Terus, baru sadar ternyata part 6 yang lalu terjadi kesalahan... duh maaf ya bikin bingung 🙇‍♀️🙇‍♀️🙇‍♀️)

Kringggg...
Kringggg...
Kringggggggg...

Sinar matahari sudah menerabas kisi-kisi jendela kamar Seung Ah. Sementara gadis itu masih telungkup, bergelung dalam selimut hangatnya.

Gara-gara memikirkan Ji Hoon, Seung Ah baru dapat memejamkan matanya sekitar pukul 2 pagi. Seandainya hari ini bukan akhir pekan, Ia sudah pasti terlambat ke kantor.

Ia mendongak melongok nakasnya. Rambutnya yang ikal jadi semakin keriting tak beraturan di pagi hari. Alarm dari handphone di atas nakas, sudah menjerit-jerit sejak tadi.
Tangannya menggapai-gapai nakas, menekan tombol 'off' (dan bukan snooze seperti biasanya), lalu meletakkan kembali pipinya sebentar pada bantal, kemudian berguling bangun dari matras tempat tidurnya dengan sigap.
Firasatnya mengatakan, hari ini adalah hari yang baik untuknya. Jadi gadis itu mendadak bersemangat tanpa sebab yang jelas.

Seung Ah membuka jendela kamarnya dihiasi senyumnya yang merekah. Wajahnya dapat merasakan semilir angin pagi yang berhembus membelai pipi dan anak rambutnya.
Segarrr...
Udara pukul 9 pagi berangsur-angsur bertambah dingin dalam beberapa hari belakangan menjelang akhir bulan September. Sepertinya sebentar lagi Ia harus mengeluarkan beberapa potong pakaian musim gugur dari lemari penyimpanan linennya.

Baru beberapa langkah beranjak dari jendela, handphonenya berbunyi.
Terlihat caller ID dengan foto Ji Hoon yang waktu itu sempat membuat Seung Ah emosi. Ia belum sempat mengubahnya. Ia bahkan hampir lupa, gara-gara 'insiden' tersebut handphone jadul Ji Hoon jadi rusak. 
Tragedi G-string yang menyebalkan.

Seung Ah berdeham membersihkan tenggorokannya sebelum mulai bicara dengan Ji Hoon.

"Halo" suaranya malah terdengar parau.

"Hoi, putri tidur. Kau pasti baru bangun, ya? Habis berapa botol soju, semalam?" Ji Hoon merepet bawel di ujung sana. Seolah tidak ada peristiwa apa-apa semalam yang membuat Seung Ah berpikir macam-macam.

"Siapa yang mabuk. Aku cuma agak capek belakangan ini karena kerjaan" Seung Ah menjawab judes. Padahal entah kenapa hatinya senang Ji Hoon menelponnya.

"Ya..ya..ya.. terserahmu lah. Ngomong-ngomong, sudah lama aku tidak makan ramen buatanmu, aku ke tempatmu ya?"

Belum sempat Seung Ah menjawab, bel pintu apartemennya berbunyi.

"Aku sudah di depan nih. Buka pintunya juseyooo"

Ya ampun! Si Ji Hoon brengsek kembali seenak hati mendatangi tempatku. Padahal aku belum merapikan diri! Oh tidak! rambutkuuu...
Seung Ah membatin panik begitu Ia melongok pada cermin di meja toiletnya.
Gadis itu pun sebenarnya heran. Mengapa baru sekarang Ia peduli bagamana penampilannya di depan Ji Hoon. Padahal, dalam kurun waktu dua tahun belakangan ini, bertemu dengan Ji Hoon -- tetangga apartemennya yang paling menjengkelkan sekaligus paling akrab -- bukanlah hal baru baginya.

Demi memperbaiki penampilan sekilat mungkin, Seung Ah buru-buru menyambar sisir di atas meja toilet, menata sebentar rambutnya yang kadang membuatnya putus asa, kemudian meluncur menuju pintu apartemennya.

"Hoi...lama sekali? Kau sedang apa? Panggilan alam yahhh?  Hahahaha..."
Ji Hoon seperti orang gila di depan pintu apartemen Seung Ah karena melemparkan lelucon, lalu menertawainya sendiri.

Sejurus kemudian pintu apartemen terbuka.
Ji Hoon berdiri di sana, dibalut jaket kanvas coklat susu dan celana jeans berpipa lurus. Ia juga tumben sekali mengenakan topi baseball berwarna putih.

Kok tampan? Seung Ah sedikit terkesiap.

"Berhubung cuacanya bagus, bagaimana kalau hari ini kita pergi ke Yeoido Park. Lagipula sudah lama kita jarang bertemu kan?" Cengir Ji Hoon sambil menampilkan sederetan gigi putihnya yang sempurna.

"Kau...mengajakku jalan-jalan ke Yeouido Park? Sedang ada acara apa memang di sana? Tumben sekali. Lagipula aku belum mandi" Seung Ah menaikkan alisnya, tak percaya. 
"Tadi katanya kau mau makan ramen buatanku? "
Tanya Seung Ah sambil melipat tangannya.

"Nanti malam saja, sekarang kita jalan-jalan dulu di Yeouido, cool?"

"Hmmm...cool. Beri aku waktu 30 menit untuk merapihkan diri, ya"

"10 menit!" Ji Hoon bersungut-sungut.

"25 menit deh" Cengir Seung Ah.

"Tawaran terakhir, 20 menit! Bisa kering aku menunggumu selesai mandi kalau terlalu lama"

"cool" lalu Seung Ah melesat ke dalam kamarnya.

Ji Hoon tersenyum lebar melihat Seung Ah yang sedikit kikuk memutar tubuhnya menuju kamar, terbirit-birit. Rasanya seperti seabad Ia tidak bertemu tetangga favoritnya itu.

Entah roh jenis apa yang merasuki Ji Hoon sehingga tiba-tiba mengajak Seung Ah pergi keluar bersama. Seung Ah tak peduli. Yang penting hatinya bahagia sekarang.

Dua puluh menit kemudian -- setelah berjibaku mandi dan berdandan menggunakan jurus the flash -- Seung Ah akhirnya muncul keluar kamar. Gadis itu sekilas dapat melihat bahwa Ji Hoon sempat bergeming sejenak melihat kemunculannya, sejurus kemudian Ia berdiri dari sofa dan tersenyum lebar sambil terus menatapnya.

"Ayo kita ke pergi" Katanya pendek, sambil menuju pintu.

Ada dua hal yang bakal Seung Ah tanyakan pada pria di depannya. Yang pertama, 'apa yang sebenarnya terjadi tadi malam?'. Yang kedua, 'ini kencan ya?'

Explicit Love Story [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang